Nabi Isa, yang dikenal sebagai Yesus dalam tradisi Kristen, merupakan salah satu nabi yang diakui dalam Islam. Al-Qur’an menyebutnya sebagai ‘Isa ibn Maryam’ (Isa putra Maryam) dan memberikan penekanan khusus pada kelahirannya yang ajaib, misinya sebagai rasul, serta ajarannya.
A. Kelahiran Nabi Isa
Kisah kelahiran Nabi Isa merupakan salah satu narasi paling istimewa dalam Al-Qur’an, yang mengungkapkan mukjizat kekuasaan Allah serta kesucian Maryam, ibundanya. Kelahiran Isa tanpa ayah menegaskan bahwa Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu.
Maryam: Wanita Pilihan yang Suci
Kisah kelahiran Nabi Isa dimulai dengan Maryam, seorang wanita yang dipilih dan dimuliakan Allah. Dalam Surah Ali ‘Imran (3): 42-43, Allah menyampaikan melalui para malaikat bahwa Maryam adalah wanita terpilih yang disucikan, dan ia diperintahkan untuk berserah diri kepada-Nya melalui ibadah dan ketaatan.
Maryam berasal dari keluarga Imran yang diberkahi, sebagaimana disebutkan dalam Surah Ali ‘Imran (3): 33-34. Maryam hidup di bawah pengasuhan Nabi Zakariya, yang menjadi saksi atas kesalehannya dan berbagai tanda kebesaran Allah yang diberikan kepadanya. Ketika Maryam mendapatkan rezeki yang tidak biasa di tempat ibadahnya, ia menyebutkan bahwa rezeki tersebut datang langsung dari Allah (QS. Ali ‘Imran: 37).
Kabar Gembira Kelahiran Nabi Isa
Dalam Surah Ali ‘Imran (3): 45-47, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan kabar gembira kepada Maryam tentang kelahiran seorang anak laki-laki yang bernama Isa. Anak ini akan memiliki kedudukan tinggi di dunia dan akhirat, serta termasuk di antara orang-orang yang didekatkan kepada Allah.
Namun, Maryam merasa heran karena ia tidak pernah disentuh oleh seorang laki-laki. Malaikat menjawab bahwa penciptaan Isa adalah tanda kekuasaan Allah, sebagaimana penciptaan Adam yang diciptakan tanpa ayah dan ibu. Hal ini ditegaskan dalam Surah Ali ‘Imran (3): 59, “Sesungguhnya perumpamaan Isa di sisi Allah adalah seperti Adam. Allah menciptakannya dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, ‘Jadilah!’ Maka jadilah ia.”
Proses Kelahiran: Keajaiban di Tengah Kesulitan
Kisah kelahiran Nabi Isa dijelaskan lebih detail dalam Surah Maryam (19): 16-34. Setelah menerima kabar gembira, Maryam menjauh dari kaumnya ke tempat yang sunyi. Di sana, malaikat Jibril menampakkan diri dalam rupa manusia sempurna untuk menyampaikan tugas Allah.
Ketika Maryam mulai merasakan rasa sakit akibat persalinan, ia berlindung di bawah pohon kurma. Dalam keadaan lemah, ia mengeluh, “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” (QS. Maryam: 23). Namun, Allah memberikan penghiburan dan pertolongan. Malaikat menyuruhnya menggoyangkan pangkal pohon kurma sehingga buah kurma yang matang jatuh untuk dimakan, dan sebuah mata air mengalir di dekatnya sebagai sumber minum (QS. Maryam: 24-26).
Mukjizat Setelah Kelahiran Nabi Isa
Setelah kelahiran Isa, Maryam kembali kepada kaumnya dengan membawa bayinya. Hal ini memicu tuduhan dan fitnah dari kaumnya, karena mereka tidak memahami keajaiban yang telah terjadi. Namun, Isa yang masih bayi berbicara untuk membela ibunya. Dalam Surah Maryam (19): 30-33, Isa berkata:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan aku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Mukjizat ini membungkam kaumnya dan menunjukkan bahwa kelahiran Nabi Isa adalah kehendak Allah, bukan hasil dari dosa atau penyimpangan.
B. Misi dan Ajaran Nabi Isa
Nabi Isa, sebagai salah satu utusan Allah yang memiliki kedudukan mulia, diutus dengan misi yang sangat penting untuk Bani Israil. Al-Qur’an menjelaskan misi ini secara rinci, termasuk ajaran-ajaran yang dibawanya, yang pada intinya menegakkan tauhid dan memperbaiki penyimpangan dalam keyakinan dan praktik agama Bani Israil.
Misi Utama Nabi Isa
1. Menegakkan Tauhid
Al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi Isa diutus untuk menyerukan kepada kaumnya untuk menyembah Allah yang Esa. Dalam Surah Al-Ma’idah (5): 72, Nabi Isa berkata kepada Bani Israil:
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam,’ padahal Al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.’ Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka.”
Pesan ini menunjukkan inti ajaran semua nabi, yakni mengesakan Allah (tauhid), dan menolak segala bentuk syirik.
2. Mengonfirmasi Kitab Taurat
Nabi Isa tidak datang untuk menghapus ajaran Taurat, tetapi untuk membenarkan dan meluruskan penyimpangan yang telah terjadi. Dalam Surah Al-Ma’idah (5): 46, Allah berfirman:
“Dan Kami iringkan jejak mereka dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya kitab Injil, yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya serta membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”
Kitab Injil yang diberikan kepada Nabi Isa adalah panduan yang memperkuat pesan Taurat dan memberikan arahan baru sesuai konteks zaman itu.
3. Menyampaikan Kabar Gembira tentang Nabi Muhammad
Salah satu misi penting Nabi Isa adalah memberikan kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir. Dalam Surah As-Saff (61): 6, Nabi Isa berkata:
“Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad.’ Namun ketika rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata.'”
Pesan ini memperkuat kesinambungan misi kenabian yang satu, dari Adam hingga Nabi Muhammad.
Ajaran Nabi Isa
1. Mengajarkan Ibadah yang Benar
Nabi Isa mengajarkan kepada kaumnya cara beribadah yang sesuai dengan syariat Allah. Dalam Surah Maryam (19): 30-31, Nabi Isa yang masih bayi berkata:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan aku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”
Ayat ini menekankan pentingnya salat dan zakat, dua bentuk ibadah yang esensial dalam ajaran Islam, dan menunjukkan bahwa kedua ibadah ini telah diajarkan oleh Nabi Isa kepada umatnya.
2. Menyerukan Perbaikan Moral dan Etika
Dalam Surah Ali ‘Imran (3): 50, Nabi Isa menyerukan kepada kaumnya untuk bertakwa kepada Allah dan menaati perintah-Nya:
“Dan (aku datang untuk) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan sebagian yang sebelumnya diharamkan untukmu. Dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.”
Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa juga membawa ajaran yang berfokus pada reformasi moral dan ketaatan kepada hukum Allah.
3. Mengutamakan Kasih Sayang dan Pengampunan
Salah satu ajaran yang sering dikaitkan dengan Nabi Isa adalah nilai kasih sayang dan pengampunan. Walaupun Al-Qur’an tidak memberikan rincian eksplisit mengenai hal ini, prinsip kasih sayang dalam ajaran Nabi Isa sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menekankan rahmat dan keadilan. Nabi Isa mengajarkan kepada kaumnya untuk memperlakukan sesama manusia dengan penuh kasih sayang dan menghindari balas dendam yang tidak adil.
C. Mukjizat Nabi Isa
Mukjizat Nabi Isa yang disebutkan dalam Al-Qur’an merupakan bukti kebesaran Allah dan tanda keutusan Nabi Isa sebagai rasul. Mukjizat-mukjizat ini diberikan untuk meyakinkan Bani Israil dan mendukung dakwahnya di tengah penolakan kaumnya. Berikut uraian mendalam tentang mukjizat-mukjizat tersebut:
1. Berbicara dalam Buaian
Mukjizat pertama yang dimiliki Nabi Isa terjadi saat ia masih bayi. Ketika Maryam kembali ke kaumnya dengan membawa bayi Isa, mereka menuduhnya melakukan perbuatan tercela. Dalam keadaan ini, Isa yang masih dalam buaian berbicara membela ibunya dan memperkenalkan dirinya sebagai nabi Allah.
Al-Qur’an mencatat perkataan Isa dalam Surah Maryam (19): 30-33: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan aku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, serta berbakti kepada ibuku. Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Mukjizat ini langsung membungkam tuduhan kaum Maryam, menunjukkan bahwa Isa adalah anak yang dilahirkan dengan mukjizat dari Allah.
2. Menciptakan Burung dari Tanah Liat
Nabi Isa diberi kemampuan untuk membentuk burung dari tanah liat, kemudian meniupkan napas ke dalamnya sehingga burung itu menjadi hidup atas izin Allah. Mukjizat ini disebutkan dalam Surah Ali ‘Imran (3): 49:
“Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israil (dia berkata), ‘Sungguh, aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk (seperti) burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah.'”
Mukjizat ini menunjukkan kekuasaan Allah yang dapat menciptakan kehidupan dari sesuatu yang mati, melalui perantaraan Nabi Isa.
3. Menyembuhkan Orang Buta dan Penderita Kusta
Nabi Isa juga memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit yang dianggap mustahil diobati pada masa itu, seperti kebutaan bawaan dan penyakit kusta. Penyembuhan ini dilakukan atas izin Allah dan menjadi bukti kenabiannya. Dalam Surah Ali ‘Imran (3): 49, Isa berkata:
“Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta dengan seizin Allah.”
Mukjizat ini memberikan harapan dan keajaiban kepada kaum Bani Israil, sekaligus menjadi pengingat bahwa Allah adalah Maha Penyembuh.
4. Menghidupkan Orang Mati
Salah satu mukjizat terbesar Nabi Isa adalah kemampuannya menghidupkan kembali orang mati dengan izin Allah. Dalam ayat yang sama (Surah Ali ‘Imran: 49), Isa berkata:
“Dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah.”
Mukjizat ini merupakan manifestasi langsung dari kekuasaan Allah atas kehidupan dan kematian, yang membuktikan bahwa Isa hanyalah perantara kehendak Allah.
5. Menurunkan Hidangan dari Langit
Mukjizat ini terjadi ketika para pengikut Nabi Isa meminta tanda nyata dari Allah berupa makanan yang diturunkan dari langit. Mereka ingin mendapatkan keyakinan yang lebih mendalam akan kenabiannya. Permintaan ini diabadikan dalam Surah Al-Ma’idah (5): 112-115. Dalam ayat tersebut, Nabi Isa berdoa kepada Allah:
“Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit yang (hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda dari-Mu. Berilah kami rezeki, dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling baik.”
(QS. Al-Ma’idah: 114)
Allah mengabulkan doa tersebut dan menurunkan hidangan yang menjadi tanda kebesaran-Nya. Namun, Allah juga memperingatkan bahwa barang siapa tidak bersyukur setelah mukjizat ini, ia akan mendapatkan azab yang pedih.
Penolakan terhadap Konsep Ketuhanan Nabi Isa
Dalam perspektif Islam, konsep ketuhanan Nabi Isa (Yesus) ditolak secara tegas. Al-Qur’an menegaskan bahwa Isa adalah hamba dan rasul Allah, bukan Tuhan atau anak Tuhan. Beberapa ayat yang menekankan hal ini antara lain:
- Surah Al-Ma’idah (5): 72: “Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam,’ padahal Al-Masih (sendiri) berkata, ‘Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.'”
- Surah Al-Ma’idah (5): 116: “(Ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putra Maryam, apakah engkau mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’ Dia (Isa) menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa pun yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya.'”
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa Isa tidak pernah mengklaim ketuhanan dan menyeru umatnya untuk menyembah Allah semata. Penolakan terhadap konsep ketuhanan Isa juga didasarkan pada prinsip tauhid dalam Islam, yang menekankan keesaan Allah tanpa sekutu. Oleh karena itu, keyakinan bahwa Isa adalah Tuhan dianggap sebagai penyimpangan dari ajaran tauhid yang murni.
Kesimpulan
Dalam perspektif Al-Qur’an, Nabi Isa adalah salah satu nabi ulul azmi yang diutus kepada Bani Israil untuk mengajarkan tauhid dan memperbaiki penyimpangan dalam ajaran sebelumnya. Ia dilahirkan secara mukjizat oleh Maryam tanpa ayah, dianugerahi berbagai mukjizat sebagai tanda kenabiannya, dan menegaskan bahwa dirinya adalah hamba dan rasul Allah, bukan Tuhan atau anak Tuhan. Ajaran yang dibawanya menekankan penyembahan kepada Allah semata dan mengikuti petunjuk yang diberikan melalui kitab Injil.