Menu Tutup

Al-Farabi: Biografi, Karya dan Pemikirannya

Biografi

Nama lengkapnya ialah Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan, lahir di wasij, distrik Farab, Turkestan dari seorang Ayah Persia dan Ibu Turki. Karena itu, berbeda dengan Al-Kindi, Al-Farabi bukan keturunan Arab, melainkan  keturunan Persia-Turki. Beliau di kenal juga dengan nama Abu Nasher, atau Avempes dalam literatur Barat.

Seagi Anak pejabat Al-Farabi memperoleh pendidikan berbagai disiplin ilmu, yaitu bahasa, sastra, logika, filsafat kepada Guru-guru terkenal, Seperti Abu Bakar Al-Saraj, bisyh Mattius bin Yunus, Yuhana Ibn Hailam dll. Awal karirnya bermula ia berkenalan dengan sultan dinasti Hamadan di Aleppo, yaitu Syaifud Daulah al-Hamdani. Perkenalan ini membawanya sebagai ulama Istana, Di sinilah ia mengembangkan aktivitas filsafanya. Namun karena pertentangan politik ia keluar dari istana samapi ai  wafat dalam usia 80 Tahun.

Karya-karya

Beliau adalah Filsuf besar muslim yang banyak menyusun karya Filsafat, bahkan memadukan beberapa kejanggalan-kejanggalan, terutama antara Plato dan Aristoteles. Pemikiran ini di tulis dalam buku Al-Jam’u Bayna R’yay al- ahakimayn; Aflaton wa Aristo. Ulasannya yang mendalam terhadap karya Aristoteles menyebabkan ia di gelar sebagai Aristoteles ke dua (Aristo Al-tsaniy).

Selain karya di atas, karya penting lainnya ialah :

  1. Ara’u Ahl Madinah al-fadhilah, kajian tentang politik.
  2. Maqalat fi Ma’ani al-Aql, berisi ulasan tentang Akal
  3. Al-Ibanah’An Ghadhi Aristo fi Kitabi Ma Ba’da al-Thabi’ah. Berisikan tentang ulasan mengenai Metafisika Aristoteles.
  4. Al-Masa’il al- Falsafiyah wa Ajiwibah’Anha, berisikan tentang kajian Filsafat.
  5. Dan Lain-lain.

Pemikirannya

Seperti di jelaskan di atas, pemikiran Al-Farabi mencangkup beberapa aspek, namun di batasai pada tiga masalah utama, sebagai berikut :

  1. Kesatuan Filsafat

Menurut Al-Farabi,  pemikiran para filsuf Yunani (khususnya Plato dan Aristoteles) pada hakikatnya merupakan suatu ksatuan yang sistematik, sehingga tidak terdapat pertentangan di antara kedua tokoh tersebut. Pemikiran ini di tuangkan kedalam karyanya, Al-jam’u Bayna Ra’yay al-Hakimyn : Afalton wa Aristo.

  1. Ketuhanan

Membicaarakan ketuhanan Al-Farabi mengtakan : “Allah adalah wujud yang tidak mempunyai hole (benda) dan tidak mempunyai form (bentuk) yang sifatnya asli dan tanpa permulaan, serta selalu ada tiada akhir. Untuk membuktikan kesempurnaan wujud tuhan, Al-Farabi membagi wujud dalam dua tingkatan yaitu :

  • Wujud yang ada atau mungkin ada karena/ di sebabkan yang lainnya,(al-wujud bighairi)
  • Wujud yang mengada dengan sendirinya,( al-wujud binafsihi).

Referensi:

Musthofa, Ahmad. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Aceh, Aboebakar, sejarah Filsafat Islam, Solo: Ramadhani, 1968.
Drajat, Amroeni, Filsafat Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.
Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008

Baca Juga: