Menu Tutup

Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan

Filsafat esensialisme

Filsafat ini menerapkan prinsip idealism dan realism secara elektif. Filsafat ini bertitik tolah dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran itulah yang ensial. Kebenaran yang esensial adalah kebudayaan klasik yang sudah muncul sejak zaman romawi, yang sudah menghasilkan manusia yang berkaliber internasional. Tekanan pendidikannya adalah pembentukan intelektual dan logika.

Dengan mempelajari kebudayaan klasik yang sulit, diyakini otak peserta didik akan terasah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan yang diorganisir terpusat pada guru. pengaruh filsafat ini masih sangat kuat sampai sekarang, yakni pada sekolah-sekolah yang mengutamakan kurikulum dan metode tradisionalnya. Filsafat ini sering disebut pemelihara atau pelestari kebudayaan.

Filsafat perenialisme

Kebenaran perenialisme berasal dari wahyu Tuhan. Filsafat ini menekankan pada teori kehikmatan, yaitu: (1) pengetahuan yang benar/truth. (2) keindahan/beauty. (3) kecintaan pada kebaikan/goodness. Dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang konstan atau perennial. Menurut filsafat ini, prinsip pendidikan adalah (a) konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tidak pernah berubah. (b) inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan manusia sebagai makhluk yang unik, yakni memiliki kemampuan berpikir. (c) tujuan belajar adalah mengenal kebenaran abadi dan universal. (d) pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya. (e) kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar/basic subject. Proses pendidikan yang berlandaskan ini bersifat tradisional.

Filsafat progresivisme

Filsafat ini lahir di Amerika Serikat karena sejalan dengan jiwa bangsa Amerika ketika itu, yaitu sebagai bangsa yang dinamis berjuang mencari hidup baru. Nilai-nilai abadi tidak ada, yang ada adalah jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah dan perbuatan nyata.

Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, demikian pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dari kebenaran bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, belum tentu tahun depan masih tetap benar. Ukuran kebenaran adalah berguna bagi kehidupan manusia hari ini.

Yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangkan peserta didik untuk melatih berpikir. Metode pembelajaran yang tepat adalah pemecahan masalah. Pendidikan berpusat kepada anak dan perbedaan individual peserta didik sangat diperhatikan. Untuk mempercepat proses pengembangan peserta didik, maka dengan cara menanamkan prinsip mendisiplinkan diri sendiri, sosialisasi dan demokratisasi.

Filsafat ini merupakan gerakan pendidikan progresif yang bertujuan mengembangkan teori pendidikan, antara lain : (1) anak harus bebas untuk berkembang secara wajar, (2) pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat belajar. (3) guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar. (4) sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium untuk melakukan reformasi pedagogis dan eksperimental.

Filsafat eksistensialisme

Eksistensialisme yaitu manusia bukan hanya ada tetapi mengada : aktif untuk tidak dikuasai oleh kodrat. Filsafat ini berrpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri.

Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena adanya manusia. Manusia adalah makhluk bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. Oleh karena itu kurikulum tidak boleh besifat statis tetapi dinamis. Dari yang mudah sampai yang sukar sampai terus menerus.

Menurut filsafat ini, kebenaran adalah relative bergantung kepada keputusan masing-masing, begitu pula pada nilai-nilai ditentukan oleh setiap individu. Pendidikan menurut filsafat ini berrtujuan mengembangkan kesadaran individu, memberikan kebebasan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangan pengetahuan dirri sendiri, bertanggung jawab sendiri, baik dalam bekerja individual maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan pada kebutuhan langsung dalam kehidupan manusia. Peserta didik perlu mendapat pengalaman sesuai dengan teknik mengajar secara tidak langsung.

Filsafat rekonstruksionisme

Filsafat ini ingin merombak tata susunan kebudayaan lama dan membangun tata susunan hidup dengan kebudayaan yang sama sekali baru dan mencita-citakan terwujudnya suatu dunia baru dengan satu kebudayaan dibawah satu kedaulatan dunia dalam control mayoritas umat manusia.

Rekonstruksionisme merupakan variasi filsafat progresivisme  yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki dan bercita-cita merekonstuksi kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Mereka berusaha secara ekstrim merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sama sekali melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajarr dari segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan filsafat pogresivisme.

Pedagogik kritis

Pedagogi kritis dapat dimaknai dengan pendidikan kritis, yaitu pendidikan yang selalu mempertanyakan mengkritisi pendidikan itu sendiri dalam hal-hal fundamental tentang pendidikan baik dalam tataran filosofis, teori, sistem, kebijakan maupun dalam implementasinya. Dalam pemikiran filsafat ini berpikir kritis diartikan sebagai suatu proses berpikir reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk diperbuat. Hal ini berarti di dalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang memenuhi criteria tertentu untuk diperbuat. Singkatnya pedagogic kritis adalah pedagogic yang menggunakan pendekatan sosio-politik, dan membudayakan peserta didik.

Tujuan dari proses pendidikan pedagogik kritis adalah menyadarkan akan keberadaan dan peranan peserta didik di dalam kehidupan sosial politik, ekonomi dan budaya masyarakat. Berpikir kritis dipandang memiliki peran penting dalam pendidikan, yaitu: (1) sebagai upaya memberikan penghargaan bagi peserta didik sebagai pribadi untuk mengembangkan kepribadiannya (2) sebagai tujuan ideal berpikir kritis dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk berkembang menjadi dewasa (3) berpikir kritis merupakan cita-cita tradisional untuk mencapai apa yang diinginkan peserta didik dan (4) berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang demokratis, baik dalam lapangan politik, sosial maupun ekonomi.

Baca Juga: