Diantara tokoh aliran Asy’ariyah adalah, Abu Hasan Al Asy’ary, Imam Ghazali (450-505 H/ 1058-1111M), Imam Fakhrurrazi (544-606H/ 1150-1210), Abu Ishaq Al Isfirayini (w 418/1027), Abu Bakar Al Baqilani (328-402 H/950-1013 M), dan Abu Ishaq Asy Syirazi (293-476 H/ 1003-1083 M.
Doktrin Ajaran
- Sifat-sifat
Menurutnya, Tuhan memiliki sifat sebagaiman disebut di dalam Al-Qur’an, yang di sebut sebagai sifat-sifat yang azali, Qadim, dan berdiri di atas zat Tuhan. Sifat- sifat itu bukanlah zat Tuhan dan bukan pula lain dari zatnya.
- Al-Qur’an.
Menurutnya, Al-Qur’an adalah qadim dan bukan makhluk diciptakan.
- Melihat
Menurutnya, Tuhan dapat dilihat dengan mata oleh manusia di akhirat nanti.
- Perbuatan
Menurutnya, perbuatan manusia di ciptakan Tuhan, bukan di ciptakan oleh manusia itu sendiri.
- Keadlian Tuhan
Menurutnya, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menentukan tempat manusia di akhirat. Sebab semua itu marupakan kehendak mutlak Tuhan sebab Tuhan Maha Kuasa atas segalanya.
- Muslim yang berbuat
Menurutnya, yang berbuat dosa dan tidak sempat bertobat diakhir hidupnya tidaklah kafir dan tetap mukmin.
Pengikut Asy’ari yang terpenting dan terbesar pengaruhnya pada umat Islam yang beraliran Ahli sunnah wal jamaah ialah Imam Al Ghazali. Tampaknya paham teologi cenderung kembali pada paham-paham Asy’ari. Al Ghazali meyakini bahwa:
- Tuhan mempunyai sifat-sifat qadim yang tidak identik dengan zat Tuhan dan mempunyai wujud di luar
- Al-Qur’an bersifat qadim
- Mengenai perbuatan manusia, Tuhanlah yang menciptakan daya dan perbuatan
- Tuhan dapat dilihat
- Tuhan tidak berkewajiban menjaga kemaslahatan (ash-shalah wal ashlah) manusia, tidak wajib memberi ganjaran pada manusia, dan bahkan Tuhan boleh memberi beban yang tak dapat dipikul