Menu Tutup

Bangsa Arab Sebelum Islam

GAMBARAN NEGERI ARAB

Segi fisik Arabia sebelum Islam yaitu suatu pulau suram, gersang dan nyaris tak berair, kecuali jika kadang-kadang ada banjir yang memberi kesegaran. Sepanjang beberapa mil disekitarnya tampak perbukitan gundul yang tak beujung, gemerlap panas padang pasir tanpa ujung Arabia yang tandus sehingga sulit mengelola tanah dan mengakibatkan bangsanya miskin.

Tentang Kota Makkah yang termasyur dan memikat orang-orang di penjuru dunia dengan Ka’bahnya. Kontrol atas Ka’bah yang menjadi ambisi utama suku-suku Arab membuat pertumbahan antar suku hingga kontrol akan Ka’bah dan Makkah dipegang oleh kakek Muhammad. (Siddiqi, 2005 : 19).

KONDISI GEOGRAFI

Negeri Arab secara geografis terletak di Barat daya Asia. Negeri Arab ini merupakan semenanjung yang dikelilingi laut dari tiga arah, yakni Laut Merah, Samudera India (Samudera Indonesia), dan Teluk Persia . Bangsa Arab menamakan Negeri mereka dengan sebutan “Jazirah Arab”. (Hasan,2002,5)


Negeri Arab pada umumnya adalah Padangg Pasir. Tetapi tidak berarti secara keseluruhan merupakan padang pasir gersaang dan tandus yang tidak ditumbuhi tanaman dan tidak berair.  Sebagian diantaranya berupa padang pasir yang ditutupi debu dan pasir halus, lalu sebagian diantaranya berupa pegunungan dan perbukitan, dan ada juga sebagian dari nya merupakan daratan rendah, dan daratan tinggi.

Sebagian para ahli mengira bahwa kehidupan di padang pasir tidak mungkin dapat dijalani. Tetapi kenyataan mununjukan kebalikannya. Sebab, udara padang pasir ternyata cocok juga bagi para penghuni yang fisiknya kuat dan terhindar dari berbagai macam penyakit. Mereka ternyata mampu menghadapi berbagai kesulitan yang harus dihadapi sesuai dengan kondisi alam padang pasir yang keras. (Ibrahim,2002,5)

KONDISI POLITIK

1. Bentuk Pemerintahan

Bangsa Arab tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang kita kenal sekarang. Mereka tidak memiliki peradilan tempat memperoleh kepastian hukum tentang suatu kasus atau tempat memvonis suatu tindak pelanggaran. Mereka tidak memiliki polisi sebagai penjaga keamanan dan pemelihara sistem yang berlaku, atau tentara sebagai pembela dan perlindung mereka dari bahaya yang datang dari luar. Begitu juga mereka itu tidak dibebani keharusan membayar pajak. (Ibrahim,2002,88)

2. Ayyamul ‘Arab

Pada zaman Jahiliah diantara kabilah-kabilah Arab sering terjadi perang oleh adanya perselisihan memperebutkan kepemimpinan dan persaingan memperebutkan sumber mata air serta padang rumput. Terjadilah diantara mereka perang berkepanjangan yang dikenal dengan sebutan “Ayyamul ‘Arab” . Di antara sekian banyak peristiwa ini yang sangat terkenal, antara lain : (Ibrahim,2002,91)

* Al Basus : Perang Al Basus terjadi sebelum lahir Islam antara kabilah Bakr dan Taghlib, dua anak Wail. Perang ini berlangsung selama empat puluh tahun. (Ibrahim,2002,91)

*Dahis dan Al Ghubara’ : Ini adalah peperangan-peperangan Qais. Abu Ubaidah berkata : Perang Dahis dan Al Ghubara’ adalah perang antara ‘Abasa dengan Dzubyan , dua putera Baghidh bin Raits bin Ghathafab. Faktor penyebab timbulnya peperangan tersebut adalah taruhan yang diadakan Qais bin Zuhair dan Haml bin Badr bin  Raits tentang taruhan kuda, diantara kedua kuda tersebut manakah yang lebih dahulu berhasil mencapai batas finish. (Ibrahim,2002,95)

* Ayyam Al Fijar : Peperangan yang terjadi pada  bulan-bulan suci diantara kaibah-kaibah yang  berdomisili ditanah Hijaz.  Al Fijar yang pertama terjadi antara Kinanah dengan Hawazan yang menimbulkan bencana yang tidak berarti. Al Fijar kedua meletus tidak begitu dahsyat dan diantara mereka yang terlibat perang segera dapat didamaikan oleh Harb bin Umayah. Al Fijar ketiga terjadi diantara Kinanah dengan Hawazan yang di latar belakangi oleh utang seorang laki-laki dari Bani Nashr bin Muawiyah . (Ibrahim,2002,100)

Kemudian orang-orang dan kedua belah pihak saling melontarkan ejekan di pasar  ‘Ukazh’ yang hampir menimbulkan perang tetapi mereka hanya berperang kata dan terjadi hanya sebentar. Dari keempat perang Al Fijar yang dianggap paling terkenal adalah perang  Al Fijar keempat yang terjadi antara Quraisy bersama Kinanah di satu pihak dengan Hawazan di pihak yang lain. Perang ini meletus dengan dilatar belakangi oleh seorang laki-laki bernama Urwah Ar Rahhal Al Kilbi dari Hawazan yang mati terbunuh oleh Al Barras Al Kinani.

Peristiwa-peritiwa ini disebut ‘Fijar’ , karena terjadi pada bulan-bulan yang dinyatakan haram melakukan perang tetapi oleh mereka dilanggarnya.  Perang ini terjadi pada tahun kedua puluh enam sebelum kerasulan Nabi Muhammad, saw. Yakni saat beliau berusia empat belas tahun. Beliau sendiri ikut terlibat dalam perang tersebut bersama paman-pamannya.  (Ibrahim,2002:101)

KONDISI KEMASYARAKATAN

Kehidupan sosial Arab jahiliah sering di identikkan dengan minum-minuman dan perzinahan yang merajalela. “Para anggota suku, termasuk laki-laki dan perempuan, tua dan muda sering berkumpul untuk menikmati minuman, berdansa dan berjudi. Mereka yang menjauhi hal semacam ini dianggap hina, kikir dan asosial” . Syair Arab klasik dari seorang penyair masa itu yang menggambarkan kesenangan pesta di kalangan bangsa Arab. Kutipan syair tersebut menjadi suatu kelebihan dari buku ini karena bisa membuat pembaca ikut  merasakan apa yang ditulis oleh penyair pada masa itu. Berikut ini adalah kutipan syair yang saya ambil dari buku tersebut : (Siddiqi, 2005 : 36)

Datanglah, teman dan sahabat-bagian sebagian waktu memang manis

Maka datanglah, mari kita menghormati kelompok peminum kita dengan anggur

Dan hapuslah dari hati kita kata-kata bijak yang asam dengan cangkir penutup

Dan hapuslah kesusahan hidup dengan tawa dan ria !

Dari setiap bait-bait syair yang dimasukkan pengarang didalam buku ini membuat pembaca lebih merasakan bagaimana wanita pada zaman itu, dan juga ditambah dengan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang mengutuk perbuatan semacam ini membuat bertambah lengkapnya pemaparan pengarang tentang wanita pada zaman Arab jahiliah. (Siddiqi, 2005 : 37)

Yang dimaksud dengan kondisi kemasyarakatan disini yaitu hubungan antara sesorang dengan istri, anak, keoponakannya, dan hubungan antara satu kalibah dengan kalibah yang lain. (Ibrahim,2002:113)

Pada saat kita menyelusuri sejarah bangsa Arab kuno, niscaya didapatkan tiga faktor utama yang menjadi penyebab terjalinnya hubungan tersebut : (Ibrahim,2002:113)

Pertama :  Mereka berbahasa satu yaitu bahasa Arab sekalipun
berlainan dialek .

Kedua :   Mereka beragama satu yaitu agama ‘Watsani’
(penyembah berhala ).

Ketiga :  Mereka berasal dari satu etnis yaitu etnis Smith .

Keterpencilan tanah Arab karena faktor alam telah memberi petunjuk kepada kita, mengapa kemurnian turunan bangsa Smith (Arab) terpelihara dan karakteristik  mereka terhindar dari pengaruh unsur-unsur asing. Tanah Arab didiami oleh dua kelompok bangsa Arab , yaitu : Bangsa Arab Badawi (kampung) dan Bangsa Arab Kota . Bangsa Arab Badawi adalah mereka yang tinggal di padang pasir . sedangkan Bangsa Arab Kota adalah orang-orang yang tinggal di kota-kota yang aktif dengan pertanian dan perdagangan sehingga mereka berhasil meraih kekayaan dan keuntungan besar. (Ibrahim,2002:113)

Masyarakat Arab adalah suatu masyarakat yang memiliki sistem yang bersifat baku dalam perkawinan. Mayoritas diantara mereka baru memperistri seorang wanita sesudah mendapatkan restu keluarga pihak istri. Begitu juga dalam tradisi mereka pada umumnya terlebih dahulu mengajak bermusyawarah dengan para putrinya dalam urusan calon suami mereka. Selanjutnya dalam pandangan masyarakat Arab dianggap tidak baik, guna menghindarkan fitnah dan demi memelihara kehormatan. (Ibrahim,2002:1114)

Sebagai kesimpulan tentang kondisi kemasyarakatan dilingkungan masyarakat Arab Jahiliah adalah : Bahwa solidaritas antara sesaama anggota satu kabilah sangat kuat, sedangkan tentang perasaan tersebut dengan kabilah lain sama sekali tidak ada.  Tenaga mereka telah terkuras habis untuk selalu berperang. Oleh karena dua sebab :

*Pertama : Bersaing memperebutkan sarana penghidupan, yakni padang
rumput tempat menggembala dan sumber air.

*Kedua : Bersaing memperebutkan kehormatan dan kursi kepemimpinan.

Banyaknya kutipan syair yang menggambarkan suatu masalah. Kutipan syair tersebut menjadi suatu kelebihan dari buku ini karena bisa membuat pembaca ikut  merasakan apa yang ditulis oleh penyair pada masa itu. (Ibrahim,2002,117)

KONDISI KESUSATERAAN

Makkah adalah sentral perdagangan dan kebudayaan di negeri Hijaz. Masyarakat Arab dari berbagai penjuru Jazirah Arab berdatangan ke Makkah pada waktu musim haji, sehingga hal ini menimbulkan akulturasi sosial kemasyarakatan diantara mereka. Mereke menyenandungkan syair-syair kepahlawanan dan mereka juga menceritakan tentang kemuliaan asal usul mereka. Semua fenomena aspek kemasyarakatan dan kesusateraan ini menimbulkan sifat-sifat terpuji sebagai sifat-sifat yang menonjol pada diri mereka dan telah mendorong sikap tekun bekerja serta berupaya untuk meraih cita-cita mulia tertanam dijiwa anak-anak mereka. (Ibrahim,2002:118)
Hanya saja  pada waktu itu di negeri-negeri Arab pendidikan belum tersebar, karena itulah kita tidak mempunyai data yang bisa dijadikan acuan bahwa negeri-negeri Arab terutama Makkah sat itu sudah menaruh perhatian tehadap pendidikan dan pengajaran tentang baca tulis bagi para puteranya. Pendidikan yang berlangsung di lingkungn masyarakat saat itu hanya berdasarkan hajat mereka. Anak-anak mereka secara langsung diajari oleh para orang tuanya. Nabi Muhammad saw. adalah orang pertama yang menaruh perhatian khusus terhadap pengjaran baca tulis kepada masyarakat Arab, yakni dengan menyuruh para tawanan Perang Badar yang mengusai baca tulis dan mereka tidak mampu menebus diri dengan sejumlah harta yang ditentukan agar masing-masing diantara mereka mengajar baca tulis kepada sepulub anak-anak kaum Muslimin sebagai tebusan bagi kebebasan mereka. (Ibrahim,2002:118)

Adapun pengaruh dari berkumpulnya para penyairr di Makkah dan di pasar Ukkazah bagi kehidupan masyarakat Arab dalam aspek kesusateraan. Adapun tentang pengetahuan masyarkat Arab yang bersifat murni yang lahir karena dorongan lingkungan dan karakter negeri Arab itu sendiri, antara lain seperti Ilmu Meteorologi. Tidaklah mengherankan ppengetahuan ini dikuasai, sebab mereka mahir dalam mengikuti pergantian musim dan dalam mengenal waktu-waktu turun hujan.  Dan  merekaa mahir dalam disiplin Ilmu Arkeologi, sebab menguasai ilmu khusus tentang peninggalan jejak para  pendahulu mereka. Selanjutnya mereka mahir dalam Ilmu Asal usul (Nazab).  (Ibrahim,2002:119)

Tidak memasyarakatkan pengajaran di negeri-negeri Arab pada zaman Jahiliah tidak berarti bahwa pada waktu itu tidak terjadi kebangkitan dalam aspek kesusateraan. Tidak ada petunjuk yang paling akurat bagi kebangkitan tersebut selain berkembangnya syair sebagai gambaran yang orisinil moralitas masyarakatnya. (Ibrahim,2002:120)

KONDISI KEAGAMAAN

Tidak ada sedikitpun sejarah mencatat yang dapat kita jadikan pegangan tentang agaman yang dianut bangsa Arab pada zaman Jahiliah. Namun ada sedikit informasi memungkinkan gambaran yang mendekati kebenaran tentang  kondisi keagamaan mereka dapat dikemukakan sebagai berikut : (Ibrahim,2002:123)

Mayoritas bangsa Arab adalah penganut agama ‘Watsani’ (penyembah berhala). Dikisahkan, bahwa penyebar agama watsani pertama ditengah-tengah masyarakat Arab adalah ‘Amr bin Luhayy Al Khuza’i. Dialah orang yang pertama membawa patung dari negeri Syam ke Kabbah. Tercatat, bahwa ‘Hubal’ merupakan patung yang paling diagungkan.  ‘Hubal’ adalah sebuah patung yang terbuat dari batuu aqiq berwarna merah dan berbentuk manusia yang telah patah  tangannya sebelah kanan, kemudian orang-orang Quraisy menyambungnya dengan tangan yang terbuat dari emas. (Ibrahim,2002:123)

Salah satu dari berbagai tradisi bangsa Arab pada zaman Jahiliah adalah : Bila seseorang hendak mengambil suatu keputusan atas sesuaatu, maka ia berlindung dan memohon bantuan terhadap mangkuk undian lalu undian pun dilakukan . Jika yang keluar adalah mangkuk yang bertuliskan : “ Ya”, ia pun berangkat mewujudkan keinginanya,Tetapi bila yang keluar mangkuk yang bertuliskan : “Tidak”, maka ia mundur dan menarik kembali keinginannya. (Ibrahim,2002:124)

Bukan hanya ‘Hubal’ saja tuhan sembahan bangsa Arab itu, tetapi banyak lagi tuhan lain dalam bentuk rumah, pohon, batu yang dipahat sehingga berbentuk sesuatu, dan batu yang tidak dipahat, yang tersebar di berbagai penjuru Jazirah Arab. (Ibrahim,2002:126)

Pada garis besarnya, bahwa saat Rasullah s.a.w. dilahirkan posisi agama berhala dikalangan masyarakat Arab dalam keadaan melemah, sehingga sebagian diantara mereka ada yang beriman terhadap adanya kehidupan berakhirat.

Namun demikian agama manapun selain agama berhala tidak ada yang berhasil menjadikan masyarakat Arab  sebagai mayoritas pemeluknya. Agama Nasrani saat itu merupakan suatu ajaran yang dianggap rumit dan terpecah menjadi beberapa yang berselisihan. Tetapi disamping semu itu, berbagai Madzhab, pemikiran-pemikiran dan ajaran-ajaran agama Nasrani,Yahudi telah meratakan jalan bagi lahirnya reformis yang dinanti yaitu Nabi Muhammad s.aw. (Ibrahim,2002:134)

Agama bangsa Arab pra-Islam dari berbagai surat-surat dalam Al-Qur’an, menjelaskan bahwa bangsa Arab beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa tetapi mereka berpendapat bahwa Allah telah memberikan kuasa-Nya kepada pribadi dan objek sebagi perantara untuk disembah/sebagai inkarnasi wujud Allah. Berhala Manah yang merupakan berhala tertua, batu-batu segi empat al-Lat, dan ‘Uzza yang terkenal dengan ‘anak perempuan Allah’, hingga sampai ke setan dan jin yang dihormati di setiap kelompok masyarakat. Nabi Muhammad lahir pada 22 April 571 M, pada 9 Rabi’ul al-Awwal, tahun pertama Gajah. .( Siddiqi, 2005 : 100)

Para penulis biografi Nabi dari Barat menuliskan kisah hidupnya, mereka sangat menekankan pengalaman-pengalaman mental Nabi sebagai seorang pengembala. Mereka memberikan kesan bahwa ingatan tentang kehidupan penggembalaan Nabi adalah wahyu. Buku ini menekankan bahwa pandangan ini jelas keliru karena hubungan langsung dengan alam membuat Nabi ‘memperhatikan kehidupan benda-benda’ dan mengerti bahwa di balik ini ada kehadiran Pembuatnya.

Kemudian buku ini mengungkap penolakan tentang kesimpulan pertemuan Nabi Muhammad Saw dengan Bahira. Pertemuan ini bermula ketika Muhammad ikut pamannya berdagang  ke Syria dan konon dalam perjalanan bertemulah Nabi dengan Bahira. Pertemuan ini lah yang selalu ditekankan bahwa dari Bahiralah dia belajar untuk membenci berhala. ( Siddiqi, 2005 : 100)

Buku ini memberikan kutipan dari Ibn Hisyam tentang apa yang benar-benar terjadi antara Muhammad dan Bahira. Seperti semua nabi Allah lainnya, Nabi Muhammad Saw mempunyai keengganan alami terhadap penyembahan berhala. ( Siddiqi, 2005 : 101)

Selanjutnya, dijelaskan dalam buku ini bahwa nabi menghabiskan bulan Ramadhan untuk memohon dan berdoa di gua Hira hingga pada suatu malam cahaya wahyu tiba-tiba datang dan masuk kedalam dirinya dan turunnya ayat-ayat pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad. Orang pertama yang diberitahu tentang kenabiannya adalah Khadijah. Dia adalah orang pertama yang masuk Islam dan menanggung semua penderitaan demi Islam. Kemudian adalah ‘Ali, sepupu Nabi yang tinggal bersama sejak kecil, dan Zayd ibn Haritsah, anak angkat dan teman karib Muhammad Saw.

Tokoh Quraisy terkemuka yang memeluk Islam adalah Abu Bakar. Perlu diingat bahwa mereka yang pertama-pertama masuk Islam adalah orang-orang yang memiliki hubungan erat dengan nabi dan karena itu mereka juga mengenal nabi dengan baik. Selama tiga tahun Nabi bekerja secara diam-diam untuk menghentikan para sahabat dan keluarganya dari penyembahan berhala. ( Siddiqi, 2005 : 101)

Sumber: academia.edu

Baca Juga: