Menu Tutup

Berkata Kotor dan Kasar Membatalkan Puasa?

Puasa adalah salah satu ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadhan. Puasa memiliki banyak hikmah dan keutamaan, di antaranya adalah membersihkan jiwa dan raga dari segala kotoran dan dosa. Namun, puasa tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri saja. Puasa juga menuntut kita untuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak baik, seperti berkata kotor dan kasar.

Berkata kotor dan kasar adalah perkataan yang mengandung makna buruk, jorok, atau menyinggung orang lain. Contohnya adalah kata-kata sumpah serapah, fitnah, ghibah, namimah, dusta, caci maki, dan sebagainya. Perkataan seperti ini tidak pantas diucapkan oleh seorang muslim, apalagi di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Lalu, apakah berkata kotor dan kasar dapat membatalkan puasa? Jawabannya adalah tidak. Menurut ilmu fikih, perkara yang membatalkan puasa hanyalah yang masuk atau keluar dari dua lubang (mulut dan kemaluan), seperti makan, minum, muntah dengan sengaja, bersetubuh, haidh, nifas, dan sebagainya. Berkata kotor dan kasar tidak termasuk dalam kategori ini.

Namun, meskipun tidak membatalkan puasa, berkata kotor dan kasar tetaplah dilarang dan dibenci oleh Allah SWT. Perkataan seperti ini akan mengurangi pahala puasa bahkan bisa menghilangkan keberkahannya. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta (bohong) dan perbuatan keji (kotor), maka Allah tidak memerlukan dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits lain disebutkan:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang lisannya kotor dan kasar.” (HR. Tirmidzi)

Dari hadits-hadits di atas dapat kita pahami bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari hal-hal lahiriyah saja, tetapi juga menahan diri dari hal-hal batiniah seperti nafsu amarah, syahwat, hasad, dengki, sombong, iri hati, dan sebagainya. Puasa juga mengajarkan kita untuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat atau bahkan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk selalu berkata baik atau diam selama berpuasa. Kita harus menjauhi perkataan-perkataan yang dapat menyakiti hati orang lain atau menimbulkan fitnah dan permusuhan. Kita harus mengisi lisan kita dengan dzikir, doa, tadarus Al-Quran, ilmu yang bermanfaat, nasihat yang baik, dan sebagainya.

Apabila kita terlibat dalam percakapan atau perdebatan dengan orang lain yang menyebabkan kita terpancing untuk berkata kotor atau kasar, maka hendaklah kita mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita sedang berpuasa. Kita bisa mengucapkan kepada orang tersebut: “Sesungguhnya saya sedang berpuasa.” Maksudnya adalah kita tidak ingin membalas keburukan dengan keburukan melainkan dengan kebaikan.

Baca Juga: