Menu Tutup

Biografi Imam Ibnu Jarir aṭ-Ṭabari

Nama lengkapnya Abū Ja’fār Muḥammad ibn Jarīr ibn Yazīd ibn Kaṡīr ibn Galīb al-Amalī aṭ-Ṭabarī, lebih dikenal sebagai Ibnu Jarir atau Aṭ- Ṭabari. Lahir di daerah Amol, Tabaristan (sebelah selatan Laut Kaspia) pada tahun 838 M. Ia hidup dan tumbuh di lingkungan keluarga berada yang mementingkan pendidikan, terutama di bidang keagamaan. Pada masanya, perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam mengalami kejayaan dan kemajuan. Hal itu semakin meningkatkan kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan.

Kegiatan menghafal Al-Quran dimulainya sejak usia 7 tahun. Pada usia 8 tahun, dia memperoleh kepercayaan menjadi imam Shalat. Ia bahkan telah melakukan pencatatan hadis sejak usia 9 tahun. Semangat menuntut ilmunya sebanding dengan semangat untuk melakukan ibadah.

Aṭ-Ṭabari melakukan perjalanan mencari ilmu ke kota Rayy, Baghdad, Suriah, dan juga di Mesir. Di Rayy, ia berguru kepada Al-Razi tentang filsafat, sementara di bidang Hadis kepada Al-Musanna bin Ibrahim al-Ibili. Di Baghdad, ia ingin berguru kepada Ahmad bin Hanbal, sayang sesampainya di sana gurunya wafat.

Semangat Aṭ-Ṭabari tidak surut, dua kota besar di selatan Baghdad, yakni Basrah dan Kufah menjadi tujuan selanjutnya. Di Basrah, ia berguru kepada Muhammad bin ’Abd al-A’la al-San’ani (w. 245 H/859 M), Muhammad bin Musa al-Harasi (w. 248 H/862 M), Abu al-Asy’aṡ Ahmad bin al-Miqdam (w. 253 H/857 M), dan Abu al-Jawza’Ahmad bin ‘Uṡman (w. 246 H/860 M). Di bidang tafsir, ia berguru di Basrah kepada Humayd bin Mas’adah dan Bisr bin Mu’az al-‘Aqadi (w. akhir 245 H/859-860 M), meski sebelumnya banyak belajar tafsir dari Hannad bin al-Sari (w. 243 H/857 M) di Kufah.

Setelah beberapa waktu di dua kota tersebut, Aṭ-Ṭabari kembali ke Baghdad dan menetap untuk waktu yang lama. Ia memusatkan perhatian pada ilmu qira’ah (cara baca) dan fikih. Gurunya ketika itu adalah Ahmad bin Yusuf al-Sa’labi, Al-Hasan bin Muhammad al-Sabbah al-Za’farani, dan Abi Sa’id al-Astakhari.

Aṭ-Ṭabari kembali melakukan perjalanan mencari ilmu ke berbagai kota, khususnya untuk mendalami ilmu bahasa, sastra, dan qira’ah. Hamzah dan Warasy termasuk orang yang banyak menyumbangkan ilmunya kepada Aṭ-Ṭabari. Keduanya tidak saja dikenal di Baghdad, tetapi juga di Mesir, Syam, Fustat, dan Beirut.

Dorongan kuat untuk menulis kitab tafsir juga didukung oleh gurunya seperti Sufyan bin ‘Uyainah, Waqi’ bin al-Jarrah, Syu’bah bin al- Hajjaj, Yazid bin Harun, dan ‘Abd bin Hamid.

Aṭ-Ṭabari banyak menulis kitab berkaitan dengan berbagai bidang ilmu, seperti tafsir, sejarah, Hadis, hukum, teologi, akhlak, dan lain-lain. Diantara karyanya yang terkenal berjudul Tarīkh ar-Rusūl wa al-Muluk (Sejarah Para Rasul dan Raja), atau lebih dikenal sebagai Tarīkh aṭ-Ṭabarī. Kitab ini berisi sejarah dunia hingga tahun 915 M. Karyanya terkenal karena keakuratannya dalam menuliskan sejarah Arab dan Muslim.

Karya terkenal lainnya adalah di bidang tafsir berjudul Tafsīr aṭ-Ṭabarī. Kitab ini sering dirujuk oleh pemikir Muslim lainnya, seperti Bagawī, As-Suyuṭi, dan juga Ibnu Kaṡīr.

Aṭ-Ṭabarī wafat hari Senin, 27 Syawal 310 H bertepatan dengan 17 Februari 923 M, pada usia 85 tahun.

Baca Juga: