Sejarah sinkronik adalah cara berpikir dalam ilmu sejarah yang mempelajari peristiwa sejarah dengan seluruh aspek yang terkait di masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Sejarah sinkronik bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa masa lampau secara menyeluruh dalam dimensi ruang, namun terbatas dalam waktu. Sejarah sinkronik biasanya menggunakan pendekatan multidimensional untuk menguraikan seluruh aspek yang terkandung dalam peristiwa sejarah12.
Sebagai contoh, kita dapat melihat beberapa karya sejarah sinkronik berikut:
- Rekonstruksi Peristiwa Pemberontakan Petani Banten pada Tahun 1888 oleh Sartono Kartodirdjo. Dalam penelitiannya, Sartono Kartodirdjo mengusut berbagai aspek yang berpengaruh terhadap munculnya pemberontakan petani Banten pada tahun 1888. Satono Kartodirdjo juga menghubungkan antara aspek sosial, agama, politik dan pemerintahan untuk menjelaskan bagaimana peristiwa pemberontakan petani Banten berlangsung23.
- Kehidupan Sosial Suku Tengger oleh Koentjaraningrat. Dengan menerapkan cara berpikir sinkronik, Koentjaraningrat menguraikan secara meluas beragam aspek yang ditemukan pada masyarakat suku Tengger. Aspek-aspek yang dikaji meliputi: aspek letak geografis, aspek sistem dan struktur sosial, aspek ekonomi atau mata pencaharian, data kependudukan, kepercayaan, dan lembaga-lembaga sosial14.
- Sejarah Peradaban Islam di Indonesia oleh Azyumardi Azra. Dalam bukunya, Azyumardi Azra mengkaji sejarah peradaban Islam di Indonesia dengan menggunakan pendekatan sinkronik. Ia menelusuri berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan Islam di Indonesia, seperti faktor geografis, budaya, politik, ekonomi, dan sosial. Ia juga menjelaskan bagaimana Islam berinteraksi dengan budaya lokal dan membentuk identitas bangsa Indonesia5.
Dari contoh-contoh di atas, kita dapat melihat bahwa sejarah sinkronik memberikan gambaran yang lebih luas dan holistik tentang peristiwa sejarah. Sejarah sinkronik juga membantu kita untuk memahami konteks dan latar belakang dari peristiwa sejarah tersebut.