Menu Tutup

Dakwah Rahasia (Sirri) dan Terang-terangan Nabi Muhammad Saw

A. Dakwah rahasia

Pada awal dakwahnya, Nabi Muhammad menggunakan dakwah sirriyah dalam menyebarkan Islam. Nabi Muhammad melakukan dakwah sirri bukan karena takut melainkan strategi dakwah. Dimana Nabi mengantisipasi pengikut Nabi yang masih sedikit dan belum kuat. Sedangkan ancaman dan siksaan ma- syarakat kafir Quraisy masih kua dan status kota Makkah sebagai pusat agama bangsa Arab. Disana terdapat para pengabdi ka’bah dan tiang sandaran bagi ber- hala dan patung-patung yang dianggap suci oleh seluruh bangsa Arab

Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah sirri dengan pendekatan personal. Hal ini disebabakan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta interak- si emosional antara pengajak dan yang diajak. pendekatan personal ini Nabi Saw telah menggabungkan antara ikhtiar dan tawakal. Artinya Nabi dalam berdakwah memperhatikan situasi dan kondisi yang ada.

Nabi Muhammad melaksanakan dakwah sirriyah selama 3 tahun. Pertama- tama, Nabi menawarkan Islam kepada orang-orang terdekat, keluarga besar serta Sahabat-Sahabat karib beliau. Mereka diajak untuk memeluk Islam. Dalam se- jarah Islam dikenal sebagai as-Saabiquun al-Awwaluun (orang-orang yang paling dahulu dan pertama masuk Islam). Mereka adalah:

  1. Khadijah Radhiyallahu anha binti Khuwailid (Wanita pertama yang masuk islam) …
  2. Ali bin Abu Thalib bin Abdul Muthallib al Quraisy al Hasyimi (Anak Laki-Laki Muslim Pertama)
  3. Abu Bakar ash Shiddiq (Pria Dewasa pertama yang menerima islam)
  4. Zaid bin Haritsah (Budak Pertama yang Masuk Islam)

Setelah memeluk Islam, Abu Bakr bersemangat dalam berdakwah mengajak orang-orang masuk Islam. Karakter Abu Bakar terkenal sebagai sosok laki-laki yang lembut, disenangi, dan berbudi baik. Para tokoh kaumnya selalu mengun- junginya dan sudah tidak asing dengan kepribadiannya karena kecerdasan, kes- uksesan dalam berbisnis dan pergaulannya yang luwes. Melalui Dakwah beliau, beberapa Sahabat masuk Islam yaitu :

  1. ‘Utsman bin ‘Affana al-Umawi,
  2. Az-Zubair bin al-‘Awam al-Asadi,
  3. ‘Abdurrahman bin ‘Auf,
  4. Sa’d bin Abi Waqqash az-Zuhriyan dan
  5. Thalhah bin ‘Ubaidillah at-Timi.

Kemudian diikuti oleh Bilal bin Rabah al-Habasyi, Abu ‘Ubaidah; ‘Amir bin al-Jarrah yang berasal dari suku Bani al-Harits bin Fihr, Abu Salamah bin ‘Abdul Asad, al-Arqam bin Abil Arqam (keduanya berasal dari suku Makhzum), ‘Ut- sman bin Mazh’un – dan kedua saudaranya; Qudamah dan ‘Abdullah -, ‘Ubaidah bin al-Harits bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf, Sa’id bin Zaid al-’Adawy dan isterinya;Fathimah binti al-Khaththab al-’Adawiyyah – saudara perempuan dari ‘Umar bin al-Khaththab -, Khabbab bin al-Arts, ‘Abdullah bin Mas’ud al-Hazaly serta banyak lagi selain mereka. Mereka itulah yang dinamakan as-Saabiquunal Awwaluun.

Mereka semua masuk Islam secara sembunyi-sembunyi. Mereka menyembu- nyikan keimanannya untuk menghindari ancaman dan siksaan Kafir Quraisy. Se- lain diuji oleh faktor eksternal, keimanan mereka diuji oleh faktor internal, yaitu ajaran-ajaran yang diterima Nabi bertentangan dengan kondisi yang ada dan di luar kemampuan otak manusia.

Seperti peristiwa isra miraj. Peristiwa perjalan Nabi dari Masjidil Haram ke Baitul Maqdis, dan diteruskan ke sudratul muntahan dalam satu hari. Peristiwa yang tidak mungkin dilakukan pada waktu itu. Dimana kondisi fasilitas transpor- tasi masih menggunakan unta atau kuda. Abu bakar merupakan Sahabat pertama yang mempercayai peristiwa tersebut, sehingga Abu bukar mendapat gelar Ash- Shiddiq. Beliau mempercayai apapun diucapkan dan disampaikan oleh Nabi Mu- hammad Saw. Pada peristiwa Isra’ dan Mi’raj, Nabi Muhammad Saw mendapat perintah menegakan shalat lima waktu.

Menurut Ibnu Hajar perintah shalat Termasuk wahyu pertama. Ibnu Hajar berkata:

“Sebelum terjadinya Isra’, beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam secara qath’i pernah melakukan shalat, demikian pula dengan para Sahabat akan tetapi yang diperselisihkan apakah ada shalat lain yang telah diwajibkan sebelum (diwajibkannya) shalat lima waktu ataukah tidak?. Ada pendapat yang mengatakan bahwa yang telah diwajibkan itu adalah shalat sebelum terbit dan terbenamnya matahari”.

Walaupun dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan bersifat perso- nal, namun beritanya sudah kedengaran oleh kaum Quraisy. Hanya saja, mereka belum mempermasalahkannya karena Nabi Muhammad belum menentang agama dan tuhan mereka. Sehingga Nabi Muhammad dapat membangun jamaah Muk- minin berlandaskan ukhuwwah (persaudaraan) dan ta’awun (solidaritas). Kemu- dian turunlah wahyu yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampai- kan dakwah secara terang-terangan dan menentang kebatilan kaum Quraisy dan menyerang berhala-berhala mereka.

B. Dakwah terang-terangan

Ketika perintah dakwah terang-terangan turun, Nabi Muhammad mengundang Bani Hasyim dan beberapa orang Bani Al-Muthalib bin Al-Manaf. Nabi menye- ru kepada kaumnya menyembah dan berserah diri kepada Allah. Namun semua kerabatnya menentang Rasulullah, hanya Abu Thaliblah yang tidak menantang. Dia tidak masuk Islam tapi dia mendukung dakwah Nabi Muhammad dan melind- unginya dari gangguan kaum kafir Quraisy.

Setelah Nabi merasa yakin terhadap dukungan dan janji Abu Thalib untuk melindunginya dalam menyampaikan wahyu Allah, beliau berdiri diatas Shafa, lalu berseru :

“ Wahai semua orang!” maka semua orang berkupul memenuhi seruan be- liau, lalu beliau mengajak mereka kepada tauhid dan iman kepada risalah beliau serta iman kepada hari akhirat.”

Dari yang hadir disitu, Abu Lahab angkat bicara “ Celakalah engkau untuk sela- ma-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami.” Lalu turun surat Al-Lahab. Sejak itulah, dakwah Nabi terdengar seluruh Mekkah, kemudian turun QS. Al-

Hijr [15] : 94 yang memerintahkan berdakwah secara terang-terangan.

Kaum Quraisy merasa terganggun dengan dakwah Nabi, karena kepercayaan mereka mulai dipermasalahkan dan berhala-berhala mereka ditentangnya. Mer- eka mengakui sosok Nabi Muhammad sebagai orang yang jujur. Mereka berusaha menghentikan dakwahnya dengan cara mendekati pamannya, Abu Thalib. Mer- eka mengharapkan Abu Thalib bisa merayu Nabi Muhammad Saw. untuk meng- hentikan dakwanya. Tapi Abu thalib menolak permintaan mereka. Maka mereka pun pulang dengan tangan hampa sehingga Nabi bisa melanjutkan dakwah, me- nampakkan agama Allah dan menyeru kepadaNya.

Semenjak penolakan itu, kafir Quraisy berusaha menghentikan Nabi dengan berbagai cara, antara lain menjelek-jelekkan ajaran Islam, membangkitkan kera- gu-raguan, menyebarkan anggapan-anggapan yang menyangsikan ajaran-ajaran beliau dan diri beliau, melawan al-Qur’an dengan dongeng orang-orang dahulu dan menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng itu, agar mereka mening- galkan al-Qur’an, dan penyiksaan terhadap para pengikut Nabi.

Kafir Quraisy berusaha menawarkan untuk mempertemukan Islam dan Jahili- yah. Mereka akan mengikuti ajaran Nabi tanpa meninggalkan ajaran mereka, di lain pihak Nabi Muhammad Saw dan pengikutinya mengikuti tata cara ibadah mereka tanpa meninggalkan ajaran Islam. Nabi Muhammad dengan tegas menolak penarawaran mereka. Peristiwa tersebut digambarkan dalam QS Al-Kafiruun ayat 1-5:

Artinya : 1. Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, 2. aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu

Nabi Muhammad mempertegas larangan adanya pencampuran ajaran Islam dengan ajaran Lain. Penolakan akan tawaran lunak oleh Nabi Muhammad Saw, membuat kafir Quraisy semakin marah. Mereka melakukan pemboikotan (embargo) terhadap para pengikut Nabi Muhammad dan kaumnya Mereka menulis selembar kesepakatan pemutusan hubungan total dengan Bani Hasyim dan Bani Abdil-Muththalib. Pengumunan tersebut digantung di salah satu sudut Ka’bah. Adapun isi pengumuman adalah:

  1. Barang siapa yang setuju dengan agama Muhammad, berbelas kasihan kepada salah seorang pengikutnya yang masuk Islam, atau memberi tempat singgah pada salah seorang dari mereka, maka ia dianggap sebagai kelompoknya dan diputuskan hubungan dengannya.
  2. Tidak boleh menikah dengannya atau menikahkan dari mereka.
  3. Tidak boleh berjual beli dengan mereka.

Nabi Muhammad Saw bersama bani Hasyim dan Bani Muthalib hidup ter- isolir dan tinggal di lembah Bani Hasyim. Kaum Quraisy semakin memperketat isolasinya kepada Nabi dan para Sahabatnya sehingga mereka tidak memiliki bekal makanan. Kesulitan mereka sampai pada kondisi hanya makan dedaunan. Umat Islam tetap sabar dan tegar dari tekanan yang mencelakakan ini dengan terus mengharapkan pertolongan Allah.

Di tengah penderitaan inilah Allah Swt. memberikan pertolongan dengan berbagai cara. Seperti Hisyam bin Amr, seorang kafir membawa untanya penuh makanan di malam hari ke Bani Hasyim dan Bani Muththalib. Begitu sampai di dekat lembah ia lepaskan kendali untanya. Ada juga orang-orang kafir bergabung di lembah Bani Hasyim dengan motivasi kesukuan dan kekerabatan. Embargo atau pemboikotan berlangsung selama tiga tahun.

Pada tahun ketiga, Hisyam bin Amr mengajak Zuhair bin Abi Umayyah bin Al Mughirah, untuk membatalkan pemboikotan tersebut. Mereka berdua mengajak 3 orang lagi yaitu, Muth’im bin Adiy, Abul Buhturiy bin Hisyam, dan Zam’ah bin Al-Aswad bin Al-Muththalib. Berlima bertemu malam hari di sebuah bukit di Mekkah dan bersepakat untuk membatalkan pengumuman pembokiotan.

Dan ketika datang pagi hari mereka pergi ke tempat pertemuannya. Mere- ka menyatakan penolakan terhadap pemboikotan atau embargo yang dilakukan orang-orang Quraisy. Mereka ingin merobek pengumuman yang tergantung di sudut Ka’bah. Abu Jahal berusaha menghalangi mereka berlima. Dan Abu Thalib saat itu berada di salah satu sudut masjid menyaksikan pertarungan yang terjadi di antara mereka.

Kemudian Muth’im bin Adiy berdiri ke tempat ditempelkannya pengumuman itu untuk merobeknya, dan ternyata pengumuman itu sudah dimakan tanah kecu- ali kalimat ‘Bismikallahumma’ yang menjadikan kebiasaan orang Arab menu- lis surat. Setelah itu berakhir pemboikotan terhadap Nabi Muhammad Saw. dan pengikutnya.

Kafir Quraisy tetap menekan dan menyiksa para pengikut Nabi Muhammad Saw. Hingga Nabi Memerintahkan pengikutnya untuk hijrah dan keluar dari Makkah.

tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Baca Juga: