Menu Tutup

Dakwah Rasululah dari Mekah Hingga Madinah

Latar Belakang Rasulullah SAW

Nabi Muhammad SAW ialah utusan Allah kepada semua umat manusia. Beliau ialah nabi terakhir, yang diutus oleh Allah kepada semua manusia, supaya mereka menyembah kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Ayah beliau meninggal sebelum beliau dilahirkan dan dikubur di Madinah. Lalu ibunya yang mengasuh beliau. Beliau disusui oleh Tsuwaibah Al-Aslamiyah, kemudian Halimah As-Sa’diyah.

Pada umur 6 tahun ibunya meninggal di Abwa’. Beliau diasuh oleh Ummu Aiman dan ditanggung oleh datuknya. Ketika berumur 8 tahun meninggallah datuknya dan ditanggung oleh pamannya “Abu Thalib” ketika berumur 9 tahun. Beliau bersama pamannya pergi ke negeri Syam. Pada umur 25 tahun Rasulullah SAW pergi dengan membawa dagangan Siti Khadijah. Dan ketika berumur 35 tahun beliau bersatu dengan Qaum Quraisy dalam mendirikan Ka’bah dan beliaulah yang memberi keputusan dalam peletakan Al-Hajarul Aswad.

Beliau termasyhur diantara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Mereka cinta kepada Nabi dan menghormati Nabi. Hingga mereka memberi gelar “Al-Amin” kepada Nabi. Ketika umurnya hampir 40 tahun, Nabi suka menjauhkan diri dari pergaulan dengan manusia. Nabi suka menjalankan ibadahnya di Gua Hira’.

Ketika beliau berumur 40 tahun, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi. Nabi Muhammad SAW diperintah untuk menuju jalan yang lurus yakni agama Islam.

Dakwah Rasulullah di Makkah

Setelah Rasulullah SAW mendapatkan wahyu dari Allah, Nabi mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Orang yang pertama kali beriman kepada beliau ialah Siti Khadijah, Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah.

Orang-orang Makkah sebelum kedatangan Islam, orang-orang ini menyekutukan Allah (musyrikin) yaitu mereka menyembah patung-patung dan menganggapnya suci. Kebiasaan mereka ialah membunuh anak-anak mereka dan mengubur anaknya hidup-hidup. Mereka melakukan hal itu karena takut miskin, malu dan takut mendapatkan celaan.

Ketika turun ayat Al-Qur’an :

Nabi Muhammad SAW mengajak manusia/berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau terlebih dahulu mengajak kerabat-kerabatnya untuk menuju agama yang benar.

Setelah dakwah Rasululah SAW secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun, Nabi diperintahkan untuk dakwah secara terang-terangan. Lalu beliau pun mengumpulkan kaumnya dan mengancam meraka dengan adzab akhirat. Ketika turun ayat :

Artinya : ”Ancamlah keluargamu yang dekat-dekat.”

Nabi mengumpulkan para ahli serta kerabat-kerabatnya dan beliau  pun menyampaikan kepada mereka tentang agama Allah, tapi paman beliau Abu Lahab menolak dengan cara tidak baik.

Ketika Rasulullah mengajak mereka menyembah kepada Allah dan mengajak meninggalkan kepercayaan mereka, orang Quraisy sangat marah. Dulu orang Quraisy yang sangat mencintai Nabi bertukar kecintaan menjadi kemarahan kepada Nabi. Ketika Rasulullah maki tuhan-tuhan mereka menyesatkan bapak-bapak mereka, orang Quraisy mendatangi paman Nabi dan menyuruh Rasulullah berhenti dalam menyebarkan agama Islam. Tapi Rasulullah tak sedikitpun menyerah dan beliau tetap menyiarkan agama Islam.

Orang Quraisy pun melihat hal itu, dan mereka mulai menyakiti Nabi, mengejek, mencela, tapi beliau tetap sabar, tenang, dan memaafkan. Kemudian gangguan itu ditujukan kepada sahabat-sahabat Nabi. Setiap orang yang masuk Islam, pasti orang Quraisy pun menyiksanya.

Hijrah ke Habsyi

Ketika Nabi melihat gangguan dan macam-macam siksaan yang mengenai sahabat, Nabi memerintahkan untuk berhijrah ke Habsyi. Maka berhijrahlah 10 orang sahabat laki-laki dan 5 orang perempuan. Diantara mereka adalah Usman bin Affan dan istrinya yaitu Ruqoyyah binti Rasulullah SAW dan mereka kembali sesudah 3 bulan. Inilah hijrah pertama dalam Islam.

Pada tahun ke-5 dari kenabian Nabi Muhammad, masuklah Umar bin Al-Khattab dan Hamzah bin Abdul Muth-Thalib. Kedua orang ini adalah penguat Islam. Ketika Islam tersiar, kaum Quraisy mengepung Nabi dan keluarganya dan sahabat-sahabatnya di Syi’ib pada tahun ke-7 kenabianNya. Beliau perintah yang kedua kalinya untuk hijrah ke Habsyi dan pada waktu itu Raja Habsyi masuk Islam.

Dalam tahun kesepuluh Nabi keluar dari kepungan orang Quraisy.

Tahun Duka Cita

Pada tahun kesepuluh dari kenabian Nabi Muhammad, meninggalah istri Nabi (Siti Khadijah) dan paman Nabi (Abu Thalib). Setelah paman beliau wafat gangguan orang Quraisy semakin bertambah, sehingga orang Quraisy bermaksud hendak membunuh beliau.

Hijrah ke Thaif

Tatkalah Rasulullah SAW melihat penghinaan Quraisy kepada beliau, berhijralah ke Thaif dalam tahun kesepuluh bersama Zaid bin Haristah. Zaid bin Haritsah ini adalah orang yang menahan/membela Nabi dari gangguan orang Quraisy. Tak lama kemudian Nabi kembali ke Makkah, setelah beliau tinggal sebulan di sana.

Isra’ dan Mi’raj Nabi SAW

Pada tahun kesebelas Nabi, Allah muliakan beliau dengan Isra’ dan Mi’raj.

Isra’ :  Perjalanan Nabi pada waktu malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.

Mi’raj :  Naiknya Nabi SAW ke alam atas dan kepadanya diwajibkan sholat 5 waktu.

Pada pagi harinya Jibril mengajarkan sembahyang/sholat 5 waktu itu dan waktu-waktunya kepada Nabi SAW.

Dakwah Rasulullah di Madinah

Dalam tahun yang kedua belas, datanglah 12 orang laki-laki dari Arab Madinah kepada Nabi. Mereka beriman kepadaNya dan kembali ke Madinah. Dengan begini tersiarlah agama dan kembali ke Madinah. Dalam tahun yang ketiga belas datang kepada Nabi 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari madinah datang kembali kepada Nabi. Dan mereka pula beriman kepada beliau. Maka bertambahlah tersiar agama Islam. Dalam tahun ini Nabi juga memerintahkan sahabat-sahabat beliau berhijrah ke Madinah.

Setelah melewati perjuangan yang berat, akhirnya Rasulullah SAW tiba di Madinah. Dalam perjalanan Nabi, tepatnya hari Jum’at maka beliau sholat Jum’at dan inilah pertama kalinya sholat Jum’at. Khutbahnya adalah khutbah tentang Islam. Ketika Rasulullah sampai di kota Madinah, orang-orang menemui Nabi dan menyambut dengan senang hati atas kedatangan Rasulullah SAW yang sudah dinanti-nanti.

Selain itu Rasulullah SAW kemudian menyebut kalangan muslimin Madinah sebagai kaum Anshar dan muslimin Makkah sebagai kaum Muhajirin. Oleh Rasulullah SAW mereka semua disatukan dalam persaudaraan Islam. Sejak itulah, tidak ada lagi perbedaan antara Aus dan Khzraj. Mereka semua adalah saudara seiman, saudara se-Islam, yakni persudaraan yang terikat karena Allah SWT.

Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah

Di tanah Sahl dan Suhail bin Amr inilah Rasulullah beserta kaum muslimin Madinah membangun sebuah masjid yang kemudian dinamakan dengan masjid Nabawi. Selain sebagai tempat sholat, fungsi masjid sebagai tempat menimba ilmu, berkumpul, latihan perang dan tempat untuk menggembleng fisik dan mental umat. Di masjid inilah Rasulullah SAW menyiarkan agama Islam, membimbing para sahabat untuk menjadi umat yang teguh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selain itu juga Rasulullah menerapkan nilai-nilai Islam dalam mengatur Madinah. Ibarat seorang presiden, Rasulullah SAW berstabilitas keamanan dan kesejahteraan masyarakat Madinah. Maka dakwah Rasulullah berjalan dengan baik.

Sehingga Rasulullah mengadakan perjanjian yang berisi tentang hak dan kewajiban setiap golongan warga Madinah itu kemudian kita kenal dengan sebutan ”Piagam Madinah”. Dengan perjanjian ini, dapat kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah SAW di Madinah ternyata tidak hanya berperan sebagai Rasul, melainkan ia berperan sebagai seorang negarawan. Dengan Piagam inilah, kesatuan dan persatuan yang kokoh di kalangan masyarakat Madinah dapat tercipta.

Strategi dakwah yang digunakan Rasulullah SAW ketika berada di Madinah sangat berbeda dengan yang diterapkan di Makkah. Tentu saja hal itu disebabkan karena kondisi masyarakat yang jauh berbeda. Secara garis besar, langkah dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW di Madinah bermuara pada satu tujuan yakni perdamaian seutuhnya di bumi Madinah. Hal itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut:

  1. Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj
  2. Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar
  3. Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui piagam Madinah

Beberapa hal yang dapat diteladani dari dakwah Rasulullah dalam membina masyarakat Madinah adalah beliau selalu sabar dan berfikir jernih dalam mengatasi situasi Madinah yang sangat plural. Dengan budi pekertinya, Rasulullah menunjukan beberapa sikap yang menjadikannya begitu disegani masyarakat Madinah yakni sikap toleransi, cinta damai, melindungi kaum lemah, murah hati, dan rela berkorban demi agama dan tanah air. Sikap itu tercermin ketika beliau menghadapi permaslahan yang ada di Madinah.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Hasan Ibrahim.2002. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jlid 1-2,terj.H.A. Bahauddin. Jakarta. Kalam Mulia

Djabbar, Abdul Umar. .Kitab Nurul Yaqien, Jilid 1. Surabaya. Toko Kitab Ahmad Nubhan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Baca Juga: