Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam pada penyerangan pertama tidak lepas dari adanya beberapa faktor internal dan eksternal yang menguntungkan. Faktor internal adalah kondisi umat Islam mulai dari penguasa, tokohtokoh pejuang dan prajurit Islam yang ikut andil dalam penaklukan Spanyol merupakan orang-orang pilihan. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, pejuang dan prajuritnya kompak, bersatu, berani dan tabah menhadapi tantangan karena dimotivasi oleh ajaran agama Islam untuk berjuang di jalan Allah Swt.
Sedangkan Faktor eksternal adalah kondisi keagamaan, sosial, politik dan ekonomi negeri Spanyol dalam keadaan rapuh dan menyedihkan. Kondisi keagamaan, penguasa Ghathia tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yatu aliran Monofisit. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, yang tidak bersedia disiksa dan dbunuh secara brutal.
Kondisi sosial, rakyat Spanyol dibagi-bagi dalam sistem kelas, sehingga muncul masyarakat yang melarat, tertindas, dan ketiadaan persamaan hak. Dalam situasi seperti itu, kaum tertindas sangat menunggu kedatangan juru pembebas dan juru pembebas itu, mereka temukan dari orang Islam.
Kondisi politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Kerajaan dalam keadaan kemelut. Kondisi terburuk berada di masa pemerintahan raja Roderik. Raja Ghathia terakhir yang dikalahkan pasukan Islam. Awal kehancurannya ketika dia memindahkan ibu kota negaranya dari Sevilla ke Toledo. Saat itu, Witiza yang menjadi penguasa wilayah Toledo, dia berhentikan begitu saja tanpa sebab. Hal itu memancing amarah dari kakak dan anak Witiza, masing-masing bernama Oppas dan Achila. Keduanya bangkit dan menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan raja Roderik. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan umat Islam di sana.
Sementara itu, terjadi pula konflik antara Roderik dengan Ratu Yulian, mantan gubernur Roderik, karena putrinya diperlakukan tidak senonoh oleh raja Roderik. Yulian juga bergabung dengan umat Islam di Afrika Utara dan mendukung penuh usaha umat Islam menguasai Spanyol. Yulian bahkan meminjamkan empat buah kapal, berturutturut untuk dipakai oleh pasukan Tarif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nusair.
Kondisi ekonomi, perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi Spanyol. Di bawah kekuasaan kerajaan Ghathia, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Tanah-tanah dalam jumlah hektaran dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, jalan-jalan tidak mendapat perawatan akibatnya hubungan antara satu daerah dan daerah lainnya sulit dilalui. Upah minimum regional dibawah standar, rakyat dipaksa membayar pajak dalam jumlah besar, sementara penguasa hidup berpoya-poya di Istana, suatu kondisi yang sangat bertolak belakang.
Dengan demikian, buruknya kondisi keagamaan, sosial, politik, dan ekonomi Spanyol ditambah lagi tentaratentara Roderik yang terdiri dari para budak yang tertindas, masyarakat dilanda kemiskinan dan penderitaan serta ketidakadilan, orang-orang Yahudi yang dipaksa masuk agama Kristen. Pada saat seperti itu mereka dipaksa ikut berperang membela Raja Roderik, sudah dapat dipastikan bahawa mereka tidak mempunyai semangat untuk berperang dan tidak melakukan perlawanan terhadap kaum muslimin, bahkan mereka mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum muslimin.
Sejak pertama kali Islam masuk Spanyol pada tahun 711 M. sampai berdirinya kerajaan Islam atau Daulah Umayyah di Spanyol tahun 756 M. oleh Abdurrahman alDakhil, stabilitas politik Spanyol belum tercapai secara sempurna, karena ada gangguan dari dalam dan dari luar.
Dari dalam, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dari etnis Arab dan gubernur Afrika Utara dari etnis Barbar yang berpusat di Kairawan. Masingmasing mengakui bahwa mereka lebih berhak menguasai daerah Spanyol. Karena perbedaan etnis ini terjadi konflik politik yang sengit di antara mereka untuk merebut kekuasaan.
Sebelum Islam mantap di Spanyol, khalifah al-Walid di Damaskus memanggil kedua pahlawan Islam, Tariq dan Musa untuk menghadapnya di Damaskus melaporkan hasil penaklukan mereka. Pada tahun 714 M. mereka berangkat menuju Damaskus memenuhi panggilan khalifah al-Walid. Setelah tiga bulan dalam perjalanan mereka sampai di Damaskus membawa harta gonimah dan menemui khalifah sedang sakit parah, seminggu kemudian dia pun meninggal dunia.
Sumber: Nasution, Syamruddin. “Sejarah Perkembangan Peradaban Islam.” (2017).