Menu Tutup

Iman, Islam, Dan Ihsan : Pengertian, Hubungan dan Perbedaanya

Pengertian Iman, Islam dan Ihsan

Pengertian Iman

Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). امن- يؤمن – ايمانا yang mengandung beberapa arti yaitu percayatunduktentram dan tenang.[2]

Imam al-Ghazali mengartikannya dengan التصديق  yaitu “pembenaran”.

Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :

الايمان فهو التصديق با لقلب

“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.

Menurut Imam Ab­­ Hanifah:

الايمان هو الاقرار و التصديق

“ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.

Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;

القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل باالاركان

“ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh”.

Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn:

 قول و عمل و نية و ثمسك بالسنة

“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”.[3]

Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.

Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah yang ihsan nantinya.

Keenam Rukun Iman tersebut adalah:

Beriman kepada Allah Swt

Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.

Beriman kepada Malaikat

Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah SWT.

Beriman kepada Kitab-kitab

Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.

Beriman kepada para Rasul

Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi sesudahnya.

Beriman kepada Hari Akhirat

Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.

Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah

Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

Pengertian Islam

Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja

اسلم – يسلم – اسلاما   Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat, selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaiankepatuhan, dan penyerahan diri.[4] Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada Allah.[5]

Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :

  1. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :

الاسلام وهو الاستسلام والانقياد الظاهر

“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.

  1. Ab­­ A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh dan taat kepada Allah.
  2. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya

Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:

حدثنا عبيد الله بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( بني الإسلام على خمس شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وإقام الصلاة وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان )

Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.[6]

Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:

  1. Syahadat
  2. Shalat
  3. Zakat
  4. Puasa
  5. Haji

Pengertian Ihsan

Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :

احسن – يحسن – احسا نا  artinya : فعل الحسن  ( Perbuatan baik ).

Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:

  1. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.[7]
  2. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.[8]

Hubungan Iman, Islam, Dan Ihsan

Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-unsur agama (Ad-Din).

Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.[9]

Didalam al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :

QS Al-Maidah ayat 3  :

اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم الاسلا م دينا

“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang benar bagi kalian”.

QS Ali-Imron ayat 19 :

إِنَّ الدّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسلٰمُ

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.

Perbedaan Antara Iman, Islam,dan Ihsan

Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya.

Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.

Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. adalah mukmin.[10]

Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia

Setiap pemeluk Islam mengetahui  dengan  pasti  bahwa  Islam (Al-Islam) tidak sah tanpa iman (Al-Iman), dan  iman  tidak  sempurna  tanpa  ihsan (Al-Ihsan).  Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin  tanpa  Islam.

Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan Ikhsan sebagai berikut:

قال علي : إن الإيمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله

 Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang  putih, apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut  akan tumbuh dan bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati.[11]

Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar  dalam pandangan islam ini karena  bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

[1] Imam An-Nawawi.Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyah.hal.37

[2] Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beir­­t : al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th, hlm.16

[3] Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan Bintang, 1976, hlm.257

[4] Ibid hal.48

[5] Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992, hlm.84

[6] Ibid hal.75

[7] Muhammad Musthafa.Al-Ushulul As-Tsalasa.hal.86

[8] Ibid hal.104

[9] Ibid hal.28

[10] Hasby ash-Shiddiqy. Al-Ushulu At-Tauhid. hal.31-32.

[11] Imam Ab­­ Hanifah, Al-Fiqh al-Akbar, Hedrabad : Dairah al-Ma’arif al-‘Usman³yah, 1979, hlm.6.