Kerajaan Mughal merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di India yang berdiri selama lebih dari tiga abad, yaitu dari tahun 1526 hingga 1857. Selama masa kejayaannya, kerajaan ini membawa kemajuan luar biasa di berbagai bidang, termasuk politik, seni, budaya, dan arsitektur. Namun, seperti banyak dinasti besar lainnya, kerajaan Mughal akhirnya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Awal Berdirinya Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal didirikan oleh Babur, seorang keturunan Mongol dan Turki, pada tahun 1526 setelah kemenangan besar di Pertempuran Panipat melawan Sultan Ibrahim Lodi dari Delhi. Babur membawa visi besar untuk membangun kerajaan yang kuat di anak benua India. Pemerintahannya yang singkat ditandai dengan upaya memperkuat militer dan memperluas wilayah kekuasaannya, tetapi stabilitas kerajaan baru sepenuhnya tercapai pada masa pemerintahan cucunya, Akbar.
Pemerintahan Akbar dan Kemajuan Politik
Akbar yang naik tahta pada usia 13 tahun merupakan salah satu tokoh sentral dalam sejarah kerajaan Mughal. Di bawah pemerintahannya, kerajaan Mughal mencapai puncak kejayaan. Akbar dikenal sebagai pemimpin yang cakap dalam politik dan militer, serta bijak dalam mengelola hubungan antara komunitas Hindu dan Muslim di India. Salah satu kebijakan terkenal yang diambil oleh Akbar adalah penghapusan pajak jizya untuk non-Muslim, yang bertujuan memperkuat harmoni sosial di wilayahnya.
Akbar juga berhasil memperluas kekuasaan Mughal ke berbagai wilayah penting di India, seperti Gujarat dan Bengala. Melalui serangkaian kampanye militer yang sukses, kerajaan Mughal di bawah kepemimpinannya menguasai hampir seluruh India utara dan tengah. Selain kemampuan militer, Akbar juga membangun sistem administrasi yang efisien dan memfasilitasi interaksi antara berbagai etnis dan agama di kerajaannya.
Masa Shah Jahan dan Kejayaan Arsitektur
Setelah masa pemerintahan Akbar, anaknya Jahangir melanjutkan pemerintahan, dan kemudian Shah Jahan naik tahta pada tahun 1628. Shah Jahan adalah penguasa yang terkenal karena kontribusinya dalam bidang seni dan arsitektur, yang paling terkenal adalah pembangunan Taj Mahal, makam megah yang dibangun untuk mengenang istrinya, Mumtaz Mahal. Karya arsitektur ini merupakan salah satu simbol terbesar kejayaan budaya dan seni pada masa kerajaan Mughal.
Selain Taj Mahal, Shah Jahan juga membangun berbagai bangunan monumental lainnya, seperti Masjid Jama di Delhi dan Benteng Merah, yang menjadi pusat administrasi kerajaan.
Kemunduran di Bawah Pemerintahan Aurangzeb
Aurangzeb, anak Shah Jahan, adalah penguasa Mughal terakhir yang berhasil memperluas wilayah kekuasaan secara signifikan. Namun, pemerintahannya juga membawa keretakan dalam stabilitas internal kerajaan. Aurangzeb menerapkan kebijakan yang lebih keras dan konservatif dibandingkan pendahulunya, termasuk mengembalikan pajak jizya dan menekan praktik-praktik Hindu. Kebijakan ini memicu ketidakpuasan di kalangan umat Hindu dan memperlemah dukungan dari komunitas non-Muslim yang sebelumnya dijaga oleh Akbar dan Shah Jahan.
Selama pemerintahan Aurangzeb, perlawanan dari kelompok-kelompok lokal seperti Maratha dan Sikh semakin menguat. Ketidakstabilan internal ini diperparah dengan adanya konflik internal di keluarga kerajaan, terutama terkait dengan masalah suksesi kekuasaan. Selain itu, Aurangzeb terlalu terfokus pada kampanye militer yang berkepanjangan di Deccan, yang akhirnya melemahkan sumber daya kerajaan.
Faktor-Faktor Kemunduran Kerajaan Mughal
Kemunduran kerajaan Mughal disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor utama adalah masalah suksesi yang tidak jelas, yang sering kali menimbulkan perang saudara dan konflik di dalam keluarga kerajaan. Setelah meninggalnya Aurangzeb pada tahun 1707, kerajaan Mughal mulai terpecah menjadi beberapa kekuatan yang bersaing satu sama lain, dan kekuasaan sentral di Delhi semakin melemah.
Selain masalah internal, kekuatan eksternal juga mulai mengancam keberadaan kerajaan Mughal. Penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama Inggris, yang masuk melalui Perusahaan Hindia Timur Inggris (EIC), semakin memperlemah ekonomi dan kekuasaan politik Mughal. Pada tahun 1757, Inggris memenangkan Pertempuran Plassey, yang menandai awal dominasi mereka di India. Meskipun secara formal kerajaan Mughal masih eksis hingga Pemberontakan Sepoy tahun 1857, peran mereka dalam politik India semakin tidak berarti.
Warisan Kerajaan Mughal
Meskipun kerajaan Mughal mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh, warisan mereka tetap abadi. Di bidang arsitektur, seni, dan budaya, pengaruh Mughal masih dapat dilihat hingga saat ini, terutama melalui bangunan-bangunan monumental seperti Taj Mahal, Benteng Merah, dan Masjid Jama. Kerajaan Mughal juga mewariskan sistem administrasi yang efisien dan berbagai inovasi dalam bidang ekonomi, termasuk pengelolaan pajak tanah yang diperkenalkan oleh Akbar.
Selain itu, Mughal juga berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di India dan menjaga harmoni antara berbagai kelompok etnis dan agama, meskipun kebijakan toleransi ini tidak konsisten di sepanjang sejarah mereka.
Kesimpulan
Kerajaan Mughal adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling berpengaruh di anak benua India. Selama lebih dari tiga abad, mereka membawa perubahan besar dalam politik, ekonomi, seni, dan budaya di wilayah tersebut. Namun, faktor-faktor internal seperti konflik keluarga dan suksesi yang tidak jelas, serta ancaman eksternal dari kekuatan kolonial Eropa, menyebabkan kemunduran dan akhirnya kehancuran kerajaan ini. Meski demikian, warisan mereka tetap hidup dan menjadi bagian integral dari sejarah India dan dunia.
Referensi:
- Universitas Negeri Yogyakarta. (n.d.). 6311 [PDF]. https://journal.uny.ac.id
- Neliti. (n.d.). Kemunduran dan kehancuran Kerajaan Mughal [PDF]. https://media.neliti.com
- Universitas Pembangunan Yogyakarta. (n.d.). 3632 [PDF]. https://journal.upy.ac.id
- UIN Malang. (n.d.). 435 [PDF]. https://ejournal.uin-malang.ac.id