Menu Tutup

Kematian Menurut Islam

Seluruh yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, termasuk di dalamnya adalah manusia. Bagi manusia, kematian merupakan pintu gerbang untuk memasuki alam akhirat. Tidak ada manusia yang lolos dari kematian. Namun demikian, hanya sedikit yang mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian yang pasti datang tersebut.

Orang yang lalai menyambut datangnya kematian, akan mengalami kematiannya dengan sebutuan su’ul khatimat, tetapi bagi orang yang senantiasa mempersiapkan diri untuk menyambut kematian dengan beramal saleh dan berharap rida Allah Swt., maka baginya adalah husnul khatimah. Tentang kepastian datangnya kematian ini, Allah Swt., berfirman:

Artinya: tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.(QS. Al-Ankabut [29]: 57)

Allah Swt. telah menginformasikan kepada seluruh umat manusia, bahwa setiap jiwa akan merasakan kematian. Hanya Allah Yang Maha Hidup, tidak akan mati. Adapun jin, manusia, malaikat, semua akan mati. Kematian merupakan sesuatu yang sangat menakutkan. Maut merupakan ketetapan Allah Swt. yang akan mendatangi seluruh orang yang hidup dan tidak ada yang dapat menolak maupun menahannya. Maka kita harus menyiapkan diri untuk menghadapinya dengan keimanan dan amal saleh.

Di masa modern ini memang ada banyak usaha untuk memperpanjang umur. Namun semuanya gagal. Ini setelah ditemukan bahwa sel akan mati, karena kematian ada di dalamnya. Inilah yang diinformasikan Rasulullah Saw.berikut: “Wahai para hamba Allah, berobatlah, karena Allah selalu memberikan obat untuk semua penyakit kecuali ketuaan,” (HR. Ahmad). Pada QS. al-Mulk (67): 2, Allah Swt. berfirman:

Artinya: yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk [67]: 2)

Pada ayat ini, kita mendapati bagaimana Allah membicarakan kematian sebelum kehidupan. Allah menginformasikan kepada kita bahwa kematian adalah makhluk seperti kehidupan. Orang jahiliah menduga bahwa kematian itu datang secara tiba-tiba dan membabi buta. Padahal ada proses yang luar bisa, yang sangat mirip dengan program komputer. Para ahli memastikan bahwa kematian itu sudah diprogram sedemikian rupa oleh Allah Swt. yang setiap orang akan mengalaminya, yaitu ada pada setiap sel tubuh. Program kematian dimulai bersamaan dengan sel pertama yang menjadi bahan dasar manusia. Program ini mendampingi manusia hingga ia menemui ajalnya dengan sistem luar bisaa yang tidak ada cela sama sekali. Allah Swt. berfirman:

Artinya: Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya? Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan, (QS. Al-Waqi’ah [56]: 58-60)

Dengan demikian, kematian pastilah datang. Kemanapun manusia lari, dan di manapun manusia bersembunyi untuk menghindari kematian, maka apabila kematian sudah saatnya datang, maka tidak ada satupun orang yang dapat menghindarinya. Allah

Swt. berfirman:

Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Jumu’ah [62]: 8)

Dalam ajaran agama-agama samawi, kematian mempuyai peranan yang sangat besar dalam memantapkan akidah serta menumbuhkembangkan semangat pengabdian. Tanpa pemahaman yang tepat tentang kematian, manusia tidak akan berpikir tentang apa sesudah mati, dan tidak akan mempersiapkan diri menghadapinya. Al-Qur’an menjelaskan kehidupan dunia dengan istilah al-hayat ad-dunya (kehidupan yang rendah), dan   kehidupan   akhirat    deUngaJn IisPtilaUh   Bal-LhayIaKwan    (kehidupan   yang   sempurna) sebagaimana firman-Nya dalam QS. al-‘Ankabut (29): 64 berikut:

Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 64)

Satu-satunya jalan untuk mendapatkan kenikmatan dan kesempurnaan itu adalah kematian. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan: “Kematian yang dikenal sebagai perpisahan ruh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain.”

Ada beberapa istilah yang diguakan  al-Qur’an untuk menunjukkan kematian, antara lain al-wafat (wafat), imsak (menahan), sebagaimana firman-Nya:

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Dalam ayat yang lain, Allah menyifati kematian sebagai musibah/malapetaka. Istilah ini ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggal mati. Pengertian ini dimaksudkan bagi orang-orang yang ditinggalkan, dan sekaligus bagi mereka yang mati tetapi tidak membawa bekal yang cukup untuk hidup di negeri seberang, sebagaimana firman Allah dalam QS. al-Māidah [5]: 106.

Baca Juga: