Menu Tutup

Keteladanan Ali Bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah

Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah ialah saudara sepupu Rasulallah Saw. Karena sejak kecil di bawah asuhan Rasulullah Saw. maka beliau sangat dekat dengan Rasulallah Saw. dan sebagai salah satu sahabat Rasulallah Saw.

Beliau putra paman Rasulullah (Abu Thalib) dan ibunya bernama Fatimah binti As’ad, dari keturunan Bani Hasyim. Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah dilahirkan pada tahun 599 M dan wafat pada tahun 661 M Beliau satu-satunya manusia yang dilahirkan di bawah naungan ka’bah. “Haidar” adalah nama asli beliau (nama pemberian orang tua beliau). ‘Haidar” artinya pemberani dan disegani, sebagaimana keluarga beliau yang disegani oleh kaum

Quraisy Makkah. “Ali” adalah nama pemberian Rasulullah Saw. yang artinya tinggi. Beliau diangkat menjadi khalifah ar-Rasyidin ke-4 menggantikan khalifah Usman bin Affan Ra.

Suatu hari Abu Thalib (paman Rasulullah Saw. sekaligus ayah Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah) mengalami kebangkrutan dalam usahanya. Lalu Abu Thalib mengirim putra-putranya ke saudara-saudaranya diasuh. Rasulullah istri beliau (Siti Khadijah al-Kubra) memilih Ali bin Abi Thalib untuk diasuh.

Rasulullah Saw. juga pernah diasuh Abi Thalib sepeninggal kakek beliau Abdul Muthalib. Dalam pengasuhan Rasulullah Saw., belaiu sering diperlakukan dengan istimewa karena selain Rasulullah tidak memiliki putera laki-laki, saudara sendiri, dan kecerdasan otak serta budi pekerti Ali yang mulia. T

umbuhlah Ali bin Abi Thalib menjadi laki-laki dewasa yang gagah- berani, berilmu, dan berbudi pekerti luhur. Bersama Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib adalah golongan orang-orang yang mula-mula masuk Islam. Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua setelah Rasulullah Saw. yang mempercayai turunnya wahyu Rasulullah Saw. yang pertama. Pada waktu itu usia Ali masih 10 tahun. Kemudian berikutnya disusul Siti Khadijah dan sahabat-sahabat yang lain.

Rasulullah Saw. melabelkan Ali bin Abi Thalib bukan “Ra.” (Radhiyallahu anhu) sebagaimana label/ sebutan setelah nama sahanat-sahabat yang lain, tetapi khusus sahabat Ali bin Abi Thalib dilabelkan Karamallahu wajhah. Kenapa Karamallahu wajhah? Kata Rasulullah Saw. karena Ali satu-satunya orang yang tidak pernah menyembah berhala walaupun tidak langsung beragama Islam, lalu Ali berwajah tampan (bersinar keilmuan), dan Ali tiak pernah membuka aurat. Rasulullah Saw. senantiasa mendoakan keponakannya itu senantiasa mendapatkan kemulaiaan dari Allah Swt. karena sifat-sifat luhur yang dimiliki Ali bin Abi Thalib.

Kecerdasan Ali bin Abi Thalib diakui Rasulullah Saw. sehingga beliau layak sebagai tempat bertanya sahabat-sahabat lainnya tenang ilmu. Rasulullah Saw. bersabda tentang keilmuan Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah: “Ana Madinatul ilmi wa Aliyyun babuha. Faman Aradal madinah fa ya’tihamin babihi”.

Artinya : “Akulah kota ilmu dan Ali-lah pintunya. Barang siapa yang mau memasuki kota, hendaklah ia datang melalui pintunya”. Hadis ini sanadnya bersambung langsung sampai Rasulullah Saw. Makna sabda Rasulullah Saw. tersebut adalah jika ada seseorang yang ingin mendalami suatu ilmu sebelum sampai ke Rasulullah Saw. dianjurkan berguru kepada Ali bin Abi Thalib terlebih dahulu. Betapa mulia pribadi Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah sehingga Rasulullah Saw. saja mengakui kehebatan keilmuan beliau. Subahanallah.

Kecerdasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki, menjadikan Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah bijaksana dalam mencari solusi (jalan keluar) sebuah permasalahan. Sebagai contoh, dikisahkan ada seorang wanita yang datang kepada Umar bin Khathab karena ingin mengadukan nasibnya telah melahirkan seorang anak lelaki yang telah berumur enam bulan.

Tanpa berpikir panjang Umar bin Khattab memerintahkan agar wanita tersebut di rajam. Maka Ali berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin tidakkah engkau mendengar firman Allah Ta’ala bahwa masa kehamilan adalah enam bulan dan menyapihnya dalam masa dua tahun”? Kata-kata Ali ini sangat menyentuh hati Umar dan Umarpun menggagalkan eksekusi rajam dan berkomentar: “Sebuah perkara yang seandainya Ali bin Abi Thalib tidak memberikan pendapat padanya maka niscaya aku binasa”. Umar bin Khattab Ra. sangat mengakui dan menghargai pendapat Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah yang penuh hikmah.

Perkataan Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah yang sangat bijak karena kecerdasan dan kedalaman ilmu beliau di antaranya: “Ambillah lima perkara dariku, janganlah seorang hamba mengharap kecuali kepada Tuhannya, tidak khawatir kecuali terhadap dosa-dosanya, janganlah orang yang tidak mengetahui merasa malu bertanya tentang apa yang tidak diketahuinya, dan janganlah orang yang alim merasa malu mengatakan: “Allah yang lebih mengetahui” jika dia ditanya tentang perkara yang tidak diketahuinya, kedudukan sabar terhadap keimanan sama seperti kedudukan kepala dalam jasad dan tidak ada keimanan tanpa kesabaran”. Kata-kata ini dapat dijadikan hikmah bagi umat Islam agar selalu mempertahankan keimanan kepada Allah Swt.,Allah Maha Megetahui atas segala sesuatu, dan kesabaran sebagai dasar keimanan. Karena kecerdasan dan wawasan berpikir yang luas, Ali bin Abi Thalib ketika sebelum diangkat menjadi khalifah sudah terbiasa mengritisi kebijakan-kebijakan khalifah sebelum beliau. Kritikan-krtikan beliau sering diterima oelh berbagai pihak karena berdasarkan ilmu dan demi kemajuan Islam melaui                                                      pemerintahan yang ada.

Pada masa menjadi khalifah, beliau semakin menampakkan kecerdasan keilmuan beliau terutama kecerdasan di bidang militer.

Ternyata Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah dibalik kecerdasan otak beliau juga memiliki kepandaian mengatur strategi perang. . Beliau telah banyak mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. dan peran yang tidak diikuti beliau hanya kecuali perang Tabuk. Beliau tumbuh menjadi seorang panglima perang yang gagah berani, pedangnya yang menebas musuh-musuhnya di medan pertempuran melawan kafir Quraisy. Kecuali itu Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah terkenal sebagai ksatria karena ketangguhan beliau dalam menunggang kuda.

Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah pada perang pertama dalam sejarah Islam yaitu perang Badar, beliau sudah berani tampil mendamping Hamzah sebagai panglima perang Badar. Pada waktu usia beliau 25 tahun. Kemenangan berada di pihak kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy banyak yang tewas.

Peristiwa hijrahnya Rasulullah Saw. dan para sahabat dari Makkah ke Madinah menyebabkan terjadinya perang Uhud. Kaum Quraisy mengejar Rasulullah Saw. dan hendak membunuh Rasulullah. Sahabat-sahabat yang bersama Rasulullah Saw. waktu itu sahabat Abu Bakar as-Shidiq dan sahabat Umar bin Khattab. Ali bin Abi Thalib bertugas berada di kamar Rasulullah Saw. untuk mengelabuhi orang-orang kafir Qurasy agar mereka menganggap Rasulullah Saw. tidak jadi hijrah.

Lalu kaum Quraisy mendatangi kediaman Rasulullah Saw. dan menganggap Ali dikira Rasulullah Saw. yang ada dalam kamar itu, dan mengangap Rasulullah tidak meninggalkan Makkah. Ali sudah membulatkan tekad jika terjadi apa-apa pada beliau, beliau siap mati demi Islam. Ternyata kaum Quraisy langsung kembali dan tidak menyerang beliau dan belaiu selamat. Tetapi sebagian kaum Quraisy ada yang mendengar bahwa Rasulullah Saw. beserta rombongan sedang hijrah maka dihadangnya rombongan Rasulullah Saw. dan terjadilah perang Uhud. Ali bin Abi Thalib ikut serta dalam peperangan itu. Dan kaum muslimin kembali menang sehingga Rasulullah Saw. beserta rombongan melanjutkan perjalanan ke Madinah. Akhirnya Islam berkembang pesat di Madinah.

Rasulullah Saw. ketika tinggal di Madinah, Rasulullah menikahkan Ali bin Abi Thalib dengan putri kesayangannya yaitu Fatimah az-Zahra. Ali dipilih Rasulullah Saw. sebagai menantu karena selain memiliki budi pekerti yang luhur, cerdas dan dalam keilmuan beliau, dan masih saudara sendiri yaitu kalangan Bani Hasyim (keturunan Rasulullah Saw. sendiri). Pernikahan beliau dengan Fatimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw.dikaruniai putera yang terkenal dengan nama Hasan dan Husein. Beliau mengajarkan kesederhanaan dalam hidup berkeluarga, tetapi tetap peduli terhadap orang lain.

Pada peristiwa perang Khandaq, keberanian Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah berani memerangi Amar bin Abdi Wud yang mengajak duel tentara Islam sebelum peperangan dimulai. Dia berkata: “Di manakah surga yang kalian klaim bahwa jika mati kalian pasti memasukinya”? “Apakah kalian tidak memberikan aku seorang lelaki untuk berperang melawanku”? Maka Ali bin Abi Thalib keluar menghadapinya.

Ali bin Abi Thalib berkata: “Demi Allah, aku tidak sedikit pun merasa benci menumpahkan darahmu’. Amar bin Abdi Wud marah dan turun dengan menghunus pedangnya seperti kilatan api, lalu bergegas menantang Ali dengan penuh emosi. Ali pun tidak takut menghadapi Amar dengan sebuah perisai lalu Amar menyabetkan pedangnya hingga menancap pada perisai dan melukai kepala Ali. Lalu Ali membalas memukulkan pedangnya ke pundak Amar sehingga musuh beliau itu tersungkur hingga terdengarlah suara gaduh para prajurit Islam. Rasulullah Saw. mendengar suara takbir berkumandang dan mengetahui bahwa Ali telah menewaskan musuhnya. kembali lagi kemenangan ada di pihak kaum muslimin. Ali bin Abi Thalib lalu menghadap Rasulullah dan Rasulullah mencium beliau dengan berurai air mata. Hal ini semakin menguatkan Rasulullah Saw. bahwa Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah sangat ahli mengatur strategi perang.

Perang selanjutnya adalah perang Khaibar, yaitu perang yang timbul karena kaum Yahudi mengkhianati perjanjian Hudaibiyah, yang sebelumnya sudah disepakati oleh kaum Yahudi kaum muslimin. Karena perang ini terjadi di benteng Khaibar, maka perang ini disebut perang Khaibar.

Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar yang kokoh, Rasulullah bersabda: “Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Sabda Rasulullah Saw. membuat semua sahabat mendambakan bisa mendapatkan kehormatan itu. Ternyata yang dimaksud seseorang itu adalah Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhah. Beliau mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit yang bernama Marhab (yang dianggap paling berani di pihak musuh). Beliau sekali menebas dan memukul terbelahlah menjadi dua bagian tubuh Marhab. Maha Suci Allah yang telah melindungi hamba-hamba-Nya di jalan kebenaran.

Baca Juga: