Menu Tutup

Khalifah Harun ar-Rasyid, Pemimpin Bijaksana dan Peletak Dasar Pemerintahan Modern

Khalifah Harun ar-Rasyid (145-193 H/763-809 M) dilahirkan di Rayy pada bulan Februari 763 M/145 H. Ayahnya bernama Al-Mahdi dan ibunya bernama Khaizurran. Ia dibesarkan di lingkungan istana, mendapat bimbingan ilmu-ilmu agama, dan ilmu pemerintahan di bawah bimbingan seorang guru yang terkenal, yaitu Yahya bin Khalid Al-Barmaki, seorang ulama besar di zamannya. Ketika Ar-Rasyid menjadi khalifah, Yahya menjadi perdana menterinya sehingga banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir darinya.

Tanggung jawab yang berat sudah dipikul Harun ar-Rasyid sejak sang Ayah, Khalifah Al-Mahdi

melantiknya sebagai gubernur di Saifah tahun 163 H. Semenjak tahun 164 H, ia diberikan wewenang untuk mengurus seluruh wilayah Anbar dan negeri-negeri di wilayah Afrika Utara.

Harun ar-Rasyid telah menunjukkan kecakapannya dalam memimpin. Atas dasar itu, Al- Mahdi melantiknya kembali menjadi gubernur untuk kedua kalinya di Saifah pada tahun 165 H.

Harun ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah pada September 786 M. Usianya sangat muda ketika itu, yakni 23 tahun. Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa al-Hadi wafat.

Kepribadian Harun ar-Rasyid sangat mulia. Sikapnya tegas, mampu mengendalikan diri, tidak emosional, berperasaan sangat halus, dan toleran. Akhlak mulianya dikemukakan oleh Abul ‘Aṭahiyah, seorang penyair kenamaan saat itu. Selain itu, ia dikenal sebagai seorang khalifah yang suka humor.

Dia juga terkenal sebagai pemimpin yang pemurah dan dermawan. Banyak sejarawan menyamakannya dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Dinasti Umayyah. Ia sering turun ke jalan-jalan di kota Baghdad pada malam hari melihat kehidupan sosial yang sebenarnya. Di masanya, tidak seorang pun yang kelaparan dan teraniaya, tanpa diketahui oleh Harun ar-Rasyid.

Khalifah Harun ar-Rasyid mempunyai perhatian dan minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Para ilmuwan dan budayawan dilibatkan dalam setiap pengambilan kebijakan. Khalifah juga melakukan penterjemahan besar-besaran terhadap buku-buku ilmu pengetahuan berbahasa asing ke dalam bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, bahkan menjadi alat komunikasi umum.

Semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab agar dapat dikaji dan dipahami masyarakat luas. Dewan penerjemah pun dibentuk, yang diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih.

Kota Baghdad menjadi mercusuar, kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada Abad Pertengahan. Selain itu, pada masa kekhalifahannya wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukuṣ, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.

Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, hidup seorang cerdik pandai yang sering memberikan nasihat kebaikan kepadanya, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat kebaikan Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu. Hal tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun ar-Rasyid.

Kebijakan dan kecakapannya dalam memimpin mampu membawa negara dalam situasi aman, damai, dan tenteram. Tingkat kejahatan sangat tinggi sehingga sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak, dan sedekah. Dapat dikatakan bahwa tingkat kemakmuran penduduknya merata. Pada masa pemerintahannya, Dinasti Abbasiyah mengalami masa kejayaan dan keemasan, sekaligus menjadi salah satu pusat peradaban dunia.

Khalifah Harun ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada tanggal 3 atau 4 Jumadiṡṡānī 193 H/809 M, setelah menjadi khalifah selama 23 tahun 6 bulan. Saat meninggal dunia, usianya 45 tahun. Shalat jenazah Khalifah Harun ar-Rasyid dipimpin oleh anaknya sendiri bernama Ṣalih.

Dinasti Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang saleh, adil, dan bijaksana. Di masa itu, tidak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Harun ar-Rasyid untuk mendapatkan perlindungan hukum yang adil.

Baca Juga: