Menu Tutup

Larangan Gosip (Ghibah) dalam Islam

Pengertian Gosip (Ghibah)

Menurut bahasa, gosip (ghibah) berarti membicarakan keburukan orang lain. Ghibah berasal dari bahasa Arab dengan akar kata ghaaba berarti sesuatu yang tersembunyi dari mata. Secara istilah, ghibah adalah sesuatu pembicaraan dengan ketiadaan orang yang dibicarakan dan obyek pembicaraan tentang kekurangan atau aib seseorang dan orang tersebut tidak rela dengan pembicaraan itu.

Menurut Ibnu Mas’ud, ghibah adalah menyebutkan apa yang diketahui pada orang lain, dan jika engkau mengatakan apa yang tidak ada pada dirinya berarti itu adalah kedustaan. Menurut Syaikh Salim al-Hilali, ghibah adalah menyebutkan aib orang lain dan dia dalam keadaan tidak hadir dihadapan engkau. Allah Swt. berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. al-Hujurāt [49]: 12)

Rasulullah Saw. Bersabda:

“Dari Abu Barzah Al Aslami(6) ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah tetap akan menampakkan kesalahannya meskipun ia ada di dalam rumahnya”. (HR. Abu Daud)

Gosip dalam Islam

Islam melarang umatnya melakukan gosip karena menghancurkan hubungan yang sudah terbangun kokoh. Perilaku gosip dapat berubah menjadi fitnah dan hoaks jika kabar itu tidak benar dan berubah lagi menjadi adu domba yang menghancurkan hubungan manusia. Di samping menghancurkan keharmonisan hubungan, perilaku gosip akan memberikan beberapa dampak negatif lainnya, yaitu

  1. Mendapat dosa yang lebih berat dari zina
  2. Dengan melakukan gosip, seseorang telah berbuat zalim kepada orang
  3. Orang-orang yang melakukan gosip tidak akan dimaafkan sebelum mereka meminta maaf kepada orang yang

Rasulullah Saw. bersabda:

“Dari Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah Saw. bersabda: Hati-hatilah kamu dari ghibah, karena sesungguhnya ghibah itu lebih berat daripada berzina. Mereka berkata, “Bagaimanakah bisa ghibah lebih berat daripada zina? Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya orang yang berzina bila bertaubat maka Allah akan mengampuninya, sedangkan orang yang ghibah tidak akan diampuni dosanya oleh Allah, sebelum orang yang dighibahi memaafkannya”. (HR Thabarani)

Merendahkan derajat manusia

Dengan gosip, kabar tentang orang lain akan terdengar ke publik. Hal itu membuat rahasia dan aib orang lain menjadi bahan tertawaan orang banyak.

Panggilan yang buruk pun akan disematkan pada orang yang terbongkar rahasia dan aibnya. Martabat orang yang digosipkan pun akan jatuh. Allah Swt.berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Hujurāt [49]: 11)

Batas dikatakan gosip atau ghibah adalah membicarakan sesuatu yang terdapat pada orang lain yang tidak akan menyukai pembicaraan tentangnya. Pembicaraan itu misalnya

  1. Pembicaraan yang berkenaan dengan kekurangan tubuhnya, misalnya menyebutkan bahwa orang itu penglihatannya rabun, kepalanya juling, kepalanya botak atau sifat-sifat lain yang sekiranya tidak disukai untuk dibicarakan
  2. Pembicaraan yang berkenaan dengan keturunan, misalnya menyebutkan ayahnya bahwa seorang yang fasik, seorang yang struktur sosialnya rendah atau sebutan- sebutan lainnya yang tidak disukai jika dibicarakan.
  3. Pembicaraan yang berkenaan dengan akhlak, misalnya menyebutkan orang itu kikir, congkak, sombong, atau sifat lain yang tidak disukai jika
  4. Pembicaraan yang berkenaan dengan masalah agama, misalnya menyebutkan bahwa orang itu pencuri, pendusta, peminum alkohol atau sebutan-sebutan lain yang tidak suka
  5. Pembicaraan yang berkenaan dengan urusan dunia, misalnya menyebutkan bahwa orang itu berbudi pekerti rendah, menganggap remeh orang lain, tidak pernah menganggap hak orang lain pada dirinya, dan sebutan-sebuatan lain yang tidak disukai jika dibicarakan.

Untuk menghindari perilaku gosip, Imam Ghazali membagi dua cara yaitu secara garis besar dan secara terperinci. Adapun secara garis besar, kita harus menanamkan keyakinan bahwa gosip yang dilakukan akan menghadapi murka Allah, gosip akan menghapus segala kebaikannya di akhirat, penggosip ialah menyerupai orang yang memakan bangkai dan memahami bahwa lebih baik diam daripada berkata buruk. Secara terperinci adalah dengan memperhatikan sesuatu yang mendorong seseorang melakukan gosip. Beberapa cara terperinci adalah dengan terapi perkataan yang baik contohnya mengatakan “Aku bukan orang yang suka membicarakan orang lain. Perbuatan itu tidak bermanfaat. Allah tidak suka dengan orang-orang yang berbuat seperti itu”; dengan berada di lingkungan yang bersih dari gosip.

Baca Juga: