Menu Tutup

Makna Maha Mencukupi dan Maha Pembuat Perhitungan (Al-Ḥasīb)

Pengertian Al-Ḥasīb

Nama al-Ḥasīb merupakan nama ke-41 dari 99 al-Asmā` al-Ḥusnā. Kata al- Ḥasīb berakar kata dari huruf ḥa`, sin, dan ba` mempunyai arti menghitung dan mencukupkan. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa al-Ḥasīb merupakan Dia yang mencukupi siapa yang mengandalkannya. Sifat ini tidak disandang kecuali Allah sendiri, karena Allah saja lah yang dapat mencukupi dan diandalkan oleh semua makhluk.

Dalam al-Qur`an kata al-Ḥasīb dapat ditemukan pada empat ayat dengan rincian tiga ayat merujuk pada Allah, sedang satu ayat merujuk kepada manusia. Tiga ayat yang merujuk kepada Allah dapat ditemukan pada Surah an-Nisā` [4]: 6, 86 dan

Surah al-Aḥzāb [33]: 39.

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).” (QS. an-Nisā` [4]: 6).

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” ((QS. an-Nisā` [4]: 86).

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan.” (QS. al-Aḥzāb [33]: 39

Sedangkan satu ayat yang merujuk kepada manusia dapat ditemukan pada

Surah al-Isrā` [17]: 14.

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS. al-Isrā` [17]: 14).

Teladan dari nama baik Al-Ḥasīb

a. Meyakini bahwa hanya Allah yang memberi kecukupan dan membuat perhitungan

Sebagai umat Islam, kita diharuskan untuk mempercayai bahwa Allah Maha Mencukupi setiap makhluk-Nya. Karena setiap makhluk-Nya butuh kepada Allah secara sadar maupun tidak sadar, maka mereka pun merasa tercukupkan dengan adanya Allah semata.

Allah Swt. berfirman:

“….. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (Pembuat Perhitungan)” (QS. an-Nisā` [4]: 6)

Selain itu, kita harus mempercayai bahwa Allah akan melakukan perhitungan amal baik dan buruk secara teliti dan cepat karena Allah Maha Membuat Perhitungan.

Allah Swt. berfirman:

“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan” (QS. al-Anbiyā` [21]: 47)

b. Mengevaluasi diri secara konsisten

Seorang yang mengimani al-Ḥasīb akan menjadikan Allah sebagai satu- satunya tujuan. Jikalau hal ini berat dilakukan, maka paling tidak seseorang tersebut dapat merasa berkecukupan dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya.

Untuk menjadikan Allah sebagai tujuan hidup, maka kita dapat melewati beberapa syarat yaitu, 1) Mengevaluasi diri secara konsisten, 2) Mencari hakikat manusia dalam kehidupan.

Allah Swt. berfirman:

“Kembalilah pada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya”. “Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku”. “Dan masuklah ke dalam surga-Ku” (QS. al-Fajr [89]: 28-30)

Baca Juga: