Menu Tutup

Makna Marah (Gaḍab), Dampak Negatif, dan Cara Menghindarinya

Pengertian Marah (Gaḍab)

Kata gaḍab berasal dari kata gaḍiba-yagḍabu berarti marah, mengamuk, murka, berang, gusar, jengkel, naik pitam. Kata gaḍab secara istilah adalah sikap tercela di mana gejolak darah dalam diri seseorang meningkat karena tidak senang pada perlakuan tidak pantas.

Gaḍab merupakan fitrah manusia. Oleh karena itu sikap ini haruslah dikendalikan bahkan diredam. Allah Swt. berfirman:

“Yaitu orang yang menginfakkan (hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang- orang yang menahan amarah, dan bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik” (Q.S Āli Imrān [3]: 133-134)

Rasulullah Saw bersabda:

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang laki-laki berkata: Berilah aku pesan. Rasulullah Saw. bersabda: Jangan marah. Laki-laki itu mengulang perkataannya, namun Rasulullah Saw. (tetap) bersabda: Jangan marah. (HR. Bukhari)

Dampak Negatif perilaku Marah (Gaḍab)

Jika seseorang marah dan tidak berusaha untuk mengendalikan akan menyebabkan keburukan. Berikut ini adalah keburukan yang dapat timbul karena sikap marah:

  1. Keputusan dan tindakan yang diambil tidak rasional
  2. Retak dan putusnya hubungan persaudaraan antar manusia
  3. Membahayakan kesehatan tubuh karena tekanan darah tinggi yang meningkat menyebabkan sakit kepala dan beresiko menyebabkan serangan jantung

Dalam al-Qur`an, sikap marah dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, yaitu:

1. Menemui banyak kesulitan sehingga

“Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing- kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu” (QS. al-Anbiyā` [21]: 78)

2. Tidak mendapat keuntungan melainkan mendapatkan

“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa” (QS. al-Aḥzāb [33]: 25)

3. Menerima murka dan laknat Allah.

Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. (QS. an-Nisā` [4]: 9)

Menghindari Perilaku Marah (Gaḍab)

1. Meredam rasa amarah dengan sabar

Dalam agama Islam orang kuat adalah orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Allah Swt. berfirman:

“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. az-Zumar [39]: 10)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Meredam rasa amarah dengan berzikir kepada Dia berfirman:

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. ar-Ra’d [13]: 28)

3. Meredam rasa amarah dengan berwudhu

Rasulullah Saw. bersabda:

“Sesungguhnya kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan dari api, dan api itu dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang diantara kalian marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”(HR. Ahmad)

4. Meredam rasa amarah dengan cara merubah posisi atau berdiam diri

Rasulallah Saw. bersabda:

“Jika salah seorang diantara kalian marah dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk (hal itu cukup baginya), jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia berbaring” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban)

Rasulullah Saw. bersabda:

“Jika salah seorang diantara kalian marah  maka hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad)

5. Memberi Maaf

Allah Swt. berfirman:

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS. asy Syūra [42]: 40)

Baca Juga: