Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang dibawah oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina kemudian berkembang.
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peran para sufi dalam menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara. Ia menyebutkan Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar abad ke-12 M.
Dengan beberapa mubalig lainya. Menurut Hawash Abdullah kontribusi para sufilah yang sangat memperngaruhi tumbuh pesatnya perkembangan Islam di Indonesia.[1]
Perlu kita ketahui bahwa sebelum Islam datang, dianut, berkembang dan saat ini mendominasi (mayoritas) bahwa telah berkembang berbagai faham tentang konsep Tuhan seperti Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme.
Para mubalig menyebarkan Islam dengan pendekatan tasawuf. M. Sholihin menerangkan bahwa hampir semua daerah yang pertama memeluk Islam bersedia menukar kepercayaannya.[2] Karena tertarik pada ajaran tasawuf yang di ajarkan para mubalig pada saat itu.
Dalam perkembangan tasawuf di Nusantara menurut Azyumadi Azra, tasawuf yang pertama kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak falsafi, yakni tasawuf yang sangat filosofis dan cendrung spekulatif seperti al-Ittihad (Abu Yazid Al-Bustami), Hulul (Al-Hallaj), dan Wahda al Wujud (Ibn Arabi).
Dominasi tasawuf filsafi terlihat jelas pada kasus Syekh Siti jenar yang dihukum mati oleh Wali Songo karena dipandang menganut paham tasawuf yang sesat.[3]
Kemudian pada abad ke-16 kitab-kitab klasik mulai ada dan dipelajari kemudian diterjemahkan dalam bahasa melayu seperti kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Kemudian muncullah beberapa tokoh tasawuf asli Indonesia seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdul Rauf Singkili, Abdul Somad Al-Palembani, Syekh yusuf Al-Makassari.
[1] Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1930), h. 10
[2] M. Sholihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 141
[3] Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1995), h. 35