Menu Tutup

Model – model Pemikiran Keislaman :Tekstualis Salafi, Tradisionalis Madzhabi, Modernis, dan Neo-Modernis

Ada empat model pemikiran keislamaman menurut Abdullah (1996) yang dikutip oleh Muhaimin, yaitu 1. Model Tekstualis Salafi; 2. Model Tradisionalis Madzhabi; 3. Model Modernis; dan 4. Model Neo-Modernis.

Tekstualis Salafi

Aliran ini berusaha untuk memahami ajaran dan nilai-nilai mendasar yang terkandung dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dan melepaskan diri dari atau kurang memperhatikan konteks dinamika pergumulan masyarakat muslim yang mengitarinya baik pada era klasik ataupun modern. Masyarakat yang diidam-idamkan adalah masyarakat salaf di era nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. Landasan pemikiran aliran ini hanya ada dua yaitu al-Quran dan al-Sunnah dan tanpa menggunakan pendekatan keilmuan yang lain. Dalam menjawab berbagai tantangan zaman, aliran ini hanya menggunakan al-Quran dan al-Sunnah. Ini menunjukkan bahwa aliran ini lebih bersikap regresif dan konservatif.

Tradisionalis Madzhabi

Aliran ini berupaya memahami ajaran dan nilai mendasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah melalui bantuan khazanah pemikiran Islam klasik, namun tidak begitu memperhatikan keadaan sosio-historis masyarakat setempat di mana ia hidup di dalamnya. Hasil pemikiran para ulama terdahulu dipandang sudah pasti tanpa melihat sisi historisnya. Masyarakat ideal bagi aliran ini adalah masyarakat muslim era klasik, di mana menganggap bahwa semua persoalan agama telah dikupas tuntas oleh para ulama terdahulu. Mereka bertumpu kepada ijtihad dalam menyelesaikan persoalan-persoalan tentang ketuhanan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Kitab kuning menjadi rujukan pokok aliran ini.

Aliran ini menonjolkan akan wataknya yang tradisional dan madzhabi. Tradisional ditunjukkan dalam bentuk sikap, cara berpikir, dan bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah turun temurun dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi sosio historis dengan berubahnya masyarakat dan zaman. Watak madzhabi dari aliran ini diwujudkan dalam kecenderungannya mengikuti aliran, pemahaman, atau doktrin yang dianggap sudah relatif mapan pada masa sebelumnya.

Modernis

Aliran modernis berupaya memahami ajaran dan nilai dasar yang terkandung dalam al-Quran dan al-Sunnah dengan melihat kepada kondisi dan tantangan sosio-historis dan kultural yang dihadapi masyarakat muslim kontemporer, tanpa mempertimbangkan muatan-muatan khazanah intelektual muslim era klasik. Aliran ini lebih cenderung untuk selalu maju memasuki teknologi modern. Aliran ini ingin memahami al-Quran secara langsung dan melompat ke dunia modern.

Neo-Modernis

Aliran pemikiran ini berupaya untuk memahami ajaran dan nilai dasar yang bersumber dari al-Quran dan al-Sunnah dengan mengikutsertakan dan mempertimbangkan khazanah intelektual muslim klasik serta mencermati kesulitan dan kemudahan yang ditawarkan dunia modern. Jadi aliran ini selalu mempertimbangkan al-Quran, al-Sunnah, khazanah klasik, dan pendekatan-pendekatan keilmuan era modern. Maka dari situlah terkenal ungkapan “memelihara hal-hal yang baik yang telah ada sambil mengembangkan nilai-nilai baru yang lebih baik.”

REFERENSI:

Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Jakarta; PT Grafindo Persada, 2005

Muhmidayeli.  Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama, 2011

Baca Juga: