Menu Tutup

Nabi Muhammad Sejak Dilahirkan Sampai Diangkat Rasulullah

Sejarah Rasulullah Muhammad SAW merupakan bagian yang penting dalam kehidupan umat Islam. Kehidupan beliau tidak hanya menjadi contoh yang sempurna, tetapi juga memberikan inspirasi bagi setiap aspek kehidupan manusia. Artikel ini akan membahas secara komprehensif perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, mulai dari nasab, kelahiran, kehidupan sebelum kerasulan, kerasulan, hijrah, perang, hingga wafatnya.

Nasab Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW berasal dari garis keturunan yang mulia. Nasab beliau adalah sebagai berikut: Abu al-Qasim Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdimanaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Garis keturunan ini disepakati oleh para ulama, setidaknya hingga Adnan. Silsilah setelah Adnan hingga Nabi Ibrahim mengalami beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama.

Lebih lanjut, Rasulullah SAW adalah keturunan Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS. Nasab ini memberikan kehormatan kepada Rasulullah sebagai keturunan dari para nabi sebelumnya, yang selalu membawa pesan keesaan Allah SWT. Ibunda beliau, Aminah binti Wahb, berasal dari suku Zuhrah, yang juga memiliki garis keturunan terpandang. Keistimewaan nasab ini bukan hanya dalam kaitan duniawi, melainkan juga spiritual.

Kelahiran Rasulullah SAW

Kelahiran Rasulullah SAW terjadi pada tahun Gajah, yakni pada bulan Rabiul Awal, hari Senin. Banyak ulama sepakat bahwa beliau dilahirkan pada tanggal dua Rabiul Awal, meskipun ada beberapa pendapat lain yang menyebutkan tanggal pertama dan kedua. Tahun Gajah merujuk pada peristiwa serangan tentara bergajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah, yang kemudian digagalkan oleh mukjizat Allah melalui kawanan burung Ababil.

Saat kelahirannya, dunia menyaksikan beberapa peristiwa luar biasa, termasuk runtuhnya beberapa kuil besar di Persia dan padamnya api suci Majusi yang telah menyala selama seribu tahun. Ini menjadi tanda-tanda awal kenabian Muhammad SAW, yang kelak membawa perubahan besar bagi dunia.

Masa Kecil Rasulullah SAW

Rasulullah SAW menjalani masa kecilnya dalam keadaan yatim piatu. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Mutthalib, wafat ketika beliau masih dalam kandungan ibunya. Setelah kelahiran Muhammad SAW, ibunya, Aminah, menyusui beliau untuk waktu yang singkat, sebelum beliau disusukan kepada Halimah as-Sa’diyah, seorang wanita dari suku Bani Sa’ad. Masa penyusuan ini sangat diberkahi, di mana kehidupan Halimah dan keluarganya berubah menjadi lebih baik setelah kehadiran Muhammad kecil.

Ibunda Rasulullah SAW wafat ketika beliau berusia sekitar enam tahun. Setelah itu, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Mutthalib, yang sangat mencintainya. Namun, tak lama setelah itu, kakeknya juga wafat ketika Rasulullah SAW berusia delapan tahun, sehingga beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Abu Thalib tidak hanya memberikan perlindungan fisik, tetapi juga memberikan kasih sayang yang besar, meskipun beliau tidak memeluk Islam hingga akhir hayatnya.

Kejujuran dan Amanah Rasulullah SAW

Sejak kecil, Rasulullah SAW dikenal sebagai pribadi yang jujur dan amanah. Beliau dijuluki Al-Amin oleh masyarakat Mekah, yang berarti orang yang dapat dipercaya. Ketika berusia dua belas tahun, Rasulullah SAW ikut serta dalam perjalanan dagang ke Syam bersama pamannya, Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, seorang pendeta bernama Bahira mengenali tanda-tanda kenabian pada diri Muhammad SAW, termasuk tanda kenabian di punggung beliau.

Kejujuran dan sifat amanah Rasulullah SAW terus terlihat hingga beliau dewasa. Hal ini menjadi dasar dari reputasi baik beliau di kalangan masyarakat Mekah, sehingga banyak orang yang mempercayakan harta mereka untuk dikelola oleh beliau.

Pernikahan dengan Khadijah RA

Pada usia dua puluh lima tahun, Rasulullah SAW menikahi Khadijah binti Khuwailid, seorang janda kaya dan terpandang di Mekah. Sebelumnya, Khadijah telah mendengar tentang kejujuran dan sifat amanah Muhammad SAW melalui Maysarah, pelayan yang ikut serta dalam perjalanan dagang bersama Rasulullah ke Syam. Pernikahan ini bukan hanya bermakna cinta, tetapi juga menjadi fondasi spiritual bagi Rasulullah SAW, karena Khadijah adalah pendukung utama beliau, terutama ketika wahyu pertama diturunkan.

Dari pernikahan ini, Rasulullah SAW memiliki enam anak, yaitu Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Fatimah, Ummu Kultsum, dan Abdullah. Sayangnya, sebagian besar putra-putri beliau wafat pada usia muda, kecuali Fatimah yang hidup lebih lama dan wafat enam bulan setelah Rasulullah SAW meninggal.

Kerasulan dan Dakwah di Mekah

Pada usia empat puluh tahun, Rasulullah SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira, melalui malaikat Jibril. Wahyu ini menandai dimulainya kenabian Muhammad SAW, dengan misi menyampaikan pesan Islam kepada seluruh umat manusia. Wahyu pertama yang diturunkan adalah Surah Al-‘Alaq, yang dimulai dengan perintah untuk “Iqra” (bacalah).

Selama tiga tahun pertama, dakwah beliau dilakukan secara diam-diam, dimulai dari keluarga dan sahabat terdekat. Namun, setelah perintah untuk berdakwah secara terbuka turun, Rasulullah SAW menghadapi banyak tantangan dari kaum Quraisy. Mereka menolak ajaran tauhid (keesaan Allah) dan mencoba berbagai cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW, termasuk penyiksaan terhadap para pengikutnya.

Isra’ Mi’raj: Perjalanan Spiritual yang Luar Biasa

Salah satu peristiwa penting dalam hidup Rasulullah SAW adalah Isra’ Mi’raj, di mana beliau melakukan perjalanan malam dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, kemudian naik ke langit untuk bertemu Allah SWT. Dalam peristiwa ini, beliau menerima perintah shalat lima waktu, yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam.

Isra’ Mi’raj juga menjadi ujian keimanan bagi para sahabat, terutama ketika banyak orang yang meragukan kebenaran cerita ini. Namun, keimanan dan keyakinan para sahabat yang teguh, seperti Abu Bakar As-Siddiq, menjadi teladan bagi umat Islam.

Hijrah ke Madinah: Awal Berdirinya Negara Islam

Setelah lebih dari tiga belas tahun berdakwah di Mekah, Rasulullah SAW dan para pengikutnya menghadapi tekanan yang semakin berat dari kaum Quraisy. Dalam kondisi ini, Allah memerintahkan Rasulullah SAW untuk berhijrah ke Madinah, yang pada saat itu dikenal sebagai Yatsrib. Hijrah ini bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga menjadi titik awal berdirinya masyarakat Islam yang pertama.

Di Madinah, Rasulullah SAW tidak hanya berperan sebagai pemimpin agama, tetapi juga pemimpin politik dan militer. Beliau mempersatukan suku-suku di Madinah melalui Piagam Madinah, yang dianggap sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah. Piagam ini mengatur hubungan antara umat Islam, Yahudi, dan suku-suku lainnya yang tinggal di Madinah.

Perang-Perang Besar Rasulullah SAW

Selama berada di Madinah, Rasulullah SAW terlibat dalam beberapa perang besar, yang tujuannya bukan untuk menaklukkan, tetapi untuk mempertahankan umat Islam dari ancaman luar. Di antara perang-perang tersebut adalah:

  1. Perang Badar: Perang pertama antara kaum Muslimin dan Quraisy, di mana umat Islam meraih kemenangan besar meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit.
  2. Perang Uhud: Dalam perang ini, umat Islam mengalami kekalahan karena sebagian sahabat tidak mengikuti perintah Rasulullah SAW.
  3. Perang Khandaq: Perang ini terkenal dengan strategi penggalian parit di sekitar Madinah untuk menghadang serangan musuh.

Selain itu, Rasulullah SAW juga menandatangani Perjanjian Hudaibiyah, sebuah perjanjian damai dengan kaum Quraisy yang memberikan kesempatan bagi umat Islam untuk berdakwah secara lebih luas.

Mukjizat-Mukjizat Rasulullah SAW

Rasulullah SAW diberikan banyak mukjizat oleh Allah SWT, yang paling besar adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an bukan hanya sebuah kitab suci, tetapi juga mukjizat yang abadi, yang tak bisa ditandingi oleh manusia maupun jin dalam hal kefasihan dan isinya. Selain itu, mukjizat lain yang sering disebutkan adalah:

  • Terbelahnya bulan sebagai bukti kenabian kepada kaum Quraisy.
  • Terpancarnya air dari jari-jari beliau ketika pasukan Muslim kehabisan air dalam perjalanan.
  • Makanan yang bertasbih di tangan beliau, yang disaksikan oleh para sahabat.

Mukjizat-mukjizat ini semakin memperkuat keimanan para sahabat dan umat Islam pada masa itu.

Wafat Rasulullah SAW

Rasulullah SAW wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah, pada usia 63 tahun. Sebelum wafat, beliau menderita sakit selama dua minggu. Ketika Rasulullah SAW wafat, umat Islam mengalami duka yang mendalam. Abu Bakar As-Siddiq yang mengambil alih kepemimpinan umat Islam, mengingatkan bahwa meskipun Rasulullah SAW telah wafat, Allah SWT tetap hidup dan kekal.

Rasulullah SAW dimakamkan di kamar istrinya, Aisyah RA, di mana makam beliau hingga kini menjadi salah satu tempat ziarah terpenting bagi umat Islam di seluruh dunia.

Keluarga Rasulullah SAW: Putra, Putri, dan Istri-Istri Beliau

Rasulullah SAW memiliki tiga orang putra dan empat orang putri. Putra-putra beliau adalah Al-Qasim, Abdullah, dan Ibrahim, namun semuanya wafat pada usia muda. Dari putri-putri beliau, hanya Fatimah RA yang hidup lebih lama dari beliau, meskipun ia juga wafat enam bulan setelah wafatnya Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW juga memiliki beberapa istri, yang dikenal sebagai Ummahatul Mukminin (Ibu-Ibu Kaum Mukminin). Di antara mereka, yang paling dikenal adalah Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, dan Ummu Salamah. Para istri Rasulullah SAW memainkan peran penting dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam, terutama setelah wafatnya beliau.

Penutup

Sejarah hidup Rasulullah Muhammad SAW adalah contoh sempurna bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga, sosial, hingga pemerintahan. Setiap Muslim diharapkan dapat mempelajari dan meneladani kehidupan beliau untuk membangun kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan memahami perjalanan hidup Rasulullah SAW, kita dapat lebih mendalami ajaran Islam dan menjalankannya dengan penuh keyakinan.

Semoga artikel ini memberikan wawasan mendalam dan dapat menjadi panduan dalam memahami sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Referensi:

Baca Juga: