Pendidikan budi pekerti merupakan salah satu pilar penting dalam pembentukan karakter bangsa. Melalui pendidikan ini, individu diajarkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan sosial yang pesat, pendidikan budi pekerti menjadi lebih relevan untuk membentuk generasi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan mampu beradaptasi dengan perubahan tanpa meninggalkan jati diri. Pendidikan budi pekerti ini tidak hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga dan masyarakat.
Artikel ini akan membahas secara mendalam pengertian pendidikan budi pekerti, visi, misi, tujuan, serta implementasinya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tantangan yang dihadapi dalam penerapan pendidikan ini di sekolah.
Pengertian Pendidikan Budi Pekerti
Secara etimologis, istilah “budi pekerti” terdiri dari dua kata, yakni “budi” dan “pekerti.” Budi dalam bahasa Sanskerta mengacu pada kesadaran, kecerdasan, dan pengertian, sedangkan pekerti berarti perilaku, pelaksanaan, atau tindakan. Dengan demikian, budi pekerti secara harfiah dapat diartikan sebagai kesadaran yang diwujudkan dalam perilaku.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budi pekerti diartikan sebagai tingkah laku, perangai, atau watak seseorang. Dengan kata lain, budi pekerti merujuk pada perilaku atau sikap moral yang sesuai dengan norma-norma dan etika yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral tersebut ke dalam diri peserta didik. Haidar (2004) menyatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai moral ke dalam sikap dan perilaku peserta didik, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan dengan akhlak yang baik, berinteraksi dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya.
Visi dan Misi Pendidikan Budi Pekerti
Visi
Visi pendidikan budi pekerti adalah untuk mewujudkan manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, dan berintegritas dalam segala tindakan. Visi ini menitikberatkan pada pembentukan individu yang memiliki kesadaran moral yang kuat dan mampu berpikir rasional dalam menghadapi berbagai permasalahan sosial.
Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk menciptakan individu yang memiliki kemampuan untuk memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, serta mampu bekerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Visi ini juga berfokus pada pengembangan akhlak mulia dalam setiap dimensi kehidupan, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, pendidikan budi pekerti memiliki beberapa misi utama:
- Integrasi Nilai Moral dalam Setiap Mata Pelajaran: Mengintegrasikan nilai-nilai budi pekerti dalam berbagai mata pelajaran, bukan hanya terbatas pada pendidikan agama dan kewarganegaraan. Ini termasuk pelajaran bahasa, sastra, sejarah, dan seni budaya.
- Membangun Lingkungan Sekolah yang Kondusif: Mewujudkan interaksi antara guru, siswa, dan seluruh civitas akademika yang mencerminkan moral dan etika luhur. Lingkungan sekolah yang mendukung pembentukan budi pekerti akan menciptakan generasi yang berkarakter.
- Memahami Tantangan Globalisasi: Membantu siswa memahami tantangan yang muncul dari globalisasi, seperti kebebasan berekspresi, demokrasi, dan kehidupan yang semakin terbuka, sambil tetap berpegang teguh pada nilai-nilai moral bangsa.
- Menumbuhkan Kesadaran Moral dan Sosial: Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk membantu siswa memahami peran mereka sebagai bagian dari masyarakat, serta hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab.
- Pengembangan Pribadi yang Seimbang: Pendidikan ini berusaha menumbuhkan pribadi yang seimbang secara intelektual, emosional, dan spiritual, sehingga siswa mampu berpikir kritis namun tetap berlandaskan nilai moral.
Tujuan Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti memiliki berbagai tujuan yang bertujuan membentuk kepribadian siswa yang utuh. Beberapa tujuan utamanya meliputi:
- Memahami dan Menginternalisasi Nilai-Nilai Moral: Tujuan utama dari pendidikan budi pekerti adalah membantu siswa memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral, seperti kesopanan, kejujuran, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap sesama.
- Membangun Karakter yang Kuat: Pendidikan budi pekerti bertujuan untuk membangun karakter yang kuat dan mampu mengatasi berbagai tantangan dalam kehidupan, baik secara pribadi maupun sosial.
- Membantu Siswa Mengambil Keputusan yang Berbasis Moral: Dengan budi pekerti, siswa diajarkan untuk mempertimbangkan aspek moral dalam setiap keputusan yang diambil, baik dalam lingkup pribadi maupun masyarakat.
- Mengembangkan Kemampuan Sosial: Pendidikan ini juga bertujuan mengembangkan kemampuan sosial siswa, agar mereka mampu bekerja sama dengan orang lain, beradaptasi dengan perubahan, dan berperan aktif dalam masyarakat.
Secara keseluruhan, tujuan dari pendidikan budi pekerti adalah untuk menciptakan individu yang tidak hanya berprestasi secara akademis, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral yang tinggi, dan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Fungsi Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti memainkan peran penting dalam perkembangan karakter individu. Menurut beberapa ahli, fungsi dari pendidikan budi pekerti antara lain:
- Pengembangan Kepribadian: Pendidikan budi pekerti membantu mengembangkan perilaku baik yang telah tertanam dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
- Penyaluran Potensi: Bagi peserta didik yang memiliki bakat atau kecenderungan moral tertentu, pendidikan ini berfungsi untuk menyalurkan dan mengembangkan potensi tersebut agar bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
- Perbaikan: Pendidikan budi pekerti berfungsi untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan dalam diri peserta didik. Melalui pendidikan ini, peserta didik dapat menyadari dan memperbaiki kekurangan mereka dalam hal moralitas.
- Pencegahan: Salah satu fungsi penting pendidikan budi pekerti adalah mencegah munculnya perilaku negatif, seperti tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial dan agama.
- Penyaringan: Pendidikan ini berfungsi sebagai filter bagi pengaruh negatif dari budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral bangsa Indonesia.
Implementasi Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah
Pendidikan budi pekerti di sekolah sering kali diintegrasikan dengan berbagai mata pelajaran, terutama pendidikan agama, kewarganegaraan, dan mata pelajaran lainnya yang berhubungan dengan nilai-nilai moral dan sosial. Meski demikian, pengintegrasian pendidikan budi pekerti ke dalam kurikulum formal memerlukan strategi yang matang, agar tidak terjadi pendangkalan makna.
Untuk menghindari hal ini, beberapa strategi dapat diterapkan dalam implementasi pendidikan budi pekerti, antara lain:
- Keteladanan: Guru sebagai agen utama pendidikan harus memberikan contoh perilaku yang baik kepada siswa. Keteladanan ini sangat efektif dalam menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti.
- Latihan dan Pembiasaan: Pendidikan budi pekerti memerlukan latihan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan mengajarkan siswa cara berbicara yang sopan, cara menghormati orang tua dan guru, serta cara berperilaku baik di lingkungan sekolah.
- Pembelajaran Kontekstual: Pendidikan budi pekerti harus disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya setempat. Nilai-nilai yang diajarkan harus relevan dengan kehidupan nyata peserta didik agar mereka lebih mudah menginternalisasi dan menerapkannya.
- Penghargaan terhadap Perilaku Positif: Sekolah dapat memberikan penghargaan kepada siswa yang menunjukkan perilaku yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi siswa lain untuk mencontoh perilaku yang sama.
Tantangan dalam Pendidikan Budi Pekerti
Meski pendidikan budi pekerti sangat penting, terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya di sekolah, antara lain:
- Pendangkalan Makna: Jika tidak diintegrasikan dengan baik, pendidikan budi pekerti bisa mengalami pendangkalan makna, di mana pendidikan ini hanya diajarkan sebagai teori, tanpa berdampak nyata pada perilaku siswa.
- Kurangnya Keteladanan: Dalam beberapa kasus, keteladanan dari pihak guru dan orang tua kurang, sehingga siswa sulit untuk melihat contoh nyata dari perilaku yang baik.
- Perbedaan Nilai dan Norma: Di era globalisasi ini, siswa sering kali dihadapkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berbeda dari budaya asing yang tidak selalu sejalan dengan nilai-nilai budi pekerti bangsa.
Referensi:
- Rosita, Elly. (2015). Makalah Budi Pekerti. Diakses dari https://www.academia.edu/11032706/Makalah_Budi_Pekerti.
- Mantra, Teguh Bayu. (2013). Makalah Budi Pekerti. Diakses dari https://amrtabhuana.blogspot.com/2013/01/makalah-budi-pekerti.html.