Menu Tutup

Pendidikan Islam al-tarbiyah, al-ta’lim dan al ta’dib

1. At-Tarbiyah

Kata al-tarbiyah berasal dari kata rabba atau rabaa didalam al-Quran disebutkan lebih dari dalapan ratus kali, dan sebagian besar atau bahkan seluruhnya dengan Tuhan, yaitu terkadang dihubungkan dengan alam jagat raya (bumi, langit, bulan, bintang, matahari, tumbu-tumbuhan, binatang, gunung, laut dan sebagainya), dengan manusia seperti pada kata rabbuna (Tuhan kami), rabbuhu (Tuhannya), rabbuhum (Tuhan mereka semua), rabbiy (Tuhan-ku). Karena demikian lausnya pengertian al-tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquid al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata al-tarbiyah dengan arti pendidikan.

Menurutnya, kata al-tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karna benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensial, seperti akal, pancaindra, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potensial diatas itu hanya manusia. Untuk itu Naquid al-Attas lebih memilih kata al-ta’dib (sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk adti pendidikan, dan bukan kata al-tarbiyah.

2. Al-Ta’lim

Kata al-ta’lim atau asal katanya, yaitu ‘allam, yu’allimu, ta’liman dijumpai dalam hadis sebagai berikut.

“Pengetahuan adalah kehidupan islam dan pilar islam, dan barang siappa yang mengajarkan ilmu Allah akan menyempurnakan pahala baginya, dan barang siapa yang mengajarkan ilmu dan ia mengamalkan ilmu yang diajarkan itu, maka Allah akan mengajarkan kepadanya sesuatu yang belum ia ketahui.” (HR. Abu Syaikh)[2]

Didalam hadis tersebut kata ta’lim dihubngkan dengan mengajarkan ilmu kepada seseorang, dan orang yang mengajarkan ilmu tersebut akan mendapatkan pahala dari Tuhan. Kata al-ta’lim dalam arti pengajaran yang merupakan bagian dari pendidikan banyak digunakan untuk kegiatan pendidikan yang bersifat nonformal, sepeti majelis taklim. Kata al-ta’lim dalam pendidikan sesungguhnya merupakan kata yang paling dahulu digunakan daripada kata al-tarbiyah. Kegiatan pendidikan dan pengajaran pertama kali dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dirumah Al-Aqram di mekkah, dapat juga disebut majelis al-ta’lim.

3. Al-Ta’dib

Kata al-ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban yang dapat berarti education (pendidikan), discipline (disiplin), punishment (peringatan atau hukuman) dan chastisement (hukuman-penyucian). kata al-ta’dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral dan etika.[3]

Kata al-ta’dib dalam arti pendidikan sebagaimana disinggung di atas, ialah kata yang dipilih oleh Naquid al-Attas. Dalam hubungan ini ia mengartikan al-ta’dib sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangssur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tenpat yang tepat dari segala sesuatu didalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.

4. Al-Tahdzib

Kata al-tahdzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula beradab sopan.[4]

Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara keseluruhan kata al-tahzib terkait dengan perbaikan mental sepiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi sejalan dengan ajaran atau norma, memperbaiki perilakunya agar menjadi baik dan terhormat, serta memperbaiki akhlak dan budi pekertinya agar manjadi akhlak mulia. Berbagai kegiatan tersebut termasuk dalam bidang kegiatan pendidikan. Itulah sebabnya, kata al-tahzib juga berati pendidikan.

5. Al-Wa’dz atau Al-Mau’idzah

Al-wa’dz berasal dari kata wa’aza yang berarti to preach (mengajar), conscience (kata hati, suara hati, hati nurani), to admonish (memperingatkan atau mengingatkan), exhort (mendesak), dan to warn (memperingatkan). 6 inti al-wa’dz atau al-mau’idzah adalah pendidikan dengan car memberikan penyandaran dan pencerahan batin, agar timbul kesadaran untuk berubah menjadi orang yang baik.

6. Al-Riyadhah

Al-Riyadhah berasal dari kata raudha, yang mengandung arti to tame (menjinakan), domesticate (menjinakan), to break in (mendobrak atau membongkar), train (latihan), to train (melatih), coach (melatih), to pacify (menenangkan atau menenteamkan), placate (mendamaikan, menentramkan), to practice (memperagakan), exercise (melatih), regulate (mengatur), to seek to make tractable ( menemukan untuk membuat mudah dikerjakan), dan try to bring round (mencoba membawa keliling).[5] dalam pendidikan, kata al-riyadhah diartikan mendidik jiwa anak dengan akhlak mulia. Didalam Al-Quran maupun as-Sunah kata al-riyadhah secara eksplisit tidak dijumpai, namun inti dan hakikat al-riyadhah dalam arti mendidik atau melatih mental spiritual agar senantiasa mematuhi ajaran Allah SWT amat banyak dijumpai.

7. Al-Tazkiyah

Al-tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzakki-tazkiyatan yang berarti purification (pemurnian atau pembersihan), chastening (kesucian dan kemurnian), pronouncement of (pengumuman atau pernyataan), integrity of a witness (pengesahan atau kesaksian), honorable record (catatan yang dapat dipercaya dan dihormati).[6] dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-tazkiyah ternyata juga digunakan untuk arti pendidikan yang bersifat pembinaan mental spiritual dan akhlak mulia.

8. Al-Talqin

Kata al-talqin berasal dari laqqana yulaqqinu talqina yang dapat berarti pengajaran atau mengajarkan, dan dapat berarti pula insruction (perintah atau anjuran), direction (pengarahan), dictation (pengimlaan atau perintah), dictate (mendikte atau memerintah), inspiration (ilham, inspirasi), insinuation (sindiran atua tuduhan tidak langsung), suggestion (dorongan), suborning of witness (pengimlaan atau perintah).[7] dari sekian kata tersebut terlihat bahwa kata talqin juga digunakan untuk arti pengajaran. Dari penjelasan tersebut terlihat, bahwa kata al-talqin ternyata digunakan pula untuk arti pendidikan dan pengajaran yang diberlakukan tidak hanya kepada orang yang masih hidup melainkan kepada orang sudah meninggal.

9. Al-Tadris

Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan, yang dapat berarti teaching (pengajaran atau mengajarkan), instruction (perintah), tution (kuliah, uang kuliah). Selain kata al-tadris juga berarti baqa’ atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli inmihauhu fi nafsihi, yang artinya sesuatu yang pengaruhnya membekas dan sesuatu yang pengaruhnya membekas menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang. intinya kata al-tadris berarti pengajaran, yakni, menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.

10. Al-Tafaqquh

Kata al-tafaqquh berasal dari kata tafaqqaha yatafaqqohu tafaqquhan yang berarti mengerti dan memahami. Selanjutnya Ar-Raghib al-Asfaniy mengartikan kata tafaqquh sebagain berikut : menghubungkan pengetahuan yang abstrak dengan ilmu yang konkret, sehingga menjadi ilmu yang khusus. Dari kata al-tafaqquh muncul kata al-fiqh yang selanjutnya menjadi sebuah nama bagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum syariah yang disandarkan pada dalil-dalil terperinci. Kata al-tafaqquh selanjutnya lebih digunakan untuk menunjukan pada kegiatan pendidikan dan pengajaran ilmu agama islam.

11. Al-Irsyad

Kata al-irsyad dapat mengandung arti yang berhubungan dengan pengajaran dan pendidikan yaitu bimbingan, pengarahan, pemberitahuan, nasihat, dan bimbingan sepiritual. Dengan demikian kata al-irsyad layak dipertimbangkan untuk dimasukan dalam arti kata pendidikan dan pengajaran.

Pengertian pendidikan islam menurut istilah, istilah atau terminologis pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Adapun yangdi maksud dengan pendidikan islam saangat beragam, hal ini terlihat dari definisi pendidikan islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut:

Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan isla sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979:339). Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatif manusia dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.

Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Banglades) mengemukakan pengertian pendidikan islam sebagai berikut : “Islamic education in true sense of the term, is a system education which enables a man to lead his life accourding to the Islamic ideology, so that he may easily mould his life in accourding with tenent of islam”.

Pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu system pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan agama islam.

Pengertian itu mengacu pada perkembangan kehidupan manusia masa depan tanpa menghilangkan prinsip-prinsip islam yang diamanahkan oleh Allah kepada manusia, sehinnga manusia mampu memenuhi kebutuhan dan tuntunan hidupnya seiring dengan perkembangan iptek.

Dr. Muhammad Fadhli Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai uapya menggembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.

REFERENSI

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Ali Al-Jumbulati,Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta

Baca Juga: