Menu Tutup

Pengangkatan Muhammad SAW Menjadi Seorang Rasul: Awal dari Risalah Islam

Pengangkatan Muhammad SAW sebagai Rasul Allah adalah peristiwa penting dalam sejarah umat manusia, yang menandai dimulainya risalah terakhir bagi seluruh umat manusia. Peristiwa ini terjadi ketika Muhammad SAW berusia 40 tahun, saat beliau menerima wahyu pertama dari Allah SWT melalui malaikat Jibril di Gua Hira. Artikel ini akan menguraikan secara komprehensif proses pengangkatan Muhammad SAW menjadi Rasul, mulai dari persiapan spiritual sebelum menerima wahyu, turunnya wahyu pertama, hingga awal dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Latar Belakang Sebelum Pengangkatan Menjadi Rasul

Sebelum diangkat menjadi Rasul, Muhammad SAW sudah dikenal oleh masyarakat Mekah sebagai seorang yang jujur, amanah, dan memiliki akhlak yang mulia. Beliau dijuluki Al-Amin oleh masyarakat Quraisy karena integritas dan sifatnya yang dapat dipercaya. Meskipun hidup di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang dipenuhi dengan penyembahan berhala, perjudian, dan berbagai kebiasaan buruk, Rasulullah SAW tetap menjaga kesucian dan menjauhi perbuatan maksiat.

Sejak masa remaja, Rasulullah SAW sudah menunjukkan tanda-tanda kenabian. Allah SWT menjaga beliau dari keburukan masyarakat Mekah, dan beliau tumbuh menjadi pribadi yang sangat dihormati. Dalam usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yang menjadi istri pertama dan pendukung utama dalam kehidupan beliau. Khadijah memainkan peran penting dalam menguatkan dan mendukung Rasulullah SAW setelah menerima tugas kenabian.

Pada masa menjelang pengangkatan menjadi Rasul, Muhammad SAW sering melakukan khalwat (menyendiri) di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di Jabal Nur, sekitar beberapa mil dari Mekah. Beliau sering menghabiskan waktu untuk merenung, mencari makna kehidupan, dan memikirkan keadaan umat manusia yang tersesat dalam kegelapan jahiliyah. Pada saat itu, beliau mulai mendapatkan mimpi-mimpi yang nyata, yang merupakan salah satu tanda awal kenabian.

Wahyu Pertama: Turunnya Surah Al-‘Alaq

Pengangkatan Muhammad SAW sebagai Rasul terjadi ketika beliau berusia 40 tahun, saat beliau sedang bertafakur di Gua Hira. Pada suatu malam di bulan Ramadan, malaikat Jibril datang membawa wahyu dari Allah SWT. Peristiwa ini dikenal sebagai awal dari kenabian Rasulullah SAW dan disebut sebagai Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an).

Ketika malaikat Jibril datang, beliau memeluk Muhammad SAW dengan erat dan berkata, “Iqra'” (Bacalah!). Rasulullah SAW yang saat itu belum bisa membaca menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Jibril memeluknya lagi dan mengulangi perintah yang sama, hingga tiga kali. Pada perintah ketiga, Jibril kemudian menyampaikan wahyu dari Allah SWT, yaitu ayat pertama dari Surah Al-‘Alaq:

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Wahyu ini menandai permulaan turunnya Al-Qur’an, yang merupakan mukjizat terbesar yang diberikan kepada Rasulullah SAW. Ayat-ayat ini menekankan pentingnya ilmu pengetahuan, membaca, dan peran Allah sebagai pencipta dan pengajar manusia. Wahyu pertama ini juga menjadi awal dari misi besar Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Reaksi Rasulullah SAW Setelah Menerima Wahyu

Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah SAW merasa sangat takut dan terguncang. Beliau segera pulang ke rumah dan menemui istrinya, Khadijah RA, sambil berkata, “Selimuti aku, selimuti aku!” Khadijah segera menyelimuti beliau dan menenangkannya. Rasulullah SAW kemudian menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya di Gua Hira, dan rasa takut yang beliau rasakan.

Khadijah RA, yang sangat mencintai dan mempercayai Rasulullah SAW, langsung menghibur dan meyakinkan beliau bahwa Allah SWT tidak akan pernah meninggalkan atau mencelakakan beliau. Khadijah berkata:

“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau adalah orang yang menyambung silaturahmi, menanggung beban orang lain, memberikan apa yang tidak dimiliki oleh orang lain, memuliakan tamu, dan menolong orang-orang yang tertimpa musibah.”

Untuk memastikan lebih lanjut tentang apa yang dialami Rasulullah SAW, Khadijah membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah yang merupakan seorang pendeta Nasrani yang telah mempelajari kitab-kitab suci sebelumnya. Setelah mendengar cerita Rasulullah SAW, Waraqah langsung meyakini bahwa Muhammad SAW telah menerima wahyu dari Allah SWT. Waraqah berkata:

“Ini adalah Namus (malaikat) yang pernah diutus Allah kepada Musa. Andai aku masih muda dan kuat saat kaummu mengusirmu, aku akan mendukungmu sepenuhnya.”

Pernyataan ini semakin meyakinkan Rasulullah SAW bahwa beliau telah dipilih oleh Allah SWT untuk membawa risalah Islam kepada umat manusia.

Awal Dakwah Rasulullah SAW

Setelah menerima wahyu pertama, Rasulullah SAW mulai menjalankan misi dakwahnya. Pada tahap awal, dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun. Rasulullah SAW memulai dakwahnya dengan mengajak keluarga dan sahabat terdekatnya untuk memeluk Islam. Orang pertama yang menerima dakwah beliau adalah Khadijah RA, yang menjadi Muslim pertama dalam sejarah Islam.

Setelah itu, beberapa orang terdekat lainnya juga menerima ajaran Islam, seperti Ali bin Abi Thalib (sepupu Rasulullah yang saat itu masih kecil), Zaid bin Haritsah (anak angkat beliau), dan Abu Bakar As-Siddiq (sahabat dekat beliau). Melalui Abu Bakar, beberapa tokoh penting lainnya juga memeluk Islam, seperti Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Selama tiga tahun pertama, Rasulullah SAW berdakwah secara diam-diam untuk melindungi para pengikut Islam dari ancaman kaum Quraisy yang masih berpegang pada ajaran jahiliyah. Pada tahun ketiga, Allah SWT menurunkan perintah untuk berdakwah secara terbuka melalui firman-Nya dalam Surah Asy-Syu’ara ayat 214:

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)

Dengan turunnya perintah ini, Rasulullah SAW mulai menyampaikan ajaran Islam secara terbuka kepada masyarakat Mekah, meskipun hal tersebut memicu perlawanan dan penolakan dari banyak pihak, terutama dari kalangan pemuka Quraisy.

Tantangan dan Penolakan dari Kaum Quraisy

Setelah dakwah dilakukan secara terbuka, Rasulullah SAW menghadapi banyak tantangan dan penolakan dari kaumnya sendiri, terutama dari kaum Quraisy yang merasa terancam dengan ajaran Islam yang menyeru kepada tauhid (keesaan Allah) dan menentang penyembahan berhala. Pemuka Quraisy yang merasa khawatir dengan pengaruh Islam berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW dengan berbagai cara, mulai dari intimidasi, penyiksaan terhadap para pengikut, hingga upaya pembunuhan terhadap Rasulullah SAW sendiri.

Namun, Rasulullah SAW tetap teguh dalam menjalankan misi kenabian yang diberikan Allah SWT. Beliau menghadapi setiap tantangan dengan kesabaran dan keberanian yang luar biasa. Meski mengalami banyak rintangan, dakwah Islam semakin berkembang, dan semakin banyak orang yang menerima Islam sebagai agama mereka.

Penutup

Pengangkatan Muhammad SAW sebagai seorang Rasul menandai awal dari perubahan besar dalam sejarah umat manusia. Risalah yang beliau bawa tidak hanya mengubah kehidupan masyarakat Arab pada saat itu, tetapi juga menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini. Misi besar beliau dalam menyampaikan tauhid dan ajaran Islam adalah bukti bahwa Allah SWT memilih beliau sebagai utusan terakhir yang akan membimbing manusia menuju jalan kebenaran.

Peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira adalah titik awal dari dakwah yang akan membawa Islam menjadi agama yang berkembang pesat dan diridhai oleh Allah SWT. Semoga dengan memahami perjalanan pengangkatan Muhammad SAW sebagai Rasul, kita semakin mengagumi dan mencintai beliau serta lebih memahami tugas dan tanggung jawab besar yang beliau emban demi kebaikan seluruh umat manusia.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Referensi:

  • Katsir, Ibnu, and Abu Ihsan al-Atsari. Sirah Nabi Muhammad. Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2010.
  • bin Abdul, Al-Hafiz Abdul Ghani, Wahid Al-Maqdisy, and Al-Hafiz Abdul Ghani. “SEJARAH RASULULLAH SAW (Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah).” (2011).

Lainnya