Menu Tutup

Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual yang banyak dikenal dengan istilah SQ (Spiritual Quotient) pada saat sekarang mulai menjalar di Indonesia dengan adanya seminar, kajian-kajian ilmiah, diskusi serta dialog-dialog, tapi sayang keramaian diskusidiskusi ini masih sebatas bisik-bisik intelektual. Tetapi dari sini, kita sudah dapat mengetahui beberapa pengertian yang berhubungan dengan kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.[1]

Dalam kata pengantarnya, Ary Ginanjar Agustian mengomentari buku karangan M. Utsman Najati, kecerdasan emosional tidaklah cukup, khususnya bagi pengembangan kejiwaan yang berdimensi ketuhanan. Kecerdasan emosional lebih berpusat pada rekontruksi hubungan yang bersifat horisontal   (sosial), sementara itu ada  dimensi lain yang tidak kalah pentingnya bagi kehidupan manusia, yaitu hubungan vertikal. Kemampuan dalam membangun hubungan yang bersifat vertikal ini sering disebut dengan istikah kecerdasan spiritual.

Menurut Danah Zohar dan lan Marshall, Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. [2]

Danah Zohar dan lan Marshall menyebutkan bahwa kecerdasan Spiritual (SQ) sebagai The Ultimate Intelgence (puncak kecerdasan). SQ adalah landasan yang diperlukan untuk menfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

Sedangkan dalam konsep ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, petilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan IQ, EQ dan SQ secara komprehensif.

Kecerdasan spiritual itu menurut penelitian-penelitian di bidang neurologi (ilrnu tentang syaraf) justru punya tempat di dalam otak, yang sebelumya oleh Howard Gardner menyaakan bahwa kecerdasan spiritual itu tidak punya tempat di dalam otak kita seperti kecerdasan yang lain. Jadi ada bagian dari otak kita dengan kemampuan untuk mengalami pengalamanpengalaman spiritual, untuk melihat Tuhan. Dalam hal ini maksudnya adalah menyadari kehadiran Tuhan di sekitar kita dan untuk memberi makna dalam kehidupan. Jadi ciri orang yang cerdas secara spiritual di antaranya adalah bisa memberi makna dalam kehidupannya.11

Dengan demikian SQ berkaitan dengan unsur pusat dari bagian diri manusia yang paling dalam menjadi pemersatu seluruh bagian diri manusia lain. SQ adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. SQ menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. SQ adalah kecerdasan jiwa.Ia adalah kecerdasan yang dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh. Namun, pada zaman sekarang ini terjadi krisis spiritual karena kebutuhan makna tidak terpenuhi sehingga hidup manusia terasa dangkal dan hampa.

Disebut sebagai kecerdasan spiritual, karena kecerdasan dari jenis ini sesungguhnya tumbuh dari fitrah manusia itu sendiri, bahwa kecerdasan jenis ini tidak dibentuk melalui diskursus-diskursus atau memori-memori fenomenal, tetapi merupakan aktualisasi dari fitrah itu sendiri.[3] Religus sebagai spiritualitas, memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesadaran beragama, pendidikan religus adalah komunikasi iman antara siswa dalam agama yang sama dan berbeda mengenai pengalaman hidup mereka yang menggali makna, sehingga mereka dibantu untuk menjadi manusia yang utuh (agama, bermoral dan terbuka).[4]

[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Loc.Cit, h. 79

[2] Ary  Ginanjar Agustian New Edition, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ; Emosional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam (Jakarta: Penerbit Arga, 2007), h. 46 11Ibid.

[3] Suharsono, Melejidkan IQ, IE, & IS (Jakarta: Inisiasi Press, 2004), h. 160

[4] Rijal Firdaos, Emotional Intelligence, Religiosity, and Social Attitude of Students. Vol.3, No.1. Jurnal Pendidikan Islam. (2017). h.47

Baca Juga: