Menu Tutup

Pengertian MEA, Sejarah. Konsep, Tujuan dan Bentuk Kerjasama dan Dampak Positif Negatif

Pengertian MEA, Sejarah. Konsep, Tujuan dan Bentuk Kerjasama dan Dampak Positif Negatif

MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) merupakan salah satu inisiatif penting dalam upaya memperkuat integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara. Didirikan sebagai bagian dari komitmen negara-negara anggota ASEAN untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan antar negara, MEA memiliki tujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang lebih efisien. Namun, perjalanan MEA tidak lepas dari tantangan dan dampak yang dapat mempengaruhi berbagai sektor ekonomi, sosial, dan politik di negara-negara anggotanya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai pengertian MEA, sejarah pembentukannya, konsep yang melandasinya, tujuan dan bentuk-bentuk kerjasama yang dijalankan, serta dampak positif dan negatif yang dapat ditimbulkan dari implementasi MEA di kawasan Asia Tenggara.

A. Pengertian MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

MEA, yang merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN, adalah sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh negara-negara anggota ASEAN (Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara) untuk menciptakan integrasi ekonomi yang lebih kuat dan saling menguntungkan di kawasan ini. MEA bertujuan untuk membangun sebuah sistem ekonomi yang terkoordinasi dan terintegrasi di antara negara-negara ASEAN, yang mencakup perdagangan bebas, arus investasi, aliran barang dan jasa, serta mobilitas tenaga kerja terampil di seluruh wilayah ASEAN.

Pada dasarnya, MEA merupakan sebuah langkah untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang lebih besar, yang diharapkan dapat meningkatkan daya saing kawasan ASEAN di tingkat global. Melalui MEA, negara-negara anggota ASEAN berkomitmen untuk menghilangkan hambatan perdagangan, seperti tarif, kuota, dan pembatasan lainnya yang dapat menghambat arus barang dan jasa antar negara anggota. Hal ini memberikan kemudahan bagi perusahaan dan pelaku ekonomi untuk beroperasi lebih efisien di pasar ASEAN, sekaligus mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata di seluruh kawasan.

B. Sejarah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimulai pada KTT Kuala Lumpur 1997, saat para pemimpin ASEAN memutuskan untuk mengubah struktur ekonomi kawasan menjadi lebih terintegrasi, stabil, dan kompetitif. Mereka menyepakati pentingnya penciptaan sebuah kawasan yang makmur dengan tujuan mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui kebijakan ekonomi yang lebih adil. Hal ini menjadi langkah awal untuk membangun kerangka kerja ekonomi yang lebih kuat di antara negara-negara ASEAN, yang kelak akan berwujud dalam MEA.

Selanjutnya, pada KTT Bali 2003, para pemimpin ASEAN mengeluarkan deklarasi yang menyatakan bahwa MEA akan menjadi tujuan utama dalam upaya integrasi ekonomi regional. Dalam pertemuan ini, disepakati bahwa integrasi ekonomi ini akan menjadi pilar penting dalam mewujudkan visi ASEAN sebagai kawasan yang lebih maju dan bersaing di kancah global. Mereka menargetkan bahwa MEA akan diluncurkan pada tahun 2009, sebagai langkah konkret dalam menciptakan pasar bebas antara negara-negara anggota ASEAN.

Pada pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN di Kuala Lumpur pada Agustus 2006, pembahasan tentang pelaksanaan MEA semakin terfokus. Para menteri ekonomi ASEAN mulai menyusun rencana aksi yang lebih rinci, dengan menetapkan target-target spesifik dan jadwal yang jelas untuk melaksanakan berbagai aspek MEA. Pertemuan ini menjadi momentum penting dalam merumuskan strategi untuk mempercepat proses integrasi ekonomi ASEAN.

Kemudian, pada KTT ASEAN ke-12 yang diselenggarakan pada Januari 2007, komitmen untuk mempercepat pembentukan komunitas ASEAN semakin jelas. Para pemimpin ASEAN menegaskan niat mereka untuk mencapai integrasi ekonomi yang lebih mendalam dengan target terbentuknya komunitas ekonomi ASEAN pada tahun 2016. Ini merupakan kelanjutan dari upaya yang telah dimulai dengan ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Dalam kesempatan tersebut, para pemimpin juga menandatangani Deklarasi Cebu, yang secara khusus menegaskan percepatan pembentukan komunitas ekonomi ASEAN yang bebas dari hambatan perdagangan barang, investasi, tenaga kerja terampil, jasa, dan aliran modal. Deklarasi ini menjadi landasan bagi pelaksanaan kebijakan MEA yang lebih terstruktur dan terarah, dengan tujuan untuk menciptakan kawasan perdagangan yang terbuka dan dinamis.

Dengan langkah-langkah tersebut, MEA mulai terbentuk sebagai upaya bersama untuk menciptakan kawasan ekonomi yang lebih bersatu, kompetitif, dan mampu menghadapi tantangan global. Proses ini berlanjut dengan sejumlah pembaruan kebijakan dan perjanjian yang semakin memperkokoh integrasi ekonomi antar negara ASEAN, menjadikan MEA sebagai salah satu blok ekonomi terbesar dan paling berpengaruh di dunia.

C. Konsep, Tujuan, dan Bentuk Kerjasama dari MEA

Konsep MEA

Menurut Chuck Suryosumpeno, konsep utama dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2016 adalah untuk menciptakan wilayah ekonomi ASEAN yang stabil dan makmur dengan menjadikannya pasar tunggal yang kompetitif serta kesatuan basis produksi. Dalam konsep ini, MEA berfokus pada terciptanya free flow atau aliran bebas atas barang, jasa, faktor produksi, investasi, dan modal antar negara anggota ASEAN.

Salah satu elemen penting dalam konsep MEA adalah penghapusan tarif dalam perdagangan antar negara ASEAN, yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di kawasan tersebut. Konsep ini menekankan pentingnya integrasi ekonomi yang lebih mendalam di kawasan Asia Tenggara untuk menghadapi tantangan global dengan lebih efektif.

Visi dan Misi MEA di Indonesia

Pada tahun 2016, Indonesia sebagai bagian dari ASEAN menerapkan MEA dengan visi dan misi sebagai berikut:

  1. Menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN
    MEA diharapkan dapat menciptakan stabilitas yang lebih besar dalam kawasan dengan memfasilitasi dialog dan kerjasama antar negara anggota ASEAN, yang pada gilirannya memperkuat stabilitas politik dan keamanan.
  2. Meningkatkan daya saing kawasan ASEAN di pasar dunia
    Dengan terciptanya pasar tunggal yang lebih besar dan basis produksi yang lebih efisien, ASEAN dapat meningkatkan daya saingnya di pasar internasional, menarik lebih banyak investasi, dan bersaing lebih efektif dengan kawasan lain seperti Uni Eropa dan Amerika Utara.
  3. Mendorong pertumbuhan ekonomi
    Salah satu tujuan utama MEA adalah menciptakan kawasan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan melalui kemudahan akses pasar, pengurangan hambatan perdagangan, serta peningkatan sektor-sektor yang memiliki potensi untuk berkembang.
  4. Mengurangi kemiskinan
    Dengan meningkatkan perdagangan dan investasi, MEA diharapkan dapat menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan dan peluang bisnis, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi tingkat kemiskinan di kawasan ini, termasuk di Indonesia.
  5. Meningkatkan standar hidup masyarakat
    MEA bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat ASEAN melalui peningkatan akses terhadap produk dan jasa berkualitas tinggi, serta meningkatkan pendapatan melalui peluang pekerjaan yang lebih baik.
  6. Menciptakan pasar besar di kawasan ASEAN
    Dengan terbentuknya pasar tunggal ASEAN, negara-negara anggota akan mendapatkan manfaat besar dari integrasi ekonomi, karena mereka dapat mengakses pasar yang lebih besar dan memiliki daya tawar yang lebih kuat dalam perdagangan global.

Tujuan Dibentuknya MEA 2016

Tujuan utama dari pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2016 adalah untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN. Dengan adanya MEA, diharapkan kawasan ini mampu mengatasi berbagai tantangan ekonomi, seperti krisis moneter yang pernah terjadi pada tahun 1997. MEA bertujuan untuk meminimalkan dampak dari fluktuasi ekonomi global, memperkuat kerjasama ekonomi antar negara anggota, serta mempercepat pemulihan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Manfaat MEA untuk Negara Anggota

Le Luong Minh, Sekretaris Jenderal ASEAN, mengungkapkan bahwa MEA akan membawa berbagai manfaat bagi negara-negara anggota ASEAN, antara lain:

  • Penurunan angka kemiskinan: Dengan peningkatan perdagangan, investasi, dan penciptaan lapangan pekerjaan, MEA diharapkan dapat mengurangi kesenjangan ekonomi di negara-negara ASEAN, termasuk menurunkan tingkat kemiskinan.
  • Meningkatkan pertumbuhan investasi: Integrasi ekonomi ini membuka peluang besar untuk investasi lintas negara, baik itu di sektor infrastruktur, manufaktur, maupun sektor lainnya yang dapat mempercepat pembangunan ekonomi di kawasan ASEAN.
  • Peningkatan produk domestik bruto (PDB): Dengan adanya akses pasar yang lebih luas dan aliran investasi yang lebih bebas, PDB negara-negara ASEAN diharapkan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih dinamis.
  • Pengurangan pengangguran: Adanya peningkatan perdagangan dan investasi di berbagai sektor ekonomi berpotensi membuka lebih banyak lapangan pekerjaan di kawasan ASEAN, membantu mengurangi angka pengangguran.
  • Peningkatan perdagangan global: Integrasi yang lebih mendalam di dalam ASEAN dapat meningkatkan daya saing kawasan ini di pasar global, yang pada akhirnya akan memperkuat posisi ASEAN dalam perdagangan dunia.

Empat Pilar MEA

MEA memiliki empat pilar utama yang menjadi landasan kerangka kerja ekonomi di kawasan ASEAN, yakni:

  1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi
    Membangun pasar tunggal yang efisien dan terintegrasi, di mana barang, jasa, dan faktor-faktor produksi dapat bergerak bebas antar negara anggota. Ini menciptakan sebuah kawasan produksi yang lebih efisien dan meningkatkan daya saing kawasan ASEAN secara keseluruhan.
  2. Membangun Kawasan Ekonomi yang Berdaya Saing Tinggi
    MEA berfokus pada peningkatan daya saing kawasan ASEAN dengan mendorong inovasi, efisiensi produksi, serta pengembangan industri-industri yang memiliki potensi besar dalam pasar global. Hal ini termasuk pengembangan infrastruktur dan teknologi untuk meningkatkan kualitas produk dan jasa.
  3. Membangun Kawasan dengan Ekonomi yang Merata
    Salah satu tujuan penting MEA adalah menciptakan ekonomi yang merata di seluruh kawasan, mengurangi ketimpangan pembangunan antara negara-negara anggota ASEAN, dan memastikan bahwa manfaat ekonomi dari integrasi ini dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
  4. Membangun Kawasan dengan Integrasi Penuh Terhadap Perekonomian Global
    MEA bertujuan untuk membawa ASEAN lebih dekat dengan ekonomi global melalui keterbukaan yang lebih besar terhadap perdagangan internasional, investasi asing, dan aliran modal yang bebas. Hal ini akan memperkuat posisi ASEAN di pasar global dan mempermudah akses pasar bagi negara-negara anggotanya.

Bentuk Kerjasama MEA 2016

Untuk mencapai tujuan dan pilar-pilar tersebut, MEA mengimplementasikan berbagai bentuk kerjasama, antara lain:

  1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Peningkatan Kapasitas
    MEA menekankan pentingnya pengembangan SDM yang terampil dan profesional, sehingga negara-negara ASEAN dapat bersaing dengan tenaga kerja global yang semakin terampil dan terdidik.
  2. Pengakuan Kualifikasi Profesional
    Agar mempermudah mobilitas tenaga kerja terampil antar negara ASEAN, MEA juga mencakup pengakuan terhadap kualifikasi profesional yang dimiliki oleh individu di berbagai sektor pekerjaan.
  3. Konsultasi Kebijakan Makro Ekonomi dan Keuangan
    Negara-negara ASEAN melakukan konsultasi lebih dekat dalam merumuskan kebijakan makro ekonomi dan keuangan untuk memastikan bahwa kebijakan ekonomi mereka sejalan dan saling mendukung dalam kerangka MEA.
  4. Pembiayaan Perdagangan
    Kerjasama dalam pembiayaan perdagangan, seperti melalui lembaga-lembaga keuangan regional, untuk mendukung arus barang dan jasa antar negara ASEAN.
  5. Peningkatan Infrastruktur
    MEA juga berfokus pada pengembangan infrastruktur fisik dan digital, seperti transportasi, logistik, dan teknologi informasi, yang penting untuk memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif.
  6. Pengembangan Transaksi Elektronik (e-ASEAN)
    Dalam era digital, MEA juga mendorong pengembangan transaksi elektronik dan e-commerce untuk mempermudah perdagangan dan mempercepat aliran barang dan jasa antar negara anggota.
  7. Integrasi Industri dan Promosi Sumber Daya Daerah
    MEA mendorong integrasi industri di seluruh kawasan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Selain itu, juga mengembangkan strategi untuk mempromosikan produk dan sumber daya alam di setiap negara anggota.
  8. Peran Sektor Swasta dalam Pembangunan MEA
    Meningkatkan peran sektor swasta dalam mendukung pencapaian tujuan MEA, dengan memberi insentif dan peluang bagi perusahaan-perusahaan swasta untuk berinvestasi dan beroperasi lebih efisien dalam pasar ASEAN yang terintegrasi.

E. Dampak Positif dan Negatif Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Indonesia

Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Indonesia, yang dimulai pada tahun 2016, membawa dampak baik dan buruk, layaknya dua sisi dari sebuah koin. Oleh karena itu, penting untuk memahami dengan baik berbagai implikasi dari kebijakan ini. Meskipun globalisasi tidak dapat dihindari, mempersiapkan diri dengan informasi yang memadai menjadi langkah yang sangat penting. Indonesia, dengan lebih dari 240 juta penduduk, menjadi pasar yang sangat besar namun juga rentan terhadap arus barang dan tenaga kerja dari luar negeri. Tanpa persiapan yang matang, produk dan tenaga kerja asing dapat menguasai pasar domestik, yang berisiko merugikan ekonomi nasional.

Dampak Positif MEA di Indonesia

  1. Prosedur Bea Cukai yang Lebih Sederhana
    Menurut Tari, dengan adanya MEA, sistem pemantauan pergerakan barang antarnegara ASEAN akan menjadi lebih efisien. Proses izin ekspor juga akan dipercepat, yang pada akhirnya menghemat waktu dan biaya bagi pengusaha yang terlibat dalam perdagangan internasional.
  2. Sistem Self-Certification
    Sistem ini memungkinkan eksportir untuk mengklaim keaslian produk mereka sendiri, yang dapat membawa keuntungan berupa tarif preferensial di bawah skema ASEAN Free Trade Area (ASEAN-FTA). Sertifikasi ini akan menjadi tanggung jawab perusahaan eksportir, dengan menyertakan dokumen seperti faktur komersial, delivery order, atau daftar kemasan.
  3. Harmonisasi Standar Produk
    Salah satu langkah penting dalam MEA adalah harmonisasi standar produk antar negara ASEAN. Meskipun standar produk belum sepenuhnya disepakati, beberapa jenis produk telah menjadi prioritas untuk penyesuaian standar, seperti produk karet, obat tradisional, kosmetik, pariwisata, sayuran dan buah-buahan segar, udang, dan budidaya perikanan.

Dampak Negatif MEA di Indonesia

  1. Dampak terhadap Perempuan
    Sejarah penindasan terhadap perempuan sering kali berhubungan dengan terbatasnya akses perempuan terhadap alat produksi. Dalam konteks MEA, perempuan di Indonesia berisiko lebih terdampak karena akses mereka terhadap pendidikan dan pekerjaan yang berkualitas masih terbatas. Data menunjukkan bahwa tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan (terutama usia 19-24 tahun) jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, yang mengarah pada tingginya angka pengangguran perempuan atau mereka yang terpaksa bekerja di sektor informal dengan upah rendah.
  2. Pembangunan Pasar Tunggal yang Membebaskan Arus Barang
    Pembentukan pasar tunggal ASEAN memungkinkan barang dari negara-negara lain untuk bebas masuk dan bersaing di pasar Indonesia. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi produk lokal yang tidak dapat bersaing dalam hal harga atau kualitas dengan produk asing, yang dapat merusak sektor produksi domestik, termasuk industri besar maupun usaha kecil dan menengah (UKM).
  3. Liberalisasi Pasar Tenaga Kerja
    MEA membuka peluang bagi tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia, yang menuntut tenaga kerja lokal untuk bersaing dengan pekerja dari negara-negara ASEAN lainnya. Untuk itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia menjadi sangat penting untuk menghadapi persaingan ini. Tanpa keterampilan yang memadai, banyak tenaga kerja lokal berisiko tertinggal.
  4. Dampak Terhadap Pendidikan
    Salah satu dampak MEA yang dapat terlihat pada sektor pendidikan adalah munculnya lembaga pendidikan asing di Indonesia dan orientasi pendidikan yang semakin berfokus pada pasar. Vivin Sri Wahyuni, Ketua Umum Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), berpendapat bahwa MEA bagian dari agenda liberalisasi yang lebih luas, yang dapat mengurangi kualitas pendidikan nasional dan memprioritaskan sektor ekonomi atas sektor pendidikan dan sosial.
  5. Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
    Indonesia masih menghadapi masalah dalam kesiapan SDM yang kompeten untuk bersaing di pasar tenaga kerja global. Salah satu contoh ketidaksiapan ini adalah lambannya proyek-proyek besar seperti MRT, yang sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan agar tenaga kerja Indonesia bisa bersaing di kancah internasional.
  6. Kesiapan Produk Lokal
    Indonesia, dengan industri jamu yang cukup kuat, memiliki potensi untuk bersaing dalam MEA, terutama dalam sektor obat tradisional. Namun, banyak usaha mikro dan kecil yang merasa kesulitan dalam memenuhi standar yang ditetapkan untuk bersaing di pasar bebas ASEAN. Masalah seperti terbatasnya modal dan alat produksi yang memadai menjadi hambatan. Selain itu, keberadaan produk ilegal dan penggunaan bahan kimia dalam obat tradisional yang diproduksi secara tidak sah juga menjadi tantangan besar bagi industri jamu Indonesia.

    Meskipun demikian, beberapa pengusaha kecil berharap pemerintah dapat memberikan lebih banyak dukungan untuk memperbaiki kualitas produk mereka, sehingga dapat bersaing dengan produk luar. Dengan adanya sosialisasi dan pembinaan yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan potensi besar di sektor ini.

Upaya Pemerintah dan Dukungan untuk UMKM

Pemerintah Indonesia berusaha memberikan dukungan kepada usaha mikro dan kecil dalam menghadapi tantangan MEA, meskipun anggaran yang terbatas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk kembali pada penggunaan jamu dan produk herbal asli Indonesia. Pemerintah juga mengajak masyarakat untuk lebih mengenal kekayaan hayati nusantara, yang tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan tetapi juga dapat menjadi sumber daya ekonomi yang berkelanjutan.

Meskipun tantangan besar dihadapi, dengan kerja sama antarnegara ASEAN dan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas produk lokal, Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh MEA untuk memperkuat posisi ekonominya di kancah internasional.

Referensi:

[1] ASEAN Vision 2020

[2] Harian Kompas edisi September tahun 2014

[3] Data Biro Pusat Statistik tahun 2013

[4] Aribowo Mondrowinduro (Corporate Human Resource Management Function Head Triputra Group).

Lainnya