Menu Tutup

Pengertian Ta’awun, Dalil, dan Contohnya

Dalam bahasa sosiologi, manusia itu disebut zoon politicon, artinya, keberadaan manusia itu harus dengan adanya orang lain. Maksudnya, manusia itu sangat membutuhkan adanya orang lain, untuk kehidupannya. Maka, salah satu bahasan akhlak mulia adalah ta’awun yang uraiannya sebagai berikut.

1. Pengertian Ta’awun

Kata ta’awun berasal dari bahasa Arab yang berarti saling membantu, saling menolong. Menurut istilah ta’awun adalah sikap atau perilaku membantu orang lain.

Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, sehingga membutuhkan uluran bantuan dari orang lain. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya manusia perlu bantuan dari orang lain dengan saling menolong.

2. Dalil Tentang Perintah Ta’awun

Dalil naqli yang berasal dari al-Qur’an dan hadis yang menjadi dasar dari pelaksanaan ta’awun salah satunya terdapat dalam al-Qur’an surah ke 5, Al-Maidah ayat 2:

Artinya: “ … dan tolong menolonglah kamu dalam (perkara) kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kamu tolong menolong dalam (perkara) dosa dan permusuhan “. (QS. Al-Maidah [5]:2)

Secara nalar jelas sekali bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka manusia harus saling menolong untuk memenuhi hajatnya itu. Islam mengarahkan tujuan dan bentuk tolong menolong itu dalam kebaikan, dalam segala perkara yang baik, bermanfaat yang diizini oleh Allah Swt. serta dalam ketakwaan. Artinya, tolong menolong itu didasarkan atas iman, kebenaran dan guna mendapatkan ridha Allah Swt.

Tolong menolong ditujukan kepada semua manusia, tidak harus dengan sesama muslim saja, dalam seluruh aspek kehidupan. Namun, jika dengan non muslim, harus dibatasi, tidak ada kerjasama, tolong menolong dalam hal akidah dan ibadah.

Allah Swt. telah membagi rahmat-Nya kepada hamba-Nya berdasarkan kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Allah Swt. melebihkan sebahagian satu dengan yang lain, itu merupakan kebijaksanaan Allah, yang mempunyai tujuan tertentu. Hal ini ditegaskan dalam Al Qur an surah ke 43, Az–Zukhruf ayat 32:

Artinya: “Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QSaz-Zukhruf [43]:32)

Dari ayat di atas secara jelas dapat dipahami, bahwa Allah Swt. memberikan karunia yang berbeda, bentuk dan tingkatannya. Itu bertujuan agar manusia dapat saling memanfatkan, dalam bentuk kerjasama. Seiring dengan keadaan manusia itu sangat terbatas. baik dalam penguasaan ilmu atau kondisi lainnya, manusia sebagai makhluk yang lemah harus saling membantu dalam memenuhi hajat hidupnya.

3. Bentuk / Contoh Ta’awun

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena ketidakmampuannya untuk melakukan segala hal sendiri karena keterbatasan yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, sudah sewajarnya manusia saling tolong menolong.

Upaya tolong menolong yang dimaksud tidak harus dalam aspek yang besar. Cukup lakukan hal sederhana berikut untuk mengamalkan sikap ta’awun dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Tidak membahas aib orang lain
  2. Memberi bantuan kepada orang-orang di sekitar
  3. Mengunjungi orang yang tengah sakit atau yang sedang mengalami musibah
  4. Meringankan kesulitan orang lain

Selain menjalankan perintah Allah dalam Al-Quran dan mendapat pahala serta memenuhi peran sebagai makhluk sosial, kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan sebenarnya akan kembali pada diri sendiri.  Hal ini sesuai dengan yang tertera dalam hadis nabi riwayat Muslim yang artinya:

“Barangsiapa melapangkan seorang mukmin dari suatu kesusahan dunia, maka Allah akan melapangkannya satu kesusahan dari beberapa kesusahan di hari kiamat. Baranggsiapa meringankan penderitaan seseorang, maka Allah akan meringankan penderitaannya di dunia maupun akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (Hadist riwayat Muslim no.2699)

Baca Juga: