Menu Tutup

Peninggalan Kebudayaan Islam di Indonesia

Agama Islam muncul pada Abad ke-6 M kemudian masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan mulai berkembang pada abad ke-13 M. Perkembangan Islam di Indonesia hampir di seluruh Kepulauan Indonesia. Bertolak dari kenyataan tersebut, Islam banyak menghasilkan peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Indonesia yang sangat beraneka ragam. Peninggalan-peninggalan itu antara lain sebagai berikut:

Kaligrafi

Kaligrafi adalah salah satu karya kesenian Islam yang paling penting. Kaligrafi Islam yang muncul di dunia Arab merupakan perkembangan seni menulis indah dalam huruf Arab yang disebut khat. Seni kaligrafi yang bernafaskan Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al-qur’an. Tulisan tersebut dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang, daun-daunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya. Contoh kaligrafi antara lain yaitu kaligrafi pada batu nisan, kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon dan kaligrafi bentuk hiasan.

Kraton

Kraton atau istana dan terkadang juga disebut puri, merupakan badari kota atau pusat kota dalam pembangunan. Kraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak kraton sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Beberapa contoh kraton yaitu kraton Cirebon (didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah tahun 1636), Istana Raja Gowa (Sulawesi Selatan), Istana Kraton Surakarta, Kraton Yogyakarta, dan Istana Mangkunegaran.

Batu Nisan

Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat (India).
Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di Indonesia antara lain sebagai berikut.

Batu Nisan Malik as-Saleh

Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama dari kerajaan Samudra Pasai.

Batu Nisan Ratu Nahrasiyah

Batu nisan ini dibangun di atas makam ratu Samudra Pasai bernama Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.

Batu Nisan Fatimah binti Maimun

Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik, Jawa Timur.

Batu Nisan Sultan Hasanuddin

Batu nisan ini dibangun di atas makam raja Makasar. Makam Sultan Hasanuddin berada dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa dan Tallo.

Pada makam tersebut, dibuat cungkup berbentuk kijing. Cungkup itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu itu disusun berbentuk limas. Bangunan limas terpasang dengan alas berbentuk kubus dan di dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam beserta batu nisan.

Bentuk Mesjid

Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak mesjid didirikan dan termasuk mesjid kuno, di antaranya mesjid Demak, mesjid Kudus, mesjid Banten, mesjid Cirebon, mesjid Ternate, mesjid Angke, dan sebagainya.

Mesjid Angke

Mesjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun pada abad ke-18. Mesjid ini beratap tumpang dua. Mesjid Angke merupakan mesjid tua yang masih terlihat kekunoannya. Mesjid ini memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Mesjid ini dibangun pada tahun 1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang berukuran sedang disebut mesjid, dan yang ukuran besar disebut mesjid agung atau mesjid Jami. Mesjid merupakan tempat peribadatan agama Islam (tempat orang melakukan salat). Mesjid juga berperan sebagai tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di tengah-tengah masyarakat.

Mesjid Demak

Mesjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah. Bangunan mesjid terletak di Kadilangu, Demak. Mesjid ini beratap tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. Mesjid Demak didirikan dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan mesjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan mesjid ini terletak pada salah satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu yang disebut tatal (soko tatal).

Mesjid Kudus

Mesjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.

Mesjid Banten

Mesjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam Islam. Menara mesjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai mercusuar.

Mesjid Cirebon

Mesjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan Cirebon berkuasa. Bentuk atap mesjid Cirebon juga berupa atap tumpang, terdiri atas dua tingkat.

Seni Pahat

Seni pahat seiring dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara, kota awal berkembangnya agama Islam di Jawa yang sangat terkenal. Di dinding depan mesjid Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan pahatan tanaman yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon malahan ada pahatan harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah tersebut (Jepara dan Cirebon), merupakan akulturasi antara budaya Hindu dengan budaya Islam.

Seni Pertunjukan

Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang berisi salawat Nabi dengan iringan rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai dengan membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa dominan. Peserta mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti peci, baju tutup, dan sarung.

Tradisi atau Upacara

Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan dan waktunya merupakan budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan ( tumpeng besar) dan iring-iringan gamelan menunjukkan budaya sebelumnya (Hindu Buddha). Kenduri Sultan tersebut dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, yang menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan adanya upacara pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti senjata (tombak dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta.

Karya Sastra

Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra Islam yang masuk ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India. Karya sastra masa Islam banyak sekali macamnya, antara lain sebagai berikut.

  1. Babad, ialah cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui dengan dongeng. Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad Giyanti, dan sebagainya.
  2. Hikayat, ialah karya sastra yang berupa cerita atau dongeng yang dibuat sebagai sarana pelipur lara atau pembangkit semangat juang. Contoh, Hikayat Sri Rama, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Amir Hamzah dan sebagainya.
  3. Syair, ialah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contoh: Syair Abdul Muluk, Syair Ken Tambuhan, dan Gurindam Dua Belas.
  4. Suluk, ialah kitab-kitab yang berisi ajaran Tasawuf, sifatnya pantheistis, yaitu manusia menyatu dengan Tuhan. Tasawuf juga sering dihubungkan dengan pengertian suluk yang artinya perjalanan. Alasannya, karena para sufi sering mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Di Indonesia, suluk oleh para ahli tasawuf dipakai dalam arti karangan prosa maupun puisi. Istilah suluk kadang-kadang dihubungkan dengan tindakan zikir dan tirakat. Suluk yang terkenal, di antaranya: Suluk Sukarsah, Suluk Wijil, Suluk Malang Semirang.

DAFTAR PUSTAKA

  • Ambary, Hasan Muarif, Menemukan Peradaban, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.
  • Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
  • Pijper, G.F., Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950, Jakarta: Universitas Indonesia, 1985.

Baca Juga: