Menu Tutup

Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam

Dalam ilmu manajemen perencanaan.[1]  sering disebut dengan istilah planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada tujuan pencapaian tujuan tertentu.[2]

Perencanaan menurut Willian H. Newman menjelaskan bahwa perencaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.[3] Perencanaa berisi rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan tentang tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.

Sedangkan Ulbert Silalahi menyatakan bahwa perencanaan merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur pemberdayaan manusia, informasi, finansial, metode, dan waktu untuk memaksimalkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan.[4]

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang dilakukan seseorang secara sistemik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pengertian sistem

Menurut Oemar Hamalik sistem adalah seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling terintegrasi untuk mencapai suatu tujuan. [5] Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia sistem adalah perangkat atau unsur yang secara langsung saling berkaitan dan sehingga membentuk totalitas.[6]

Dapat dipahami bahwa, sistem itu tersusun  dari berbagai macam komponen yang saling berhubungan dan bahu membahu dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Misalnya sistem pembelajaran yang terdiri dari tujuan, pembelajaran, materi, metode, dan alat, sumber belajar, serta evaluasi pembelajaran. Semua ini akan bermuara kepada pencapaian tujuan pembelajaran yang dimaksud.

Pengertian pendidikan agama Islam

       Pendidikan dapat diartikan secara sempit yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak-anak dampai ia dewasa.[7] Sedangkan dalam arti luas adalah segala sesuatu yang menyangkut proses perkembangan dan pengembangan manusia, yaitu upaya menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik, sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pandai, baik, mampu hidup, berguna bagi masyarakat.[8]

Definsi di atas mengandung pengertian yang lebih luas, yakni menyangkut perkembangan dan pengembangan manusia. Namun demikian, pengertian tersebut masih terbatas pada persoalan-persoalan duniawi. Dan belum memasukkan aspek spritual religius sebagai bagian terpenting yang mendasari pengembangan dan dan perkembangan manusia dalam proses pendidikan.

Menurut  Naquid al-Attas kata pendidikan berasal dari kata ta’dib, atau tarbiyah yang lebih menekankan pada mengasuh, menanggung, memberi makan, memelihara dan menjadikan bertambah dalam pertumbuhan.[9]

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagian manusia.[10]

Menurut Soergarda Purbakawaca pendidikan mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya. [11]

Ketiga pengertian pendidikan diatas, mempunyai arti yang cukup luas, meliputi pengetahuan, keterampilan dan kecakapan hidup. Dan belum menyentuh aspek-aspek spiritual yang dilandasi ajaran Islam. Untuk  itu akan lebih baik jika dipadukan dengan pengertian pendidikan yang dilandasi oleh semangat keislaman, sebagaimana yang dikemukakan oleh H.M. Arifin tentang rumusan pendidikan Islam hasil seminar Pendidikan Islam se-Indonesia yaitu

Pendidikan Islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan  rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.

Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan dan melatih, mengnadung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran, sehingga terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur. [12]

Dari definisi di atas ada tiga poin yang dapat disimpulkan yaitu: Pertama, Pendidikan Islam menyangkut aspek jasmani dan rohani, karena keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu pembinaan terhadap keduanya harus seimbang.

Kedua, Pendidikan Islam mendasarkan konsepsinya pada nilai-nilai religius. Ini berarti bahwa pendidikan Islam tidak mengabaikan  faktor teologis sebagai sumber dari ilmu itu sendiri. sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah:31.

Ketiga, adanya unsur takwa sebagai tujuan yang harus dicapai, sebagaimana kita ketahui bahwa takwa merupakan benteng yang dapat berfungsi sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh negatif yang datang dari luar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. [13]

Dimensi-Dimensi Atau Ruanglingkup Perencanaan Pendidikan Islam

Di bawah ini beberapa dimensi perencanaan pendidikan

  1. Signifikansi

Perencanaan pendidikan harus memperhatikan signifikansi dan kegunaan sosial dari tujuan pendidikan yang diajukan. Pengambilan keputusan harus mempunyai garis-garis yang jelas dan mengajukan kriteria evaluasi. Signifikansi dapat ditentukan berdasarkan kriteria yang dibangun di dalam proses perencanaan.

  1. Relevansi

Perencanaan pendidikan memungkinkan penyelesaian persoalan secara lebih spesifik atau waktu yang tepat agar dapat dicapai secara optimal.

  1. Adaptif

Perencanaan pendidikan bersifat dinamik, sehingga  perlu mencari umpan balik. Penggunaan proses memungkinkan perencanaan pembelajaran yang fleksibel, adaptif, realistis, yakni dapat dirancang untuk menghindari hal-hal yang tidak diharapkan.

  1. Feasibilitas

Feasibilitas artinya perencanaan terkait dengan teknik dan estimasi biaya serta lainnya dalam pertimbangan yang realistis.

  1. Kepastian atau defenitivenes

Sekalipun perlu banyak alternatif yang disediakan dalam perencanaan pendidikan, konsep kepastian dapat meminimumkan atau mengurangi kejadia-kejadian yang tidak diduga.

  1. Ketelitian atau psimoniuseness

Ketelitian hendaknya diperhatikan agar perencanaan pendidikan disusun dalam bentuk sederhana dan sensitif terhadap kaitan-kaitan antara komponen pembelajaran.

  1. Waktu

Perencanaan pembelajaran hendaknya dapat memprediksi kebutuhan masa depan, dan tetap memperhatikan kemajuan zaman.

  1. Monitoring

Monotoring berguna untuk mengetahui apakah komponen yang ada berjalan sebagaimana mestinya.

Isi perencanaan merujuk pada hal-hal yang akan direncanakan.

Maka perencanaan pengajaran perlu memuat hal-hal berikut ini:

a)Tujuan apa yang diinginkan

b)Program dan layanan

c)Tenaga manusia

d)Keuangan

e)Bangunan fisik

f)Struktur organisasi

g)Kontek sosial.[14]

Karakteristik Perencanaan Pendidikan

Ada beberapa karakteristik yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru dalam menyususn suatu rencana pembelajaran yaitu:

  1. Penyusunan perencanaan pembelajaran ditujukan terhadap siswa yang belajar dan disusun sesuai dengan tujuan dan kebutuhan siswa.
  2. Memiliki tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, dan tahap tindak lanjut.
  3. Penysusnan perencanaan harus disusun secara sistematis yaitu dari materi dari yang mudah dan diikuti dengan materi yang sulit dan dari segi pembelajaran yang diberikan harus mempertimbangkan keakuratan metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran.
  4. Pembelajaran harus disusun dengan menggunakan pendekatan sistem.[15]

 

  1. Manfaat Perencanaan Pendidikan

Perencanaan pendidikan merupakan satu tahapan merupakan satu tahapan dalam proses belajar mengajar. Perencanaan menjadi sangat penting karena dapat berfungsi sebagai dasar, pemandu, alat kontrol, dan arah pembelajaran. Perencanaan pembelajaran yang baik akan melahirkan proses pembelajaran yang baik pula. Perencanaan pembelajaran atau disebut juga desain instruksional merupakan kegiatan organisasi intruksional.[16]

Secara sistematik perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merusmuskan tujuan pembelajaran, merumuskan isi/materi pelajaran yang harus dipelajari, merumuskan kegiatan belajar, dan merumuskan sumber belajar/media pembelajaran yang akan digunakan serta merumuskan evaluasi pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan penting dalam kegiatan pembelajaran, sehingga pembelajaran harus didesain secara sistematis dalam merumuskan tujuan, bagaimana karakteristik siswanya, bagaimana menentukan metodenya, dan bagaimana cara mengevaluasinya.

Perencanaan  pembelajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan lrbih berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik.perencanaan dapat menolong pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu, dan memberi peluang untuk lebih dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Sedangkan manfaat perencaan pembelajaran adalah sebagai berikut.

  1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran.
  2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur ynag terlibat dalam kegiatan.
  3. Sebagai pedoman kerja, baik unsur guru maupun unsur siswa dan sisiwinya.
  4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu kegiatan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kegiatan tersebut
  5. Untuk bahan pengususnan data agar tidak terjadi kesenjangan dalam kegiatan pembelajaran.
  6. Untuk menghemat waktu dan tenaga.[17]

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung;Angkasa, 2003

Ahmad D. Marribah, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung; Al-Ma’arif, 1981

Ahmad Tafsiri, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung; Remaja Rosda Karya, 2001 cet ke-4

Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Bandung; Alfabeta, 2010

H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta;Bina Akasara, 1987, cet. Ke-1 h. 13 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta; Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa

  1. Natsir Ali, Dasar-dasar Ilmu mendidik, Jakarta;Mutiara, 1997Prof. Nana Syaodih S.,Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2010, h.

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi aksara, 1995

Syekh Muhammad al-Naquid Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung;Mizan,1984 cet. Ke-1

http://zahratulnajwa.blogspot.co.id/2012/05/perencanaan-sistem-pembelajaran.html

 

[1] Perencaan adalah proses cara, perbuatan merencanakan (merancangkan) Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,  h. 946

[2] Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Bandung; Alfabeta, 2010, h. 21

[3] Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 21

[4] Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 22

[5] Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi aksara, 1995, h.1

[6] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,  h. 1076

[7] Ahmad D. Marribah, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung; Al-Ma’arif, 1981), h. 31

[8] M. Natsir Ali, Dasar-dasar Ilmu mendidik, (Jakarta;Mutiara, 1997), h. 23

[9] Syekh Muhammad al-Naquid Al-Attas, Konsep Pendidikan Dalam Islam, (Bandung;Mizan,1984) cet. Ke-1 h. 60

[10] Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta; Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 1962) sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, h. 11

[11] Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung;Angkasa, 2003), h. 12

[12] H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta;Bina Akasara, 1987) cet. Ke-1 h. 13

[13] Ahmad Tafsiri, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung; Remaja Rosda Karya, 2001) cet ke-4, h. 32

[14] Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 27

[15] Pendekatan sistem adalah salah satu cara dalam penyusunan rencana pembelajaran yang dapat memperhatikan  berbagai komponen pembelajaran seperti metode, media, evaluasi, dan tujuan pembelajaran, waktu, dan sumber belajar. Semua komponen tersebut harus dapat berkolaborasi dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran. Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 29-30

[16] Organisasi intruksional adalah pembelajaran mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran atau disebut dengan desain intruksional. Sedangkan komponen organisasi intruksional yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah interaksi pembelajaran,  sumber belajar yang digunakan , dan evaluasi pembelajaran.  Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 30

[17] Dr. Kasful Anwar Us. M.Pd. Perencanaan Sistem Pembelajaran,,,,h. 31-32

Baca Juga: