Menu Tutup

Perkembangan Ilmu di Barat Zaman Renaissans (14-16 M)

Peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern ditandai oleh suatu era yang disebut dengan zaman Renaissans. Periode ini terjadi sekitar tahun 1400-1600 masehi. Renaissans adalah suatu zaman yang sangat menaruh perhatian dalam bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Pada zaman ini berbagai gerakan bersatu untuk menentang pola pemikiran abad pertengahan yang dogmatis, sehingga melahirkan suatu perubahan revolusioner dalam pemikiran manusia dan membentuk suatu pola pemikiran baru dalam filsafat.

Zaman renaissans terkenal dengan era kelahiran kembali kebebasan manusia dalam berpikir. Renaissans adalah zaman atau gerakan yang didukung oleh cita-cita lahirnya kembali manusia yang bebas. Pada zaman renaissans manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan Gereja yang selama ini telah mengungkung kebebasan dan mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan.

Pada zaman ini, manusia disebut sebagai animal rationale, karena pada masa ini pemikiran manusia mulai bebas dan berkembang. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis sejak zaman Renaissans. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokohnya yang terkenal seperti Copernicus, Johannes Keppler, dan Galileo Galilei.

Copernicus adalah seorang tokoh gerejani yang ortodoks. Dia mengemukakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya, dan bumi memiliki dua macam gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mengelilingi matahari. Teori ini disebut “heliosentrisme” dimana matahari adalah pusat jagad raya. Teori Copernicus ini melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta terutama astronomi. Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hipparahus dan Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (goesentrisme).

Pemikiran yang revolusioner dari Copernicus ini juga terjadi dalam dunia hukum yakni terkait dengan hukum internasional dan hukum tata Negara. Tokoh utama yang terkenal dalam bidang ini adalah Hugo de Groot. Di samping itu, revolusi lebih lanjut di bidang sains dikemukakan pula oleh Francis Bacon. Sebagai perintis filsafat ilmu, Bacon memperkenalkan metode baru yang kemudian berkembang dan diterapkan  untuk ilmu-ilmu empiris yaitu logika induktif. Gagasan Bacon tentang metode ilmiah terkenal dengan nama induksi Baconian. Metodenya dijelaskan secara rinci dalam bukunya yang berjudul Novum Organum. Dalam bukunya ini ia secara positif hendak membengun kembali ilmu yang baru melalui metode ilmiah. Selain itu, Bacon menolak menggunakan silogisme berdasarkan pandangan bahwa inudksi harus bertumpu pada observasi tentang benda-benda, fakta atau peristiwa khusus, dan harus dilaksanakan seluas mungkin.

Galileo Galilei membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam astronomi. Ia melihat bahwa planet Venus dan Merkurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo dalam bidang ini menanamkan pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan beberapa hal seperti : pengamatan (observation), penyingkiran (elimination) segala hal yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, idealisasi, penyusunan teori secara spekulatif atas peristiwa tersebut, peramalan (prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan pada ramalan matematik.

Sedangkan Johannes Keppler menemukan tiga buah hukum, yaitu : (1) Bahwa gerak benda angkasa itu ternyata bukan bergerak mengikuti lintasan cirde, namun gerak itu mengikuti lintasan elips. Orbit semua planet berbentuk elips. (2) Dalam waktu yang sama, garis penghubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama. (3) Dalam perhitungan matematika terbukti bahwa bila jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P2 : Q2 , X3 : Y3.

Referensi:

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Bernadien, Win Usuludin, Membuka Gerbang Filsafat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Ermi, Suhasti, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Prajna Media, 2003.

Gazalba, Sidi, Sistematika Filsafat II, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.

Ghazali, Bachri, dkk., Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pokja Akademik UIN, 2005.

Gie, The Liang, Pengantar Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Liberty, 1999.

Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke DUnia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2008.

Hasan, Erliana, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian Ilmu Pemerintahan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Baca Juga: