Menu Tutup

Perpaduan Filsafat dan Agama Menutut Al-Kindi

Al-Kindi adalah sebagai perintis filasafat murni dalam dunia Islam. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang mulia, yaitu ilmu pengetahuan mengenai sebab dan realitas Ilahi yang pertama dan merupakan sebab dari semua realitas lainnya. Ia melukiskan filsafat sebagai ilmu dan kearifan dari segala kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan merupakan bagian dari kebudayaan Islam.

Dalam risalahnya yang ditujukan kepada al-Mu’tasim ia menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang termulia serta terbaik dan yang tidak bisa ditinggalkan oleh setiap orang yang berfikir. Kata-katanya ini ditujukan kepada mereka yang menentang filsafat dan mengingkarinya, karena dianggapnya sebagai ilmu-kafir dan menyiapkan jalan menuju kekafiran. Sikap mereka inilah yang selalu menjadi rintangan bagi filosof-filosof Islam, terutama pada masa Ibn Rusyd.

Kemudian menurut al-Kindi, filsafat adalah pengetahuan kepada yang benar (knowledge of truth). Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Agama di samping menerangkan wahyu juga mempergunakan akal, dan filsafat mempergunakan akal. Wahyu tidak bertentangan dengan filsafat, hanya argumentasi yang dikemukakan wahyu lebih meyakinkan daripada argumen filsafat. Keduanya bertujuan untuk menerangkan apa yang benar dan yang baik.

Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. Dengan demikian, menurut al-Kindi, orang yang menolak filsafat berarti mengingkari kebenaran. Ia mengibaratkan orang yang mengingkari kebenaran tersebut tidak jauh berbeda dengan orang yang memperdagangkan agama, dan orang itu pada hakekatnya tidak lagi beragama karena ia telah menjual agamanya.

Menurut al-Kindi, kita tidak pada tempatnya malu mengakui kebenaran dari mana saja sumbernya. Bagi mereka yang mengakui kebenaran tidak ada suatu yang lebih tinggi nilainya selain kebenaran itu sendiri dan tidak pernah meremahkan dan merendahkan orang yang menerima-nya.

Ilmu filsafat meliputi ketuhanan, keesaanNya,  dan keutamaan serta ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermamfaat dan menjauhkan dari apa-apa yang mudharat. Hal ini juga dibawa oleh para rasul Allah, dan juga mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan keutamaan yang diridhai-Nya.

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa tujuan filsafat sejalan dengan ajaran yang dibawa oleh rasul. Oleh karena itu, sekalipun ia datang dari Yunani, maka kita menurut al-Kindi, wajib mempelajarinya, bahkan lebih jauh dari itu, kita wajib mencarinya.

Dalam usaha memadukan antara filsafat dan agama ini, al-Kindi juga membawakan ayat-ayat al-Qur’an. Menurutnya menerima dan mempelajari filsafat sejalan dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti dan membahas segala fenomena di alam semesta ini. Di antara ayat-ayatnya adalah sebagai berikut:

  1. Surat Al-Nasyr [59]: 2

“…….Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.”

  1. Surat Al-A’raf [7]: 185

“Dan Apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah…”

  1. Surat Al-Ghasyiyah [88]: 17-20

 “Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”

  1. Surat Al-Baqarah [2]: 164

 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

Dengan demikian al-Kindi telah membuka pintu bagi penafsiran filosofis terhadap al-Qur’an, sehingga menghasilkan antara wahyu dan akal dan antara filsafat dan agama. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa pemaduan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan berikut:

  1. Ilmu agama bagian dari filsafat
  2. Wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian
  3. Menuntut ilmu secara logika diperintahkan oleh agama.

Al-Kindi juga menghadapkan argumennya kepada orang-orang agama yang tidak senang dengan filsafar dan filosof, jika ada orang yang mengatakan bahwa filsafat tidak perlu, mereka harus memberikan argument dan menjelaskannya. Usaha pemberian argument tersebut merupakan bagian dari pencarian pengetahuan tentang hakikat, untuk sampai pada yang dimaksud, secara logika mereka harus memiliki pengetahuan filsafat. Kesimpulannya bahwa filsafat harus dimiliki dan dipelajari.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan hahwa al-Kindi merupakan pionir dalam melakukan usaha pemaduan antara filsafat dengan agama atau antara akal dan wahyu. Dalam hal ini dapat dikatan bahwa al-Kindi telah memainkan peranan yang besar dan penting di pentas filsafat Islam, sehinga ia melapangkan jalan bagi para filosof Islam yang datang kemudian.

Referensi:

Musthofa, Ahmad. 1997. Filsafat Islam. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Aceh, Aboebakar, sejarah Filsafat Islam, Solo: Ramadhani, 1968.
Drajat, Amroeni, Filsafat Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006.
Hanafi, Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1968.
Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Beni Ahmad, Filsafat Umum, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008

Baca Juga: