Menu Tutup

Prinsip Etika Bisnis Islam

Prinsip Etika Bisnis Islam

Untuk membangun kultur bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari perumusan etika yang akan digunakan  sebagai norma perilaku sebulum aturan (hukum) perilaku dibuat dan dilaksanakan, atau aturan (norma) etika tersebut diwujudkan dalam bentuk aturan hukum. Sebagai kontrol terhadap individu pelaku dalam bisnis yaitu melalui penerapan kebiasaan atau budaya moral atas pemahaman dan penghayatan nilai-nilai dalam prinsip moral sebagai inti kekuatan suatu perusahaan dengan mengutamakan kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, berprilaku tanpa diskriminasi[1].

Etika bisnis hanya bisa berperan dalam suatu komunitas moral, tidak merupakan komitmen individual saja, tetapi tercantum dalam suatu kerangka sosial. Etika bisnis menjamin bergulirnya kegiatan bisnis dalam jangka panjang, tidak berfokus pada keuntungan jangka pendek saja. Etika bisnis akan meningkatkan kepuasan pegawai yang merupakan stakeholders yang penting untuk diperhatikan.

Etika bisnis membawa pelaku bisnis untuk masuk dalam bisnis internasional. Karenanya, harus :

  1. Pengelolaan bisnis secara professional.
  2. Berdasarkan keahlian dan keterampilan khusus.
  3. Mempunyai komitmen moral yang tinggi.
  4. Menjalankan usahanya berdasarkan profesi/keahlian.

Karena itu, etika bisnis secara umum menurut Suarny Amran, harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

  1. Prinsip Otonomi : Yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keselarasan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas keputusan yang diambil.
  2. Prinsip Kejujuran : Dalam hal ini kejujuran adalah merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis, kejujuran dalam pelaksanaan control terhadap konsumen, dalam hubungan kerja, dan sebagaianya.
  3. Prinsip Keadilan : Bahwa setiap orang dalam berbisnis diperlakukan sessuai dengan haknya masing-masing dan tidak ada yang boleh dirugikan.
  4. Prinsip Saling Menguntungkan: Juga dalam bisnis yang kompetetif.
  5. Prinsip Integritas Moral : Ini merupakan dasar dalam berbisnis, harus menjaga nama baik perusahaan tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.

Aspek Dasar Prinsip Etika Bisnis Islam

Demikian pula dalam islam, etika bisnis islami harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang berlandaskan pada Al Qur’an dan Al Hadits, sehingga dapat diukur dengan aspek dasarnya yang meliputi[2] :

  1. Barometer Ketaqwaan Seseorang. Allah s.w.t. berfirman (QS. Al Baqarah:188).

Artinya : “ Dan janganlah kalian memakan harta sebagian yang lain dengan cara yang bathil. Dan janganlah pula kalian membawa urusan harta itu kepada hakim, agar kamu dapat memakan sebagian dari harta manusia dengan cara yang dosa sedangkan kamu mengetahui”

  1. Mendatangkan Keberkahan. Allah s.w.t. berfirman (QS. Al A’raf:96)

Artinya : “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa , pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”

  1. Mendapatkan Derajat Seperti Para Nabi, Shiddiqin & Syuhada. Rasulullah s.a.w. bersabda:

Artinya : “Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. Beliau berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda “Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada”. (HR.Turmudzi)

  1. Berbisnis Merupakan Sarana Ibadah Kepada Allah s.w.t.. Banyak ayat yang menggambarkan bahwa aktifitas bisnis merupakan sarana ibadah, bahkan perintah dari Allah s.w.t.. Diantaranya (QS.At Taubah:105)

Artinya : “Dan katakanlah “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan meliahat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kapada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”

Berdasarkan prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam diatas, maka secara teologis islam menawarkan nilai-nilai dasar atau prinsip-prinsip umum yang penerapannya dalam  bisnis disesuaikan dengan perkembangan zaman dan mempertimbangkan dimensi ruang dan waktu. Nilai-nilai dasar etika bisnis dalam islam adalah[3] :

  1. Tauhid (Kesatuan dan Integrasi-Kesamaan)

Dalam hal ini adalah tauhid sebagaimana terefleksikan dalam konsep kesatuan yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

Dari konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horizontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam[4].

  1. Khilafah (Intelektualitas-Kehandak Bebas-Tanggungjawab dan Akuntabilitas)

Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggung jawaban dan akuntabilitas.

Untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggung jawabkan tindakanya, secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggung jawab atas semua yang dilakukannya.

  1. Ibadah (Penyerahan Total)

Kemampuan pelaku bisnis untuk menjadikan penghambaan manusia kepada tuhan sebagai wawasan batin sekaligus komitmen moral yang berfungsi memberikan arah, tujuan dan pemaknaan terhadap aktualisasi kegiatan bisnisnya.

  1. Tazkiyah (Kejujuran-Keadilan-Keterbukaan)

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.

Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.

Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.

Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan..

Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan. Allah s.w.t. berfirman “Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya,” (Q.S.Al Isra’:35).

Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8 yang artinya: “Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa.”

  1. Ihsan (Kebaikan Orang Lain-Kebersamaan-Profesionalisme)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.

Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.

Aplikasi Prinsip Etika Bisnis Islam

Dari 4 prinsip etika dasar bisnis islami, maka pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana akhlaq bisnis islami itu dilaksanakan ? Apa langkah-langkah konkrit bisnis islami itu ?  Ada 6 langkah awal dalam memulai etika bisnis islami[5], yaitu :

  1. Niat ikhlas mengharap ridha Allah s.w.t.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Bahwasanya segala amal perbuatan manusia itu tergantung dari niatnya. Dan bahwasanya bagi setiap orang (akan mendapatkan) dari apa yang telah diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya mengharapkan dunia, atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya akan mendapatkan apa yang telah diniatkannya” (HR.Bukhari)

  1. Profesional.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Dari Aisyah ra. Rasulullah s.a.w. bersabda, Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila dia beramal, dia menyempurnakan amalnya” (HR.Thabrani)

  1. Jujur & Amanah.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. beliau berkata bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda “Pebisnis yang jujur lagi dipercaya (amanah) akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada”. (HR.Turmudzi)

  1. Mengedepankan etika sebagai seorang muslim.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Dari Abu Hurairah ra. Raslullah s.a.w. bersabda “Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap istri-istrinya”. (HR.Turmudzi)

  1. Tidak melanggar prinsip syariah.

Allah s.w.t. berfirman “ Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS.47:33)

  1. Ukhuwah islamiyah.

Rasulullah s.a.w. bersabda “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah ada sekelompok manusia yang mereka itu bukan para nabi dan bukan pula orang-orang mati syahid, namun posisi mereka pada hari kiamat membuat para nabi dan syuhada menjadi iri. Sahabat bertanya ‘Beritahukan kepada kami, siapa mereka itu ? Rasulullah menjawab ‘Mereka adalah satu kaum yang saling mencintai karena Allah meskipun diantara meraka tidak ada hubungan kekerabatan dan tidak pula ada motivasi duniawi. Demi Allah wajah mereka bercahaya dan mereka berada diatas cahaya. Mereka tidak takut tatkala manusia takut, dan mereka tidak bersedih hati”.(HR.Abu Daud)

 

[1] Aziz, Abdul M.Ag, 2013. “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung, Penerbit Alfabeta. Hal 36

[2] Aziz, Abdul M.Ag, 2013. “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung, Penerbit Alfabeta. Hal 37

[3] Aziz, Abdul M.Ag, 2013. “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung, Penerbit Alfabeta. Hal 43

[4] Aziz, Abdul M.Ag, 2013. “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung, Penerbit Alfabeta. Hal 46

[5] Aziz, Abdul M.Ag, 2013. “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung, Penerbit Alfabeta Hal 39

Baca Juga: