Menu Tutup

Riya: Pengertian, Bentuk, Bahaya, dan Cara Menghindarinya

Pengertian

Riyā adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan.

Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain :

  • QS. Al-Mā’un [107] : 4-7.
  • QS. Al-Baqarah [2] : 264. 3. QS. An-Nisā’ [4] : 142.

Bentuk Riya’

  1. Riyā’ dalam niat

Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah.

Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita lakukan sangatlah bergantung pada niat.

“ Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim)\

  1. Riyā’ dalam perbuatan

Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari orang lain. Kadang-kadang berlebih-lebihan di dalam melakukan ibadah tersebut contoh ketika ia membaca al-Fatihah dalam salat ia baca dengan cara yang tidak wajar. Ia juga menunda sebuah amal karena belum ada yang memperhatikan misalnya ia mau memasukkan uang amal ke kotak amal, ia menunggu ada orang lain yang melihatnya kalau tidak ada yang memperhatikan ia tidak jadi beramal atau jumlahnya dikurangi. Ciri yang lain adalah ia melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh, penuh semangat tatkala ada orang lain yang melihatnya, apakah orang tua, guru atau teman. Contoh: seorang anak belajar sungguh-sungguh ketika orang tuanya ada di rumah. Namun tatkala orang tuanya tidak ada, ia tidak belajar lagi atau menjadi kendor semangatnya.

Salah satu sifat lagi yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah, yaitu suka memperdengarkan atau menceritakan kebaikan- kebaikannya, keberhasilannya kepada orang  lain  dengan  tujuan ia mendapat pujian dari orang yang mendengarkan atau ia ingin dikatakan hebat. Ini juga termasuk penyakit ruhani yang kadang kala sulit dihindari.

Bahkan Rasulullah Saw. menegaskan bahwa riyā’ termasuk kategori syirik asghar (kecil)

“ Rasulullah Saw. bersabda: sesungguhnya yang paling aku khawatirkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil. Sahabat bertanya: Apakah syirik kecil itu Rasulullah ? Rasulullah Saw. menjawab: Riyā’ (HR. Ahmad)

Bahaya Riyā’

    1. Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan ternyata tidak ia dapatkan;
    2. Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan;
    3. Muncul sikap keberpura-puraan;
    4. Terkena penyakit rohani berupa gila pujian atau gila hormat;
    5. Bisa menimbulkan pertengkaran apabila ia mengungkit-ungkit kebaikannya terhadap orang

Cara Menanggulangi Penyakit Riyā’

Penyakit riya’ jangan dibiarkan terus menerus merusak jiwa kita. Kita harus melakukan upaya-upaya agar penyakit ruhani tersebut lenyap dari diri kita, di antaranya dengan cara:

  1. Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah;
  2. Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya itu hanyalah milik Allah;
  3. Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain;
  4. Saling menasihati dan mengingatkan jika di antara kita ada yang berperilaku riya’;
  5. Membiasakan diri bersyukur pada Allah;
  6. Melakukan ibadah dengan khusyu’ baik di tempat ramai maupun di tempat sunyi;
  7. Senantiasa berdzikir kepada Allah dan selalu berlindung kepada Allah agar kita dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah.

Baca Juga: