Menu Tutup

Sejarah Daulah Umayyah 2 di Spanyol, Pembentukan hingga Keruntuhannya

Periodesasi Pemerintahan Daulah Umaiyah di Spanyol

Sejak Islam masuk Spanyol sampai berarkhirnya kerajaan Islam di sana selama lebih dari tujuh abad, dapat dibagi kepada empat periode. Periode pertama, (710-755 M), yaitu sejak masuknya Islam ke Spanyol sampai terbentuknya daulah Umayyah di sana.

Pada periode pertama ini, Islam di Spanyol mengalami goncangan sehingga terjadi 20 kali pergantian gubernur selama 45 tahun karena tidak ada gubernur yang tangguh yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama. Perbedaan pandangan politik itu menjadi penyebab  sering terjadinya perang saudara. Konflik politik ini berakhir setelah Abd. al-Rahman al-Dakhili datang ke Spanyol pada tahun 755 M.

Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di pegunungan pyrenia bagian utara Spanyol yang tidak pernah tunduk kepada kekuasaan Islam, dan kelak mereka inilah yang mengusir Islam dari Spanyol. Juga datang dari kalangan umat Islam sendiri, berupa perselisihan elit politik. Jadi pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna.

Periode kedua, (756-912 M.), yaitu sejak pembentukan Pemerintahan Daulah Umayyah di Spanyol di bawah seorang yang bergelar amir (gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pemerintahan Islam pusat khalifah Abbasiyah di Baghdad. Pada saat ini daulah Umayyah di Cordova dipimpin oleh tujuh orang amir, yaitu Abdurrahman I (756-788 M), Hisyam I (788796), Hakam I (796-822),  Abdurrahman II (822-852), Muhammad I (852-886 M), Munzir (886-888 M), Abdullah (888912 M),

Periode ketiga, (912-1012 M.) yaitu di bawah pemerintahan seorang pimpinan yang bergelar khalifah, pada saat ini terdapat empat khalifah, yaitu Abdurahman III (912-961 M), Hakam II (961-976 M), Hisyam II (976-1000 M), Muhammad II bin Abi Amir  atau Hajib al-Mansur (1000-1010 M).

Periode keempat, (1010-1492 M.) yaitu di masa kemunduran pemerintahan Islam  yang dipimpin oleh Muluk al-Thawaif (raja-raja golongan) atau Negara-negara kecil yang berpusat di propinsi-propinsi, seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Mereka itu adalah Sulaiman (1009-1010 M), Hisyam II (1010-1013 M), Sulaiman 1013-1016 M), Abdurrahman IV (1018 M), Abdurrahman V (1023 M), Muhammad III (1023-1025 M) dan Hisyam III (1027-1031 M).

Pembentukan Daulah Umaiyah di Spanyol

Pada periode kedua,  adalah pembentukan daulah Umayyah di Spanyol, sebagai pendirinya adalah Abd. alRahman I (al-Dakhil). Dia adalah cucu khalifah Umayyah ke10, yaitu Hisyam. Dia termasuk salah seorang yang lolos dari pembalasan dan pembantaian dari khalifah pertama Daulah Abbasiyah, Al-Safah.

Abd. al-Rahman datang ke Spanyol, setelah mengembara selama lima tahun di Palestina, Mesir dan Afrika, dan akhirnya dia sampai di Geuta. Dia diberi perlindungan oleh seorang bangsa Barbar, keluarga pamannya dari pihak ibu. Kemudian dia mengutus pelayannya, Barbar, supaya berunding dengan orang-orang Syiria di Spanyol.

Mereka siap mendukung dan menerima pemuda petualangan itu. Karena merasa yakin dengan bantuan dan dukungan mereka, Abd. al-Rahman pergi ke Spanyol dan memperoleh sambutan hangat pada tahun 755 M. Pribadinya yang menarik dan nama besar keluarganya yang terkenal membuat dia memperoleh dukungan rakyat.

Abd.al-Rahman menyatakan diri menjadi penguasa Spanyol pada tahun 756 M. sebagai seorang Amir yang merdeka dari kekuasaan Daulah Abbasiyah di Bagdad. Maka dalam rentang waktu enam tahun setelah kejatuhan daulah Umayyah di Siria, berdirilah daulah Umayyah yang baru di Spanyol.

Abd.al-Rahman I menjadikan Cordova sebagai pusat pemerintahannya dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pemberontakan kepala-kepala suku. Selama beberapa tahun pertama, kekuasaannya diperebutkan oleh banyak pihak, yaitu kadang-kadang oleh orang Barbar, atau orang Yamaniyah, terkadang oleh orang Tahiriyah. Akhirnya, dia memilih mendirikan pusat pemerintahannya di sekitar Cordova.

Abdurahman I mulai menumpas kepala-kepala suku yang memberontak. Kepala suku Yamaniyah, yang bernama Abu Sabah, gubernur Seville yang berkoalisi melawan Abdurrahman I, dipecat dan dibunuh. Kamu Yamaniyah di selatan juga ditumpas dan dikalahkan, 20.000 dari mereka dibunuh dan kekuasaan mereka dihancurkan. Matari kepala suku Yamaniyah juga memberontak dapat dikalahkan dan dibunuh. Hisyam bin Urwa, mantan Gubernur Toledo, mengangkan senjata dan memberontak, dikalahkannya sampai menyerah dan dibunuh. Orang-orang Barbar juga menimbulkan kerusuhan-kerusuhan yang serius, pemimpin mereka bernama Syaqna, akhirnya dibunuh oleh anak buahnya sendiri.

Demikian juga kepala-kepala suku Arab di Spanyol, mereka ingin mengusir Abdurahman I dari Spanyol dan berkoalisi secara besar-besaran dengan meminta bantuan Charlemagne dari Prancis. Charles menyambut baik gagasan itu dan datang dengan pasukan besar dengan menyeberangi pegunungan Pyrenee. Tetapi mereka disambut Abdurahman dengan perlawanan yang tangguh, sehingga Charles pulang ke Peracis tanpa membawa apa-apa.

Dia menyerahkan pasukannya dibawah komando Rolan, seorang ksatria Kristen yang paling besar saat itu, tetapi Rolan dapat dikalahkan dan dibunuh. Dengan demikian, tujuan koalisi hendak menggulingkan Abdurrahman, menjadi gagal. Malahan Abdurrahman dapat menghancurkan pemimpin-pemimpin Arab tersebut. Setelah itu, kekuasaan Abdurahman I mulai kokoh dan mantap, sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk membangun Spanyol.

Abdurrahman I melihat masyarakat Andalusia terdiri dari berbagai suku yang sangat heterogen, seperti Arab yang terdiri dari berbagai suku, yaitu Mudhariyah, Yamaniyah, Tahiriyah, suku Barbar, orang Spanyol muslim dan nonmuslim dan lain-lain. Untuk itu, Abdurahman I menciptakan tentara yang terorganisir dan terlatih dengan baik, yang terdiri dari 40.000 tentara bayaran Barbar. Juga dia membangun angkatan laut yang kuat. Dengan pasukan yang kuat dan terlatih, sewaktu-waktu dapat dipergunakan menumpas para pemberontak sehingga tercipta pemerintahan yang stabil.

Dengan demikian, selama 32 tahun masa kekuasaannya, dia mampu mengatasi berbagai ancaman dari dalam negeri maupun serangan musuh dari luar. Ketangguhannya menghadapi berbagai ancaman itu menyebabkan dia dijuluki Rajawali Quraisy.

Stabilitas politik memberi kesempatan kepada Abdurrahman I membangun Spanyol, di antaranya, beliau mendirikan Masjid Agung Cordova, yang kemudian diselesaikan dan diperbesar oleh para penggantinya dengan pilar-pilar yang banyak dan megah serta halaman yang luas. Bangunan yang monumental ini, dirubah oleh Ferdinand III menjadi gereja Kristen, pada penaklukan Spanyol tahun 1236, masih berdiri sampai sekarang.

Juga Abdurrahman I menjadikan Cordova sebagai pusat ilmu dan kebudayaan yang paling menarik di Eropa. Dia mengembangkan seni kesusastraaan sehingga banyak menarik minat cendekiawan datang ke istananya. Di antara tokoh-tokoh pujangga istana beliau dapat disebut Abi alMutasya, Syaikh Abu Musa Hawari, Isa bin Dinar, Yahya bin Yahya, dan Said bin H}asan. Sehingga bangsa Arab Spanyol menjadi guru-guru bagi Eropa. Juga Universitas-universitas Cordova, Toledo, dan Seville berfungsi sebagai sumber asli ilmu dan kebudayaan Arab dan non-Arab, Muslim, Kristen, dan Yahudi sampai berabad-abad kemudian.

Sebagai seorang administrator, Abdurrrahman  I membagi pemerintahannya ke dalam enam propinsi, setiap propinsi di bawah seorang gubernur. Dia memerintah dengan penuh ketegasan dan keadilan di bawah pemerintahan yang paling terorganisir di Eropa dan ibu kotanya yang paling megah, hingga wafatnya pada tahun 788 M.

Hasyim I (788-796 M), memerintah menggantikan ayahnya Abdurrahman I. Dia dapat lagi memperluas kekuasaannya, karena Saragossa dan Barcelona mengakui pula kekuasaan Daulah Umayyah di Spanyol.

Dalam bidang ilmu, Hasyim I menghormati imam Malik, salah satu mazhab dari empat mazhab fiqih di kalangan Sunni. Dia mendorong para pencari ilmu, agar melakukan perjalanan ke Madinah guna mempelajari ajaran-ajaran mazhab Maliki. Kitab al-Muwatho’ yang ditulis Imam Malik disalin dan disebarluaskan ke seluruh wilayah kekuasaannya.

Hasyim I adalah seorang penguasa yang taqwa, adil, lemah lembut, dan dermawan serta sangat taat menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya. Dia ditemukan di jalan-jalan Cordova bercampur dengan rakyat untuk mengetahui sendiri keluhan dan penderitaan mereka. Kekuasaanya kuat, setiap kekacauan ditindas dengan tangan besi, tidak membiarkan pelaku kejahatan bebas dari hukuman. Dia memberi hadiah kepada warga-warganya yang melaksanakan shalat berjama’ah dan berpuasa. Dia mendorong orang memperdalam ilmu, terutama ilmu kesusasteraan. Dia juga mendirikan sekolahsekolah untuk pengajaran Bahasa Arab.188 Hasyim meninggal dunia pada tahun 796 M. dalam usia 40 tahun.

Hakam I (796-822 M.) memerintah menggantikan ayahnya Hisyam I. Dia suka kemewahan dan hiburan-hiburan. Perangainya tidak baik dan tidak mulia, karena suka dan sangat candu minum anggur dan mabuk-mabukan. Maka tidak heran kaum Faqih melakukan pemberontakanpemberontakan dan mencela Hakam I sebagai orang yang tidak beragama. Kaum faqih berusaha membakar kefanatikan orang muslim Spanyol bergabung dengan kaum bangsawan untuk mengangkat paman Hakam I ke atas singgasana. Komplotan mereka tercium oleh penguasa, sehingga tokohtokoh Faqih dan kaum bangsawan, sekitar 72 orang dibunuh.

Pemberontakan-pemberontakan silih berganti, habis dari kaum Faqih, muncul lagi dari pamannya Sulaiman dan Abdullah, demikian juga rakyat Cordova, penduduk Toledo, sehingga waktunya habis menghadapi pemberontakanpemberontakan dan tidak ada kesempatan melakukan pembangunan, hingga beliau wafat pada tahun 852 M.

Hakam digantikan oleh anaknya Abdurrahman II (Ausat). Mendengar pergantian amir itu maka Alfonso II, kepala suku Leon melakukan pemberontakan, diikuti oleh kepala-kepala suku lainnya di utara. Beliau mengirim pasukan di bawah pimpinan Abdul Karim dan Ubaidillah untuk menghukum mereka. Orang-orang Kristen itu dapat dikalahkan habis-habisan, menara-menara dan bentengbenteng mereka diratakan dengan tanah. Abdurrahman menumpas para pemberontak dengan kekarasan sehingga 7.000 pemberontak dibunuh. Ketika menyerah mereka disyaratkan membayar upeti dan menyerahkan sandera sebagai jaminan agar mereka tidak melakukan pemberontakan lagi.

Keberhasilan Abdurrahman II, memadamkan pemberontakan-pemberontakan, menyebabkan pemerintahannya berjalan damai dan cemerlang. Rakyatnya sejahtera, penghasilannya melimpah ruah, pemeritahannya di tata ulang, para pejabat tinggi negara diberi kekuasaan khusus.

Abdurrahman II sangat mencintai kesenian dan kesusasteraan dan mencintai masyarakat yang berbakat dan berilmu. Sehingga para seniman dan cendekiawan berduyunduyun mengunjungi istananya, belum pernah istana para sultan, seperti di bawah kekuasan Abdurahman II. Beliau banyak memberikan hadiah kepada para seniman, penyair, dan musisi.

Abdurrahman II menjadikan Cordova sebagai Baghdad kedua. Dia adalah pembangun yang hebat dapat memperindah kota dengan gedung-gedung besar, masjidmasjid, taman-taman, sehingga dia dapat menjadikan Cordova sebagai kota kebudayaan yang indah, budi bahasa yang halus, sopan santun Arab yang anggun, yang kemudian ditiru oleh orang-orang Eropa. Setelah menjalankan pemerintahannya selama 30 tahun, beliau meninggal dunia pada tahun 852 M.

Muhammad I menggantikan ayahnya menduduki pemerintahan ditandai oleh serangkaian kerusuhan dalam negeri. Rakyat Toledo, dibantu kepala suku Leon memberontak pada tahun 854 M. Muhammad I segera berangkat dengan pasukan besar dan memaksa para pemberontak tunduk, sekitar 8.000 orang Kristen dibunuh.

Bangsa Norman muncul melakukan kerusuhankerusuhan, orang-orang Franka menyerbu Spanyol, diikuti orang-orang Galisia dan Navarre. Para penghukum dikirim untuk menundukkan mereka. Tetapi, kata Amir Ali, “ bahwa kerajaan Arab itu tidak berantakan oleh tekanan-tekanan kerusuhan tersebut”.

Setelah berhasil mengatasi kerusuhan-kerusuhan, Muhammad I mengorganisir pemerintahan Andalusia secara teratur dan membuat perundang-undangan bagi pengelolaan Negara, mensejahterakan kehidupan rakyat dengan kedermawanannya. Dia pencinta ilmu, penyokong belajar, penyair dan penulis. Seperti ayahnya, dia pencinta seni keindahan, memperindah Ibu Kota dengan gedung-gedung indah, bangunan-bangunan besar, serta monument-monumen, meninggal dunia dalam usia 65 tahun.

Munzir menggantikan ayahnya naik takhta di Cordova. Dia mampu menumpas banyak pemberontakan ketika ayahnya memerintah. Tetapi belum lagi dia dapat menumpas pemberontakan semasa pemerintahannya, dia meninggal dunia setelah memerintah hanya dua tahun, karena diracun oleh dokternya atas desakan saudaranya Abdullah. Sekiranya dia hidup lebih lama, tidak diragukan lagi bahwa dia berhasil memulihkan keamanan dan ketertiban secara sempurna dalam pemerintahannya.

Abdullah menggantikan saudaranya Munzir naik tahta pada waktu yang sangat kritis. Andalusia penuh dengan gangguan dan pemberontakan. Bukan hanya oleh orang Spanyol asli tetapi juga oleh bangsawan Arab. Pemberontakan pecah di setiap bagian kerajaan. Sementara Abdullah seorang raja yang lemah gagal menguasai keadaan. Walau pun dia memerintah selama 25 tahun, tetapi penuh dengan gangguan dan pemberontakan dan dia meninggal dunia pada tahun 912 M.

Masa Kemajuan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Pada periode ketiga, Abdurrahman III menggantikan ayahnya naik tahta dalam usia 23 tahun pada tahun 912 M. memakai gelar khalifah. Selama ini penguasa daulah Umayyah di Spanyol sudah puas dengan gelar amir. Tetapi pada masa pemerintahan Abdurrahman al-Nasir, dia menggunakan gelar khalifah didorong oleh lemahnya pemerintahan daulah Abbasiyah di Baghdad karena mereka hanya boneka-boneka di tangan Bani Buaiwi.

Dia termasuk di antara khalifah yang kuat, mempesona dan berbakat, sehingga membuka pertanda bagi munculnya fajar kedamaian, kemakmuran dan kemegahan. Dia disebut sebagai penyelamat imperium muslim Spanyol, setelah melewati masa kemerosotan dan terancam bahaya di tangan ayahnya Abdullah.

Setelah naik takhta, Abdurrahman menuntut semua warganya agar tunduk tanpa syarat dan tidak memandang kelas dan kepercayaan. Dia bertekad memadamkan semua pemberontakan dan menegakkan kekuasaan daulah Umayyah Spanyol. Membasmi penyeleweng-penyeleweng dan pengacau, memulihkan perdamaian dan stabilitas.

Orang-orang Kristen di utara merupakan musuh berbuyutan orang Islam. Mereka bertekad memerangi orang Islam. Pada tahun 914 M, Ordono II, kepala suku Leon menyerbu wilayah-wilayah Islam. Dia dibantu oleh Sancho, kepala suku Navarre. Pasukan Navarre dihancurkan pasukan Abdurrahman karena mereka turun dari pegunungan ke dataran menerima tantangan pasukan Islam. Maka pasukan Islam mempergunakan kesempatan itu untuk menghancurkan mereka. Berulang kali pasukan-pasukan orang Kristen menyerang wilayah Islam, tetapi selalu dikalahkan pasukan Islam yang dibentuk Abdurrahman.

Meskipun banyak rintangan-rintangan, tetapi Abdurrahman berhasil menjadikan daulah Umayyah kuat kokoh dan lebih besar dari pemerintahan sebelunnya. Abdurahman membentuk pasukan polisi, sehingga masyarakat menjadi aman, orang asing dan para pedagang bebas bepergian ke daerah-daerah yang paling sukar tanpa merasa takut ada penganiayaan dan gangguan. Maka ekonomi dapat berjalan lancar.

Uang Negara dalam jumlah besar dipergunakan untuk membangun jalan-jalan, bangunan umum. Jembatanjembatan, puri-puri, sekolah-sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi dan lain-lainnya. Abdurrahman melebur ras atau suku negeri itu benar-benar satu bangsa. Orang-orang Kristen bebas bekerja di dalam dinas pemerintahan.

Selain itu, diapun membangun istana yang indah di dekat Cordova bernama “al-Zahra”, dengan 400 buah kamar. Untuk membangun istana itu dipekerjakan 10.000 orang dengan 1.500 binatang yang bekerja selama bertahun-tahun. Istana yang dibangun Abdurrahman III merupakan yang paling mengagumkan di Eropa. Duta-duta dari raja-raja Jerman dan Italia berduyun-duyun datang ke istananya. Bahkan raja-raja Inggeris, Perancis, Jerman dan Italia hanya orang-orang kecil dibandingkan Abdurrahman III yang cemerlang saat itu.

Keamanan benar-benar dijaga Abdurrahman III. Dia mempunyai tentara regular yang sangat disipilin. Sehingga orang-orang Kristen, Yahudi dan suku-suku lain, tidak dapat bergolak atau memberontak. Dia melebur semua ras negeri itu menjadi satu bangsa. Abdurrahman III juga membelanjakan sepertiga dari pendapatan Negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan. Banyak karya orang Yunani diterjamahkan ke dalam bahasa Arab.

Perkembangan Universitas-universitas mencapai puncak kemajuan yang pesat. Pada saat itu Spanyol memiliki 75 perpustakaan belum pernah Cordova begitu makmur Andalusia begitu kaya dan Negara begitu jaya seperti pada masa Abdurahman III. Dia adalah khalifah daulah Umayyah yang paling berhasil di Spanyol, karena dapat merubah negeri yang berantakan menjadi negeri yang makmur, kaya, jaya dan mempesona.

Abdurrahman III meninggal dunia bulan Oktober 961 M setelah memerintah selama 49 tahun dan digantikan oleh anaknya Hakam II. Beliau adalah seorang penguasa yang adil, bijak dan penuh pengertian, menjalankan ajaran agama dengan ketat dan memaksakan ajaran-ajaran Sunnah di seluruh wilayah kekuasaannya. Setiap selesai shalat Jum’at dia membagi-bagikan derma kepada fakir miskin. Dia menegakkan ketenteraman di dalam negerinya, sangat toleran terhadap agama-agama lain, sehingga orang menikmati kebebasan beragama secara sempurna. Walaupun begitu dia tidak sehebat ayahnya, Abdurrahman III.

Namun Hakam II lebih dikenal sebagai seorang pencinta ilmu pengetahuan dan kesusasteraan serta menabur pemberian kepada para cendikiawan. Hakam II adalah penguasa daulah Umayyah yang menyempurnakan perdaban Spanyol dan membuat Cordova bercahaya bagaikan mercu suar di atas kegelapan Eropa.

Banyak Universitas yang dibangun di bawah kekuasaannya. Para mahasiswa, baik Kristen, Yahudi maupun Islam banyak berdatangan ke Spanyol untuk memasuki perguruan tinggi tersebut, tidak hanya dari Eropa tetapi juga dari Afrika dan Asia. Di ibu kota Negara saja terdapat 27 sekolah gratis. Tidak ada kota betapapun kecilnya yang tidak memiliki sekolah. Bahkan setiap kota memiliki perguruan tinggi. Dia mengundang dosen dan professor dari Baghdad untuk mengajar di universitas-universitas yang ada di Spanyol. Maka di Spanyol semua orang dapat membaca dan menulis, sedang di Eropa berada dalam kegelapan ilmu pengetahuan.

Khalifah yang baik dan saleh itu meninggal dunia pada tanggal 1 Oktober 967 M. bersamaan dengan berakhirnya keagungan bahkan kekuasaan daulah Umayyah di Spanyol. Dia digantikan oleh anaknya Hisyam II yang pada saat itu baru berumur 11 tahun. Karena usianya masih muda, ibunya bernama Sultanah Subhi dan sekretaris Negara yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih tugas pemerintahan.

Pada mulanya Muhammad bin Abi Amir, diangkat Hakam II sebagai pengasuh anaknya yang masih muda Hisyam II, tetapi kemudian sepeninggal Hakam II, Muhammad bin Abi Amir mengambil alih semua kekuasaan Negara dengan memakai gelar Hajib al-Mansur, sehingga dia menjadi penguasa Negara yang sebenarnya.

Pada sisi lain, ketika Hakam II meninggal, permaisurinya Sultanah Subhi berusaha menggunakan pengaruhnya yang besar untuk menguasai urusan-urusan kenegaraan. Tetapi al-Mansur yang bersekutu dengan permaisuri khalifah yang masih muda itu berusaha agar dirinya berpengaruh terhadap semua urusan kenegaraan.

Langkah pertama yang dilakukan Al-Mansur adalah menguasai tentara dengan cara mereorganisasi tentara. Selama ini hanya sedikit tentara yang bersedia setia kepada raja. Oleh karena itu, Hajib al-Mansur merekrut orang-orang Berber dari Afrika Utara untuk dijadikan tentara kerajaan.

Kemudian dia berhasil membujuk Hisyam II agar mengumumkan suatu ketetapan yang mempercayakan semua urusan Negara kepadanya. Dengan demikian permaisuri Sultanah Subhi tidak berdaya menghadapinya. Dengan demikian Muhammad bin Abi Amir menjadi penguasa Spanyol yang tidak ada tandingannya dan dia memakai gelar al-Mansur Billah.

Pada akhir pemerintahan Hisyam II, Muhammad II atau Hajib al-Mansur Billah telah diangkat menjadi Hakim Agung, pada saat itulah dia mengambil alih seluruh kekuasaan dan menempatkan khalifah di bawah pengaruhnya dan memaklumkan dirinya sebagai Hajib al-Mansur Billah.

Kesetiaan tentara pun beralih kepada al-Mansur, meskipun mereka dibayar dengan uang Negara, tetapi mereka tidak menganggap diri mereka pelayan-pelayan Negara, tetapi pelayan Mansur sendiri. Dia tetap memperhatikan kedisiplinan dan kesejahteraan para prajurit, yang membuatnya menjadi pujaan mereka. Dengan pasukan tentara yang benar-benar baik telah memberikan kepada Spanyol kekuatan yang belum pernah ada sebelummnya, termasuk pada masa Abdurrahman III sekalipun.

Muhammad II atau Al-Mansur adalah penguasa Spanyol yang paling istimewa, setelah Abdurrahman III. Dia adalah seorang prajurit dan negarawan terbesar di Eropa abad ke-10. Kekuasaan beliau begitu ditakuti sehingga tidak ada yang berani melakukan pemberontakan yang dapat mengganggu ketenteraman negeri. Jalan-jalan dibangun, perdagangan dikembangkan dan pertanian diperbaiki yang membuat kemakmuran rakyat menjadi meningkat.

Al-Mansur penyokong ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan, dia mendorong bagi setiap pengembangan cabang ilmu pengetahuan. Istananya ramai dikunjungi para pujangga dan cendikiawan. Bahkan dia adalah seorang penyair yang telah menciptakan karya penting tentang kesusasteraan Arab. Setelah memerintah selama 26 tahun, Hajib al-Mansur meninggal dunia pada tahun 1010 M. bersamaan dengan itu berakhir pulalah gelar khalifah dalam pemerintahan Islam Spanyol.

Pada masa kemajuan pemerintahan ini tergambarlah kemegahan Spanyol yang begitu indah. Hal itu terlihat dari pembangunan fisik banyak yang mendapat perhatian umat Islam Spanyol di antaranya adalah bidang perdagangan, jalanjalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian diperkenalkan irigasi baru kepada masyarakat Spanyol yang tidak mereka kenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran-saluran air dan bahkan jembatan air didirikan. Dengan begitu tempat-tempat yang tinggi mendapat jatah air.

Disamping itu, orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan tanam-tanaman.

Selain perdaganagan dan pertanian, juga dibangun industri-industri, sebagai tulang punggung ekonomi Islam Spanyol. Di antaranya, adalah tekstil, kayu kulit, logam dan industri barang-barang tembikar.

Untuk memperindah kemegahan Spanyol dilakukan pembangunan gedung-gedung istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antata pembangunan yang megah adalah  masjid Cordova, kota al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragossa, tembok Toledo, istana Hambra di Granada, dan masjid Seville.

Cordova adalah ibu kota Spanyol baik sebelum maupun sesudah Islam masuk ke sana. Ketika Cordova di ambil alih di bawah kekuasaan daulah Umayyah kemudian dibangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol tersebut.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Kemajuan Ilmu Agama

Ilmu Qiraat
  • Ilmu qiraat ialah ilmu yang mempelajari tentang bacaan Al-Qur’an.
  • Dalam dunia islam dikenal ada tujuh macam bacaan Al-Qur’an yang disebut Qira’atus Sab’ah.
  • Tokoh yang menjadi pelopor Qira’atus Sab’ah ialah Abdullah bin Katsir di Mekah dan Asim bin Abi Nujud di Kufah.

Ilmu Hadis

  • Khalifah Bani Umayyah yang membukukan hadis ialah Umar bin Abdul Aziz ia memberi perintah kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr dan Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah.
  • Tokoh-tokoh ulama hadis pada abad ke-2 H (periode kodifikasi/Tadwinul Hadis yaitu pembukuan hadis) ialah Ibnu Juraij di Mekah, Muhammad Ishak di Madinah, dan Sa’id bin Abi Urwah di Basrah.

Ilmu Nahwu dan Balaghah

  • Ilmu Nahwu dan Balaghah sama-sama mempelajari tentang tata bahasa arab, yang membedakan ialah ilmu Nahwu mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan susunan kata menjadi kalimat. Sedangkan ilmu Balaghah mempelajari kefasihan dalam berbicara.
  • Tokoh-tokoh ilmu Nahwu dan Balaghah ialah Nu’man bin Basyir al-Ansari, Ibnu Mafragg al-Hamiri, Miskin ad-Daramy, Al-Akhtal, dan Jarir.

Ilmu Tafsir

Ahli hadis dari sahabat yang masih hidup sampai masa Bani Umayyah ialah Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbbas) ia dijuluki Tarjum Al-Qur’an (juru bicara Al-Qur’an dan Al-Bahr karena keluasan ilmunya.

Ilmu Fikih

Ulama ahli fikih pada masa Bani Umayyah antara lain Ata’ bin Rabbah di Mekah, Ibrahim an-Nakha’i di Kufah, Tawus di Yaman.

Ilmu Sejarah

  • Ilmu dikembangkan sejak masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia memerintahkan Ubaid bin Syaryah al-Jurhumi untuk mencatat peristiwa sejarah.
  • Ubaid pun berhasil mencatat peristiwa-peristiwa sejarah dan menjadikannya Kitab al-Muluk wal Akhbar al-Madhi (catatan sejarah raja-raja masa lalu.

Ilmu Kedokteran

  • Ilmu ini berkembang pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik, ia berhasil mendirikan sekolah tinggi ilmu kedokteran yang bekerja sama dengan para dokter di Jundisahur.
  • Ahli kedokteran pada saat itu ialah Al-Haris bin Kildah, An-Nazher (putranya), Atsal, dan Hakam al-Dimisyqi.

Ilmu Seni Rupa

  • Seni rupa yang berkembang pada masa Bani Umayyah adalah seni pahat dan seni ukir yang menggunakan kaligrafi sebagai motif.
  • Kemajuan ilmu dalam bidang ini dapat dilihat pada dinding Qusair Amrah dan Istana Mungil Amrah, yang dibangun oleh khalifah al-Walid bin Abdul Malik.

Seni Bangunan atau Arsitektur

  • Kemajuan seni bangunan dapat dilihat pada Kubah as-Sakhra yang dibuat pada masa khalifah Abdul Malik bin Marwan, ia juga membangun Masjidil Aqsa.
  • Khalifah Walid bin Abdul Aziz dengan membangun masjid di Damaskus.

Kemajuan Ilmu Pemerintahan

Sistem Pemerintahan

Lembaga yang didirikan pada masa pemerintahan Muawiyah ialah an-Nizam as-Siyasi untuk membahas masalah jabatan khalifah, lembaga Wizarah untuk menangani masalah di departemen, lembaga Kitabah (kesektariatan negara), dan lembaga Hijabah (pengawal khalifah) untuk menjaga khalifah dan keluarganya dari berbagai ancaman.
Al-Wazir atau Lembaga Kementrian
  • Sistem al-Wazir ini dimulai dari masa pemerintaha Muawiyah bin Abu Sufyan.
  • Seorang Wazir berfungsi sebagai pendamping khalifah yang memiliki wewenang untuk menggantikan beban dan tanggung jawab dalam tugas sehari-hari jika sang khalifah berhalangan.
  • Wazir pertama yang diangkat Muawiyah ialah Zaid bin Abihi.

An-Nizam al-Idary atau Tata Usaha Negara

  • Tujuannya ialah untuk mengatur sistem pemerintahan antar pusat dan daerah.
  • Tata usaha ini membawahi departemen perpajakan (diwanu al-kharraj), departemen sekretariat (diwanu ar-ras’il), departemen pos (diwanu al-barid), departemen pekerjaan umum (diwanu al-mustagillat), dan departemen kearsipan (diwanu al-khatim).

An-Nizam as-Siyasi atau Kelembagaan Negara

Pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan dibentuk 3 lembaga negara yakni Khalifah (kepala negara dan penguasa tertinggi), Ahlul Halli wa al-Aqdi (para anggota dewan), dan Qadi al-Qudat (lembaga kehakiman).
Al-Imarah alal Buldan atau Pemerintahan Pusat atau Daerah
  • Dinasti Umayyah membagi wilayah kekuasaannya menjadi 7 provinsi yaitu prvinsi Hijaz, provinsi Yaman, provinsi Irak, provinsi al-Jazirah, provinsi Syam, provinsi Mesir, provinsi Afrika Utara.
  • Untuk menjalankan pemerintahan disetiap provinsi ada yang namanya Amir al-Umara atau yang biasa disebut gubernur.

An-Nizam al-Mali atau Lembaga Keuangan

  • Lembaga ini dibentuk untuk mengelola baitul mal, ganimah (rampasan perang), jizyah (pajak tanah), zakat, dan usyur (pajak lainnya).
  • Pada masa Hisyam bin Abdul Malik, Kharraj (pajak tanah dan pertanian) dikenakan pada seluruh penduduk untuk mengatasi krisis keuangan yang banyak berkurang pada masa Umar bin Abdul Aziz.

Nizam al-Harby atau Lembaga Ketentaraan

Untuk memperkuat posisi strategis dinasti Umayyah membentuk tentara angkatan laut dan departemen kepolisian yang bertugas menjaga stabilitas keamanan, melindung hukum atau peraturan serta menangkap pelaku kejahatan.
An-Nizam al-Qadi atau Lembaga Kehakiman
Lembaga kehakiman dibagi menjadi 3 yaitu Al-Qada yang bertugas menyelesaikan perkara negara, Al-Hisbah yang bertugas menyelesaikan penyimpangan masyarakat, An-Nadar fi al-Madalim (mahkamah agung atau mahkamah tinggi).

Faktor-Faktor Kemunduran

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:

1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah suatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang idak sehat di kalangan anggota keluarga istana.

2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi’ah (pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.

3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu, sebagian besar golongan Mawali (non-Arab), terutama di Irak dan bagian Timur lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keampuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.

4. Lemahnya pemerintahan Daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khlifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.

5. Penyebab langsung tergulingnya Dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al Muthalik. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi’ah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

Akumulasi dari berbagai penyebab tersebut serta gabungan dari faktor faktor lainnya yang mungkin tidak diuraikan dalam pembahasan ini, mengantar dinasti yang hampir satu abad berkuasa ini ke jalan keruntuhannya. Dinasti Bani Umayyah diruntuhkan oleh kekuatan politik Dinasti Bani Abbasiyah pada masa Khalifah Marwan bin Muhammad pada 127 H (744 M).

Pengaruh Peradaban Islam Spanyol bagi Kebangkitan Eropa

Kemajuan Eropa saat ini tidak dapat dimungkiri banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang di periode klasik, termasuk yang di Baghdad dan terutama yang di Spanyol. Banyak saluran peradaban Islam mempengaruhi kebangkitan Eropa, yang terpenting di antaranya adalah Spanyol Islam kemudian Perang Salib.

Spanyol Islam merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap dan menyadap peradaban Islam. Karena Orang Eropa menyaksikan secara nyata bahwa Spanyol yang berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara Eropa lainnya, termasuk tetangganya, seperti Perancis, Jerman, Portugal dan lainlainnya, terutama dalam bidang pemikiran dan sains, maupun bangunan fisik.

Pengaruh peradaban Islam yang terpenting, dari Spanyol Islam adalah; pertama, pemikiran Ibn Rusyd (11201198 M.). Pemikirannya dapat melepaskan orang Eropa dari belenggu taklid yang sudah berurat berakar dan menganjurkan kebebasan berpikir. Karena Ibn Rusyd mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat, sehingga mengundang minat orang banyak yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan pengertian sunnatullah menurut Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen.

Begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Rusyd di Eropa sehingga timbul gerakan Averroeisme (Ibn Rusyd-isme) yang menuntut kebebesan berpikir. Tetapi pihak gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah kemudian di Eropa melahirkan gerakan reformasi pada abad ke-16 M. dan gerakan rasionalisme pada abad ke-17 M. melalui buku-buku Ibn Rusyd yang dicetak di Venesia, tahun 1481,1482,1483,1489 dan 1500 M., edisi lengkapnya pada tahun 1553 dan 1557 M. Juga di terbitkan pada abad ke-16 M. di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg dan di awal abad ke-17 di Jenewa.

Kedua, saluran lainnya, adalah melalui mahasiswamahasiswa Kristen Eropa yang belajar di Universitasuniversitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol mereka aktif menerjamahkan dan mempelajari bukubuku karya ilmuwan-ilmuwan muslim. Setelah pulang ke negerinya, mereka mendirikan sekolah-sekolah dan Universitas-universitas yang sama di Eropa.

Seperti Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M merupakan Universitas pertama di Eropa, dia didirikan setelah tiga puluh tahun Ibn Rusyd wafat. Dalam perkembangannya, di akhir Periode Pertengahan telah berdiri 18 Universitas. Di dalam Universitas-universitas itu, mereka ajarkan ilmu yang mereka peroleh dari Universitas-universitas Islam, seperti ilmu pasti, ilmu kedokteran dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd.

Maka pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M. hingga abad ke14 M. itu menimbulkan kembali gerakan kebangkitan renaissance pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Kebangkitan kembali pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjamahan-terjamahan Arab, kemudian diterjamahkan kembali ke dalam bahasa Latin.

Dengan demikian, pengaruh peradaban Islam Spanyol telah dapat melahirkan tiga gerakan penting bagi kebangkitan Eropa. Pertama, gerakan kebangkitan kembali kebudayaan Yunani kuno atau klasik (renaissance) pada abad ke-14 M. bermula di Italia, Kedua, gerakan reformasi pada abad ke-16 M. Ketiga, gerakan rasionalisme pada abad ke-17 M. Selanjutnya Eropa bangkit dari ketertidurannya selama ini.

Ketiga, Perang Salib, meskipun pihak Kristen Eropa mengalami kekalahan dalam Perang Salib akan tetapi mereka mendapatkan hikmah yang tidak ternilai harganya, sebab mereka dapat menyaksikan dan berkenalan langsung dengan peradaban Islam yang sudah maju menyebabkan lahirnya renaisans di Eropa.

Adapun peradaban yang mereka bawa ke Barat lewat Perang Salib terdiri dari kemajuan peradaban Islam di bidang militer, seni, perindustrian, pertanian, perdagangan, astronomi, kesehatan dan sikap kepribadian umat Islam yang luhur yang tidak mendapat perhatian di Barat sebelumnya.

DAFTAR NAMA PARA KHALIFAH DAULAH UMAIYAH II DI SPANYOL

  1. Abdurrahman I (756-788 M)
  2. Hisyam I (788-796)
  3. Hakam I (796-822)
  4. Abdurrahman II (822-852)
  5. Muhammad I (852-886 M)
  6. Munzir (886-888 M)
  7. Abdullah (888-912 M)
  8. Abdurahman III (912-961 M)
  9. Hakam II (961-976 M)
  10. Hisyam II (976 M)
  11. Muhammad II bin Abi Amir atau Hajib al-Mansur (9761009 M)
  12. Sulaiman (1009-1010 M)
  13. Hisyam II (1010-1013 M)
  14. Sulaiman 1013-1016 M)

DAFTAR PUSTAKA:

Nasution, Syamruddin. “Sejarah Perkembangan Peradaban Islam.” (2017).

https://prezi.com/p/zdebhkhqsgz_/perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-masa-bani-umayyah/

Prenada Media, “KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN Dinasti Umayyah”, https://prenadamedia.com/kemunduran-dankehancuran-dinasti-umayyah/

 

Baca Juga: