Menu Tutup

Status Ahli Kitab, Bani Israil, Yahudi, Nashrani dan Kristen

Ahli Kitab

Dalam Al-Qur’an ditemukan tidak kurang 31 kata Ahli Kitab. Mayoritas para ulama klasik memaknai dengan Yahudi dan Nashrani. Nanti akan dijelaskan lebih detail dalam bab berikutnya.

Bani Israil

Disebut Bani Israil, disandarkan pada Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim yang mendapatkan gelar Israil [bahasa Ibrani; israa: kekasih, hamba dan iil: Tuhan].

Maka dikatakan Bani Israil, adalah anak keturunan nabi Ya’qub. Gelar serupa sama dengan “Khalilullaah” atau “Khalilurrahmaan” sebagai gelar Nabiyullah Ibrahim [bahasa Arab; khaliel: kekasih, Rahmaan: Allah].

Maka di masa silam, tak heran ada seorang ulama ahli hadis, tsiqah (terpercaya), hafalannya kuat, dan termasuk perawi dalam kutub sittah bernama Israil. Beliau bernama Israil bin Yunus as-Suba’i. Biografi beliau disebutkan adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala, 7/355.

Ada setidaknya 41 kali disebutkan kata Bani Israil dalam Al-Qur’an. Tidak semua disebutkan dalam konteks negatif.

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan. (Q.S. Ali Imran: 93)

Dalam ayat lain disebutkan:

Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (QS. Maryam : 56-57)

Maka Imam Syaukani rahimahullah menegaskan,

Seluruh ahli tafsir sepakat, bahwa Israel adalah Ya’qub bin Ishak bin Ibrahim ‘alaihissalam. Maknanya adalah hamba Allah, karena isra dalam bahasa mereka artinya adalah hamba, dan el artinya Allah. (Syaukani, Fathul Qadir , juz 1, hal. 77, tafsir surat Al-Baqarah ayat 40-42)

Ada ulama yang menerangkan, bahwa Nabi Ya’qub memiliki dua nama (yakni : Yaqub dan Israel).

Ada pula yang menjelaskan, Israel adalah julukan untuk beliau.

Adapun turunan Nabi Ya’qub memiliki empat orang istri dan dua belas anak;

1) Isteri pertama [Li’ah] melahirkan enam orang anak: Rawabin, Sami’un, Lawiyah, Yahudza, Badzakir dan Dzambalan.

2) Isteri kedua [Rahil] melahirkan dua anak: Yusuf dan Benyamin.

3) Isteri ketiga [Zalifah] melahirkan dua anak: Za’ad dan Asyir, dan

4) Isteri keempat [Barihah] melahirkan anak: Dana dan Naftalia

Yahudi

“Sungguh engkau akan jumpai orang yang paling keras permusuhanya kepada orang yang beriman, adalah orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah: 82).

“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata: “Al-Masih itu putera Allah” (Q.S at-Taubat: 30)

Adapun kenapa disebut yahudi, paling tidak ada beberapa pandangan; Sebagian mufassir mengaitkannya dengan peristiwa penyembahan anak sapi [Qs. Al-A’raf/7:156], pandangan lainnya menyandarkan pada ‘sikap gemetar’ mereka ketika membaca Taurat, dan yang paling populer pandangan yang menyebutkan bahwa kata Yahudi disandarkan pada Yahudza [anak keempat nabi Ya’qub yang paling berpengaruh] sekalipun masih silang pendapat karena perbedaan lafazh keduanya [yaitu Yahudi dan Yahudza].

etelah wafatnya Sulaiman bin Dawud, keturunan Ya’qub ini terpecah menjadi dua golongan besar; Pertama, kelompok Yahudza [kerajaan selatan] yang mendapat dukungan Yahudza dan Bunyamin. Kedua, kelompok Israil [kerajaan utara] yang mendapatkan dukungan dari sepuluh keturunan lainnya dan disebut pula Samaria sampai jatuhnya mereka ke tangan bangsa As-Syiria, walaupun akhirnya mereka bersatu kembali.

Meski ada redaksi hadits dari Imam Bukhari yang mengindikasikan pemakaian yahudi dan ahli kitab itu sama. Yaitu seorang yahudi yang pernah melayani Nabi.

Dahulu ada seorang anak Yahudi yang membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Suatu ketika si anak ini sakit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menengoknya. Beliau duduk di dekat kepalanya, dan berkata : “Masuklah ke dalam Islam”.

Anak tersebut memandang bapaknya yang hadir di dekatnya. Bapaknya berkata,”Patuhilah (perkataan) Abul Qasim Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,” maka anak itupun masuk Islam. Setelah

itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar seraya berkata : “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari siksa neraka”. [HR Bukhari, 2/96].

Nashrani

Dalam bahasa Arab, kata “nashara” merupakan bentuk jamak dari “nashrani”. Sebutan “umat Nasrani” secara kaprah digunakan untuk merujuk pada umat Kristiani, penganut agama Kristen.

Kaum Muslim menggunakan istilah nashara atau nashrani karena al-Qur’an menggunakan kedua kata tersebut.

Kata “nashara/nashrani” muncul empat belas kali dalam al-Qur’an. Dalam pembahasan apa itu nashrani, biasanya merujuk kepada 2 pendekatan:

Pertama, melacak kata “nashara” dari sisi geografis, yakni dikaitkan dengan nama daerah di mana Isa dan Maryam tinggal, Nasirah (Nazareth). Dengan demikian, nashara adalah para pengikut seorang (Yesus) yang berasal dari Nasirah.

Kedua, di kalangan para mufasir belakangan, kata “nashara” dilacak ke akar kata Arab n-sh-r yang berarti “menolong”. Pelakunya disebut “nasir” (bentuk jamaknya, “anshar”). Pelacakan etimologis seperti ini didasarkan pada ayat al-Qur’an (QS. 3:52) yang merekam pernyataan murid-murid Yesus (hawariyyun). Ketika Isa bertanya, “man anshari ila allah?” (Siapa penolongku menuju Allah?). Mereka menjawab, “nahnu anshar allah” (Kami adalah para penolong Allah).

Kata “nasrani” hanya muncul sekali dalam Perjanjian Baru. Yakni, dalam Kisah Para Rasul (24:5). Ketika Paulus menjadi tertuduh di hadapan Gubernur Romawi, Feliks, penasihat hukum orang-orang Yahudi, Tertulus, menyebut Paulus sebagai “seorang tokoh dari sekte Nasrani”

Kristen

“Kristen” (Ibrani: מְשִׁיחִיִּים – MESHIKHIYIM, harf: pengikut Mesias/ Kristus).

Dalam beberapa sumber berpendapat bahwa kata χριστιανος – “khristianos” (bentuk diminutive dari kata: Χριστός – KHRISTOS, itu sebuah julukan yang awalnya sifatnya ‘ejekan’ yang berarti harfiah “Kristus-kecil” (bentuk diminutive: χριστιανος – khristianos) yang dilontarkan orang-orang kepada pengikut Kristus mula-mula/ Jemaat mula-mula:

…tuh kristus kecil… hei kristus kecil! pergi kamu kristus kecil!

Kemudian nama ini menjadi nama yang legitimate untuk menyebut kelompok orang yang percaya Kristus

Bagaimanapun juga sebutan “Kristen” atau χριστιανος – khristianos, telah baku pada tahun 60-an Masehi.

Dalam literatur Al-Qur’an dan hadits memang tak dikenal istilah kristen ini.

Meski sebagian ada yang menyamakan antara nashrani dan kristen, ada pula yang membedakan. Tetapi dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, mereka sama-sama menjadikan Yesus atau Isa itu tuhan yang disembah.

Sumber:
Hanif Luthfi, Lc., MA., Hukum Fiqih Seputar Ahli Kitab, Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2018

Baca Juga: