Sejarah Islam di Nusantara tidak dapat dilepaskan dari kontribusi ulama-ulama besar yang membawa dan mengembangkan ajaran agama hingga menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Salah satu tokoh terkemuka yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam di wilayah ini adalah Syaikh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri, yang lebih dikenal sebagai Abdul Rauf Singkel. Sebagai ulama besar dari Aceh, Abdul Rauf tidak hanya dikenal sebagai seorang sufi dan pemikir tasawuf, tetapi juga seorang faqih yang ahli dalam ilmu fiqih.
Artikel ini berupaya menggali lebih dalam tentang riwayat hidup, kontribusi, dan karya-karya intelektual Abdul Rauf Singkel, yang telah memberikan pengaruh signifikan dalam pembentukan tradisi Islam di Nusantara. Mulai dari perjalanan intelektualnya yang melintasi berbagai pusat keilmuan Islam hingga karya-karya monumental yang mencakup bidang tafsir, fiqih, hadits, dan tasawuf, Abdul Rauf Singkel berhasil menghadirkan Islam dengan wajah yang moderat dan kontekstual.
Riwayat Singkat Abdul Rauf Singkel
Latar Belakang dan Kelahiran
Syaikh Abdul Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri, lebih dikenal sebagai Abdul Rauf Singkel, merupakan seorang ulama besar dari Aceh yang memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di Nusantara, khususnya dalam penyebaran tasawuf dan tarekat Syatariyyah. Ia lahir pada tahun 1024 H/1615 M di wilayah Singkel, Aceh, sebuah daerah strategis di pantai barat Sumatera yang dikenal sebagai pusat intelektual dan perdagangan Islam kala itu. Nama “Singkel” merujuk pada asal daerahnya, yang juga mencerminkan identitas lokalnya sebagai seorang Melayu yang mengakar pada tradisi intelektual Islam.
Abdul Rauf berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, Syekh Ali, adalah seorang pendatang dari Arab (kemungkinan Persia) yang menetap di wilayah Barus (Fansur), sebuah pelabuhan tua yang berpengaruh di Sumatera. Wilayah ini telah lama menjadi tempat pertemuan kebudayaan dan peradaban Islam sejak abad ke-13.
Pendidikan dan Perjalanan Intelektual
Sejak usia muda, Abdul Rauf Singkel menunjukkan kecenderungan yang kuat terhadap ilmu agama. Ia memulai pendidikan agamanya di lingkungan keluarga sebelum melanjutkan pengembaraannya ke berbagai pusat keilmuan Islam di Timur Tengah. Perjalanannya membawa dia ke Mekkah, Madinah, dan beberapa pusat intelektual lainnya. Di Madinah, ia menjadi murid dari Syekh Ahmad al-Qusyasyi, seorang ulama besar yang berperan penting dalam perkembangan tarekat Syatariyyah. Pengalaman ini menanamkan dasar yang kuat bagi pemikiran tasawufnya, yang kelak menjadi ciri khas ajarannya di Nusantara.
Wafat dan Warisan
Syaikh Abdul Rauf Singkel wafat pada sekitar tahun 1150 H/1693 M dan dimakamkan di dekat Kuala Sungai Aceh, berdekatan dengan makam Teungku Anjong. Makamnya hingga kini menjadi tujuan ziarah, dihormati oleh masyarakat Aceh dan luar Aceh sebagai tokoh besar yang telah berjasa dalam membangun tradisi Islam di Nusantara.
Pemikiran dan Kontribusi dalam Ilmu Keislaman
Tasawuf dan Tarekat Syatariyyah
Sebagai seorang sufi, Abdul Rauf dikenal karena usahanya mendamaikan pandangan-pandangan ekstrem dalam tasawuf yang berkembang di Aceh. Ia mengintegrasikan ajaran wahdatul wujud (kesatuan wujud) yang populer di kalangan pengikut Hamzah Fansuri dengan pendekatan yang lebih moderat dan berbasis syariah. Dalam tarekat Syatariyyah, ia menekankan pentingnya zikir dan wirid sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah tanpa menyimpang dari akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Pemikirannya yang moderat membuatnya menjadi salah satu tokoh kunci dalam menyebarkan Islam di Sumatera Barat dan Jawa. Melalui murid-muridnya, seperti Burhanuddin Ulakan di Minangkabau dan Abul Muhyi di Jawa, ajaran tarekatnya tersebar luas, menjadi bagian dari tradisi Islam lokal yang terus diamalkan hingga kini.
Keilmuan Fiqih
Abdul Rauf juga diakui sebagai seorang faqih yang mumpuni. Karya-karyanya, seperti Mir’at al-Thullab, menunjukkan kepiawaiannya dalam menyusun panduan hukum Islam yang aplikatif untuk masyarakat Nusantara. Karyanya dalam fiqih berlandaskan mazhab Syafi’i, mencerminkan tradisi hukum Islam yang telah mengakar di Aceh.
Ia memainkan peran sebagai Qadhi Malikul Adil di Kesultanan Aceh, memberikan fatwa dan nasihat hukum yang membentuk kebijakan sosial dan politik di bawah pemerintahan empat sultanah perempuan. Meskipun ia dituduh oleh beberapa pihak sebagai kompromistis, pandangannya mengenai peran perempuan dalam kepemimpinan tetap menjadi kajian yang relevan hingga kini.
Karya-Karya Abdul Rauf Singkel
Syaikh Abdul Rauf menghasilkan tidak kurang dari 36 karya tulis yang mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk tafsir, hadits, fiqih, dan tasawuf. Berikut adalah kategori utama karya-karyanya:
Bidang Fiqih
Karya-karyanya di bidang fiqih mencerminkan fokusnya pada aplikasi praktis hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Di antara karya-karya pentingnya adalah:
- Mir’ah al-Thullab fi Tashil Ma’rifah al-Ahkam al-Syar’iyyah al-Malik al-Wahab (Cermin Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Mengetahui Hukum-Hukum Syara’)
- Bayan al-Arkan (Penjelasan Rukun-Rukun)
- Bidayah al-Balighah (Permulaan Yang Sempurna)
Bidang Tasawuf
Tasawuf adalah bidang utama yang menjadi perhatian Abdul Rauf. Karya-karyanya mencakup berbagai tema, mulai dari panduan spiritual hingga konsep-konsep filosofis. Beberapa karya pentingnya meliputi:
- Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Thariq al-Qusyasyi (Pedoman Bagi Penempuh Tarekat Qusyasyi)
- Bayan Tajalli (Penjelasan Tajalli)
- Kifayah al-Muhtajin ila Nasyrab al-Muwahiddin (Bekal Bagi Ahli Tauhid)
Bidang Tafsir
Abdul Rauf Singkel adalah penulis tafsir al-Qur’an pertama dalam bahasa Melayu, yaitu Turjuman al-Mustafid. Tafsir ini menjadi tonggak sejarah dalam tradisi keilmuan Islam Nusantara, membuka akses pemahaman al-Qur’an bagi masyarakat Melayu.
Bidang Hadits
Di bidang hadits, ia menulis beberapa karya, termasuk:
- Syarh Latif Arba’in Haditsan li al-Imam an-Nawawiyy (Penjelasan atas Empat Puluh Hadits Imam Nawawi)
Signifikansi Abdul Rauf Singkel dalam Konteks Nusantara
Abdul Rauf Singkel bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga seorang intelektual yang berhasil memadukan tradisi keislaman Timur Tengah dengan konteks lokal Nusantara. Pemikirannya yang moderat dan inklusif menjadikannya tokoh sentral dalam penyebaran Islam yang damai dan adaptif terhadap budaya lokal.
Keberhasilannya mendirikan jaringan intelektual dan spiritual melalui tarekat Syatariyyah telah meninggalkan jejak yang mendalam dalam sejarah Islam Nusantara. Karya-karyanya terus menjadi sumber rujukan dalam kajian fiqih, tasawuf, dan tafsir hingga kini, menunjukkan betapa luas dan mendalam pengaruhnya dalam membangun tradisi keislaman di kawasan ini.
Daftar Pustaka
- Akbarizan. Tasawuf Integratif: Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di Indonesia. Pekanbaru: Suska Press, 2008.
- Sri Mulyati. Tasawuf Nusantara: Rangkaian Mutiara Sufi Terkemuka. Jakarta: Kencana, 2006.
- M. Solihin. Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
- Azyumardi Azra. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana, 2007.
- Musyrifah Susanto. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
- Syamsul Bahri. Tasawuf Abdul Rauf Singkel dalam Kitab Tanbih Al-Masyi. Padang: Hayfa Press, 2012.
- Salahuddin Hamid. Seratus Tokoh Islam yang Paling Berpengaruh di Indonesia. Jakarta: PT Intimedia Cipta Nusantara, 2003.
- Balai Pustaka. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.