Riwayat Singkat Abdul Rauf Singkel
Nama lengkap Abdul Rauf Singkel adalah Abdul Al-Rauf bin ‘Ali alJawi al-Fansuri, sufi besar asal Aceh yang pertama kali membawa dan mengembangkan tarekat Syatariyyah di Nusantara.[1] Ia adalah seorang Melayu dari Fansur, singkel di wilayah pantai barat Laut Aceh. Ayahnya adalah orang Arab yang bernama Syekh Ali,[2] Yaitu Seorang Arab (Persia) yang datang ke Samudera Pasai pada akhir abad ke 13 yang kemudian menetap di Fansur (Barus) sebuah kota pelabuhan tua di pantai Barat Sumatera.[3]
Abdul Rauf Singkel lahir pada tahun 1024 H/1615 M, dan ia meninggal dunia sekitar 1150 H/1693 M dimakamkan di samping makam Teungku Anjong yang dianggap paling keramat di Aceh, dekat Kuala Sungai Aceh.[4] Hingga kini makamnya ditempatkan sebagai ziarah bagi berbagai kalangan masyarakat, baik dari Aceh maupun di luar Aceh. Berkat kemasyhurannya nama Abdul Rauf Singkel diabadikan menjadi nama di perguruan tinggi Aceh yaitu Universitas Syaih Kuala.[5]
Kemasyhuran Abdul Rauf Singkel selain di bidang tasawuf juga di bidang fiqih, oleh sebab itu ia menjadi ahli fiqih terkenal di Aceh. Abdul Rauf Singkel ini adalah seorang sufi yang mencari keseimbangan antara berbagai pandangan para ulama pendahulunya serta mengajarkan zikir dan wirid Syatariyyah. Muridnya menyebarkan Islam ke Sumatera Barat melalui Burhanuddin Ulakan dan ke tanah jawa yang disebarkan oleh Abul Muhyi dari Pamijahan yang sampai sekarang ajarannya masih diamalkan pada sebagian pedesaan.[6]
Abdul Rauf Singkel adalah ulama Aceh yang berupaya “mendamaikan” ajaran martabat alam tujuh yang dikenal di Aceh sebagai paham Wahdatul Wujud atau Wujudddiyah (pantheisme) dengan paham sunnah. Meskipun begitu Syaikh Abdul Rauf Singkel tetap menolak paham Wujudiyyah yang menganggap adanya penyatuan antara Tuhan dan hamba. Ajaran yang seperti ini kemudian dibawa muridnya , Abdul Muhyi Pamijahan ke Jawa.[7]
Pada saat itu keadaan social keagamaan pada kerajaan Aceh pada saat itu pada abad ke 15 telah berpengaruh Mazhab Syafi’i, terlihat dari kitab fiqih yang dipedomani waktu itu, seperti kitab Mir’at al-Thullab karya Abdul Rauf dan Shirat al-Mustaqim karya Al-Raniri. Kedua karya itu dalam Mazhab Syafi’i. sedangkan dari segi aqidah Islamiyah berpengaruh paham Ahlusunnah wal-Jama’ah.
Dalam kajian tasawuf Islam, telah berpengaruh tasawuf Islam menurut konsep Al-Gazali, Al-Junaid’ Al-Harawi, Ibnu ‘Arabi, Al-Qusyayi dan tarekat yang berkembang antara lain tarekat Qadiriyyah, tarekat Rifa’iyyah dan tarekat Syathariyyah. Pemikiran tasawuf tersebut telah mewarnai kehidupan social, politik dan pemerintahan waktu itu, baik sebelum masa Abdul Rauf Singkel bahkan pada masa Abdul Rauf Singkel tersebut.
Sebelum Abdul Rauf, tasawuf falsafi dinilai mendapat tempat dalam masyarakat Aceh waktu itu. Tasawuf ini dikembangkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsuddin Sumaterani. Tasawuf kedua tokoh ini disebut oleh Al-Raniri dengan wujudiyyah. Masalah wujudiyyah ini akhirnya menjadi masalah yang diperdebatkan, diperselisihkan dan diharamkan oleh Syaikh Nuruddin Al-Raniri.[8]
Perkembangan politik di Kesultanan Aceh selama masa karir Abdul Rauf mempunyai ciri yang paling menarik. Pada periode tersebut kesultanan diperintah oleh empat orang perempuan (sultanah) berturut-turut sampai akhir abad ke-17. Sultanah pertama adalah Safiat al-Din (1673-1678), kemudian digantikan oleh Zakiyat al-Din (1678-1688) dan terakhir adalah Sultan Kalamat al-Din (1688-1699).
Rentang masa pemerintahan keempat sultanah tersebut menimbulkan tanda tanya bagi masyarakat Aceh, bahkan menjadi masalah yang tidak terpecahkan, apakah diperbolehkan seorang wanita sebagai penguasa dalam hokum Islam?.
Sebagai seorang Qadhi, Abdul Rauf bertanggung jawab terhadap persoalan-persoalan yang meresahkan masyarakat tersebut. Lewat karyanya mengenai Fiqih Muamalat yang berjudul Mir’at al-Thullab fi Fashil alMa’rifat al-Ahkam al-Syairiyat li al-Malik al-Wahha, ia berusaha menunjukkan kepada kaum Muslimin bahwa dokrin-dokrin hukum Islam tidak terdapat pada ibadah saja, akan tetapi tampaknya Abdul Rauf sengaja tidak menjawab secara jelas mengenai boleh tidaknya seorang wanita menjadi penguasa. Karena itulah ia kemudian dituduh mengkrompomikan integrasi keintelektualannya, bukan hanya dengan menerima pemerintahan seorang wanita menjadi penguasa. Karena itulah ia kemudian dituduh mengkompromikan integrasi keintelektualannya, bukan hanya dengan memerima pemerintahan seorang wanita tetapi juga tidak memecahkan masalah tersebut secara layak, atau boleh jadi ini merupakan tindakan politiknya karena ia telah mendapat perlindungan dari para sultanah tersebut.[9]
Karya-karya Abdul Rauf Singkel
Abdul Ruf Singkel merupakan sosok pemikir dan Ulama terkenal. Ia telah melahirkan karya-karya sastra yang merupakan kekayaan intelektual muslim Indonesia yang sangat berharga. Karya-karyanya yang berbentuk suluk dari karya pemikir ulama Islam terdahulu sampai saat ini. Naskah aslinya yang berupa manuskrip atau tulisan tangan asli masih ada pada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi di Belanda. Di perpustakaanperpustakaan tersebut orang akan dapat menemukan dan mengkaji berbagai pemikiran yang tersimpan dalam koleksi karya-karya pemikir dan ulama
Islam Nusantara zaman dahulu. Tulisan tersebut ada yang tertulis dalam huruf Jawi (Arab Melayu) dan bahasa Arab.[10]
Abdul Rauf Singkel memiliki sekitar 36 karya tertulis yang terdiri dari 1 kitab tafsir, 2 kitab hadits, 10 kitab fiqih dan 23 kitab tasawuf.[11] Adapun kitab-kitab karya Abdul Rauf adalah sebagai berikut:
Karya Abdul Rauf Singkel di bidang Fiqih
- Mir’ah al-Tullab fi Tashil Ma’rifah al-Ahkam al-Syar’iyyah al-Malik alWahab (Cermin Penuntut Ilmu untuk Memudahkan Mengetahui Hukum-Hukum Syara’ Tuhan, Bahasa melayu).
- Bayan al-Arkan (Penjelasan Rukun-Rukun, Bahasa Melayu).
- Bidayah al-Balighah (Permulaan Yang Sempurna, Bahasa Melayu).
- Majmu’ al-Masa’il (Kumpulan Masalah, Bahasa Melayu).
- Fatihah Syekh Abdul Rauf (Metode Bacaan Fatihah Syekh Abdul Rauf, Bahasa Melayu).
- Tanbih al-Milfi Tahqiq Kalam an-Nawafil (Peringatan Bagi Orang Yang Mentahqiqkan Kalam Sholat Sunnah, Bahasa Melayu).
- Sebuah Uraian Mengenai Sholat (Bahasa Melayu).
- Wasyiyyah (Tentang Wasiat-Wasiat Abdul Rauf Kepada Murid-Muridnya, Bahasa Melayu).
- Doa Yang Diajukan oleh Syekh Abdul Rauf Kuala Aceh (Bahasa Melayu).
- Sakaratul Maut (Tentang Hal-Hal Yang Dialami Oleh Manusia Menjelang Ajalnya, Bahasa Melayu).
Karya-karya Abdul Rauf Singkel di Bidang Tasawuf
- Tanbih al-Masyi al-Mansub ila Thariq al-Qusyasyi (Pedoman Bagi OrangOrang Yang Menempuh Tarekat al-Qusyasyi, Bahasa Arab).
- Umdah al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufarridin (Pijakan Bagi OrangOrang Yang Menempuhkan Jalan Tasawuf, Bahasa Melayu).
- Sullam al-Mustafiddin (Tangga Setiap Orang Yang Mencari Faidah, Bahasa Melayu).
- Piagam Tentang Zikir (Bahasa Melayu).
- Kifayah al-Muhtajin ila Nasyrab al-Muwahiddin al-Qailin bi Wahdah alWujud (Bekal Bagi Orang Yang Membutuhkan Minuman Ahli Tauhid Penganut Wahdatul Wujud, Bahasa Melayu).
- Bayan Aghmad al-Masa’il wa al-Shifat al-Wajibah li Rabb al-Ard wa alSamawat (Penjelasan Tentang Masalah-Masalah Tersembunyi dan sifatsifat Wajib bagi Tuhan Penguasa Langit dan Bumi, Bahasa Melayu).
- Bayan Tajalli (Penjelasan Tajallu, Bahasa Melayu).
- Daqa’iq al-Huruf (Kedalaman Makna Huruf, Bahasa Melayu).
- Risalah Adab Murid Akan Syekh (Bahasa Arab dan Melayu).
- Munyah al-I’tiqad (Cita-cita Keyakinan, Bahasa Melayu).
- Bayan al-Itlaq (Penjelasan Makna Istilah Itlaq, Bahasa Melayu).
- Risalah ‘Ayan Tasabitah (Penjelasan Tentang ‘Ayan Tsabitah, Bahasa Melayu).
- Risalah Jalan Ma’rifatullah (Karangan Tentang Jalan Menuju Ma’rifah Kepada Allah, Bahasa Melayu).
- Risalah Mukhtasarah fi Bayan Syurut al-Syekh wa al-Murid (Karangan Ringkas Tentang Syarat-Syarat Guru dan Murid, Bahasa Arab dan Melayu).
- Faedah Yang Tersebut di Dalamnya Kaifayah Mengucap Zikir Laa Ilaha Illa Allah (Bahasa Melayu).
- Syair Ma’rifah (Bahasa Melayu).
- Otak Ilmu Tasawuf (Bahasa Melayu).
- ‘Umdah al-Anshab (Pohon Segala Nashab, Bahasa Melayu).
- Idah al-Bayan fi Tahqiq Masa’il al-Adyan (Penjelasan Dalam Menyatakan Masalah-Masalah Agama, Bahasa Melayu).
- Ta’yid al-Bayan Hasyiyah Ida al-Bayan (Penegasan Penjelasan: Catatan Atas Kitab Idah al-Bayan, Bahasa Melayu).
- Lubb al-Kasyf Wa al-Bayan li Ma Yaruhu al-Muhtadar bi al-Iyan (Hakikat Penyingkapan dan Penjelasan atas apa Yang Dilihat Secara Terangterangan, Bahasa Melayu).
- Risalah Simpan (Membahas Aspek-Aspek Sholat Yang Secara Mistis, Bahasa Melayu).
- Syatariyyah (Tentang Ajaran dan Tata Cara Zikir Tarekat Syatariyyah, Bahasa Melayu).
Karya-karya Abdul Rauf Singkel di Bidang Tafsir al-Qur’an
Karya Abdul Rauf Singkel dalam bidang tafsir al-Quran berjumlah satu kitab tafsir, yaitu: Turjuman al-Mustafid bi al-Jawy, yang merupakan tafsir pertama di dunia Islam dalam bahasa Melayu.
Karya-karya Abdul Rauf Singkel di Bidang Hadits
- Syarh Latif Arbin Haditsan li al-Imam an-Nawawiyy (Penjelasan Terperinci atas Kitab Empat Puluh Karangan Imam an-Nawawi, Bahasa Melayu).
- Al-Mawiz al-Badiah (Petuah-petuah Berharga, Bahasa Melayu).[12]
Bila dilihat dari karya-karya Abdul Rauf Singkel menunjukkan bahwa ia cenderung mengajarkan dan mengembangkan tarekat. Tarekat yang dianutnya adalah tarekat Syatariyyah yang dipelajarinya dari Ahmad alQusyasyi dari Madinah. Tarekat Syatariyyah ini agak dikenal oleh masyarakat di pulau Jawa. Hal ini karena banyak jama’ah haji dari Jawa harus singgah di Aceh sebelum berangkat ke Tanah Suci dan mereka memanfaatkan waktu persinggahan ini untuk belajar tarekat di sekolah Abdul Rauf Singkel. Keahliannya dalam ilmu fiqih membawa Abdul Rauf Singkel pada sufisme sunni yang amali dan itu dimantapkan dalam tarekatnya.[13]
Karya-karya Abdul Rauf Singkel keseluruhannya berbentuk prosa.[14] Terdapat satu karya dalam puisi, yaitu Syair Ma’rifah yang salah satu naskahnya disalin di Bukit Tinggi tahun 1859 H. Sair itu mengemukakan tentang empat komponen itu. Empat komponen agama inilah yang akan menemukan seseorang disebut sebagai insan kamil (manusia sempurna).
Data di atas menunjukkan bahwa Abdul Rauf Singkel dapat dikatakan sebagai penerus yang sesungguhnya dari tradisi penulisan syair religiusmistik yang sebelumnya telah dirintis oleh Hamzah Fansuri.
[1] Akbarizan, Tasawuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di Indonesia, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 78
[2] Sri Mulyati, Tasawuf Nusantara Rangkaian Mutiara Sufi Tekemuka, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 99
[3] M. Solihin, Melacak Pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 59-60
[4] Azyumardi Azra , Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 259
[5] Sri Mulyati, op.cit, h. 100
[6] Musyrifah Susanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 250
[7] M. Solihin, op. cit, h. 60
[8] Syamsul Bahri, Tasawuf Abd Al-Rauf Singkel Dalam Kitab Tanbih Al-Masyi, (Padang: Hayfa Press, 2012), h. 26-27.
[9] http://Portal Garuda.org >article>titl<pdf, 26 Februari 2018, jam 21:38.
[10] Salahuddin Hamid, Seratus Tokoh Islam Yaang Paling Berpengaruh di Indonesia, (Jakarta: PT Intimedia Cipta Nusantara, 2003), h. 61.
[11] Sri Mulyati, op. cit, h. 103.
[12] Ibid, h. 103-106
[13] Akbarizan, Tasawuf Integratif Pemikiran dan Ajaran Tasawuf di Indonesia, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 59
[14] Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat kepada kaidah yang terdapat dalam puisi, lihat: Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, (Jakarta: 2002), h. 899