Menu Tutup

Toleransi (Tasāmuḥ) dalam Islam

Pengertian Toleransi (Tasāmuḥ)

Kata tasāmuḥ diambil dari kata samaḥa berarti tenggang rasa atau toleransi. Dalam bahasa Arab sendiri tasāmuḥ berarti sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling pemaaf. Dalam pengertian secara istilah, tasāmuḥ adalah sikap akhlak terpuji dalam pergaulan, di mana terdapat rasa saling menghargai antara sesama manusia dalam batas-batas yang digariskan oleh agama Islam.

Maksud dari tasāmuḥ ialah bersikap menerima dan damai terhadap keadaan yang dihadapi, misalnya toleransi dalam agama ialah sikap saling menghormati hak dan kewajiban antar agama. Tasāmuḥ dalam agama bukanlah mencampuradukkan keimanan dan ritual dalam agama, melainkan menghargai eksistensi agama yang dianut orang lain.

Toleransi (Tasāmuḥ)

Tasāmuḥ ialah sikap yang mengarahkan pada keterbukaan dan menghargai perbedaan. Perbedaan merupakan fitrah yang sudah menjadi ketetapan Allah Swt. dan seluruh manusia tak bisa menolak-Nya. Allah berfirman:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui, Maha mengenal” (QS. al-Hujurāt [49]: 13)

Konsep tasāmuḥ yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Yaitu dengan mengenali, menghargai, dan terbuka dengan perbedaan. Namun, apabila hubungannya dengan keyakinan dan ritual, agama Islam tidak mengenal kata kompromi. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain begitu pula dengan ritualnya.

Sebagai bukti bahwa tasāmuḥ merupakan salah satu ajaran Islam adalah Allah melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Tanpa larangan tersebut, manusia akan saling memperolok jika berbeda keyakinan. Allah

Swt. berfirman:

“Dan janganlah kalian mencela orang-orang yang berdo’a kepada selain Allah, yang menyebabkan mereka mencela Allah dengan permusuhan dengan tanpa ilmu. Demikianlah Kami menghiasi untuk setiap umat amalan mereka, lalu Dia mengabarkan kepada apa yang mereka lakukan” (QS. al-An’am [6]:108)

Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab, “al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam”

Dalam Islam, tasāmuḥ berlaku bagi semua orang tanpa mengenal perbedaan. Akan tetapi setiap orang memiliki perbedaan penerapan tasāmuḥ, ada yang masih belum terlatih melakukannya dan ada yang sudah terlatih melakukannya. Untuk itu Syaikh Yusuf Qardhawi menjelaskan adanya empat faktor yang mendorong sikap tasāmuḥ, yaitu:

  1. Keyakinan bahwa manusia itu makhluk mulia.
  2. Perbedaan di dunia ialah realitas yang dikehendaki
  3. Allah Maha membuat perhitungan, jadi tiada kuasa mutlak manusia untuk mengadili kekafiran atau kesesatan seseorang.
  4. Keyakinan akan perintah Allah untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti

Membiasakan Berperilaku Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah mengetahui sikap tasāmuḥ dalam Islam. Kita dituntut untuk bersikap tasāmuḥ. Sebagai contoh sikap tasāmuḥ dalam Islam yaitu,

  1. Di kota Madinah, Rasulullah tidak sungkan berdampingan dengan pribumi Yahudi maupun Nasrani.
  2. Ketika menaklukkan Jerussalem, khalifah Umar r.a. tidak merusak tempat- tempat ibadah warga non-muslim dan pemeluknya tetap diberikan kebebasan untuk menjalankan ritual
  3. Rasulullah memberi makan seorang beragama Yahudi buta dan miskin.
  4. Ketika ada jenazah seorang Yahudi melintas di sebelah Rasulullah Saw. dan para sahabat, Rasulullah Saw. berhenti dan berdiri. Kemudian seorang sahabat berkata, “Kenapa engkau berhenti ya Rasulullah? Padahal itu adalah jenazah orang Yahudi?” Rasulullah Saw. bersabda: “Bukankah dia juga manusia?”

Baca Juga: