Menu Tutup

4 Ciri-Ciri Pertanyaan Wawancara yang Baik

Wawancara adalah salah satu metode pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Wawancara adalah proses komunikasi antara peneliti dan narasumber yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tertentu dari narasumber. Wawancara dapat dilakukan secara langsung (tatap muka), melalui telepon, atau melalui media online.

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan wawancara adalah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Pertanyaan yang baik akan membantu peneliti mendapatkan data yang valid, reliabel, dan relevan dengan tujuan penelitian. Namun, pertanyaan yang buruk akan menghasilkan data yang tidak akurat, bias, dan tidak bermakna.

Lalu, apa saja ciri-ciri pertanyaan wawancara yang baik? Berikut adalah empat ciri-ciri yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun pertanyaan wawancara:

1. Jelas dan Tepat

Pertanyaan wawancara yang baik harus jelas dan tepat, artinya dapat dimengerti dengan mudah oleh narasumber dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan. Pertanyaan yang jelas dan tepat akan menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan narasumber, serta memudahkan narasumber untuk memberikan jawaban yang sesuai dengan maksud peneliti.

Untuk membuat pertanyaan yang jelas dan tepat, peneliti harus menggunakan bahasa yang sederhana, lugas, dan tidak ambigu. Peneliti juga harus menghindari penggunaan kata-kata yang bersifat umum, abstrak, atau memiliki makna ganda. Selain itu, peneliti harus membatasi ruang lingkup pertanyaan agar tidak terlalu luas atau terlalu sempit.

Contoh pertanyaan yang jelas dan tepat:

  • Bagaimana pengalaman Anda dalam mengikuti program pelatihan ini?
  • Apa saja manfaat yang Anda rasakan dari program pelatihan ini?
  • Apa saja kendala atau tantangan yang Anda hadapi dalam mengikuti program pelatihan ini?
Baca Juga:  Bentuk Negara Kesatuan dan Federasi: Sebuah Perbandingan Mendalam

Contoh pertanyaan yang tidak jelas dan tidak tepat:

  • Bagaimana pendapat Anda tentang program pelatihan ini? (pertanyaan ini terlalu umum dan abstrak, tidak menunjukkan aspek apa yang ingin ditanyakan oleh peneliti)
  • Apakah Anda puas dengan program pelatihan ini? (pertanyaan ini bersifat ambigu, karena kata “puas” dapat memiliki makna berbeda bagi setiap orang)
  • Bagaimana dampak program pelatihan ini terhadap kinerja Anda? (pertanyaan ini terlalu luas, karena dampak dapat mencakup banyak hal, seperti motivasi, produktivitas, kualitas, dll.)

2. Netral dan Objektif

Pertanyaan wawancara yang baik harus netral dan objektif, artinya tidak mengandung unsur prasangka, asumsi, atau harapan dari peneliti. Pertanyaan yang netral dan objektif akan membantu peneliti mendapatkan data yang sesuai dengan kenyataan, tanpa dipengaruhi oleh pandangan atau sikap peneliti.

Untuk membuat pertanyaan yang netral dan objektif, peneliti harus menghindari penggunaan kata-kata atau frasa yang bersifat positif atau negatif, menyarankan atau mengkritik, menyetujui atau menolak, menilai atau mengevaluasi. Peneliti juga harus menghindari penggunaan kata-kata atau frasa yang bersifat sugestif, yaitu memberikan petunjuk atau arahan tentang jawaban yang diharapkan oleh peneliti.

Contoh pertanyaan yang netral dan objektif:

  • Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri sebelum mengikuti program pelatihan ini?
  • Apa saja materi atau topik yang Anda anggap penting dalam program pelatihan ini?
  • Bagaimana cara Anda menerapkan ilmu atau keterampilan yang Anda dapatkan dari program pelatihan ini di tempat kerja?

Contoh pertanyaan yang tidak netral dan tidak objektif:

  • Apakah Anda merasa program pelatihan ini bermanfaat bagi Anda? (pertanyaan ini bersifat positif, menyarankan bahwa program pelatihan ini memiliki manfaat)
  • Apa yang kurang dari program pelatihan ini? (pertanyaan ini bersifat negatif, mengkritik bahwa program pelatihan ini memiliki kekurangan)
  • Apakah Anda setuju bahwa program pelatihan ini dapat meningkatkan kinerja Anda? (pertanyaan ini bersifat sugestif, memberikan arahan bahwa program pelatihan ini memiliki dampak positif terhadap kinerja)
Baca Juga:  Akomodasi Konflik Sosial: Pengertian, Bentuk, Tujuan, Faktor, Manfaat, Tantangan, Contoh, dan Saran

3. Terbuka dan Fleksibel

Pertanyaan wawancara yang baik harus terbuka dan fleksibel, artinya memberikan ruang bagi narasumber untuk menjawab dengan bebas dan mendalam, tanpa dibatasi oleh pilihan atau kategori yang telah ditentukan oleh peneliti. Pertanyaan yang terbuka dan fleksibel akan membantu peneliti mendapatkan data yang kaya dan beragam, serta menggali informasi yang tidak terduga atau tidak terpikirkan oleh peneliti.

Untuk membuat pertanyaan yang terbuka dan fleksibel, peneliti harus menggunakan kata-kata atau frasa tanya yang bersifat eksploratif, seperti apa, bagaimana, mengapa, kapan, dimana, siapa, dll. Peneliti juga harus menghindari penggunaan kata-kata atau frasa tanya yang bersifat tertutup, seperti apakah, berapa, mana, apakah benar, dll.

Contoh pertanyaan yang terbuka dan fleksibel:

  • Bagaimana Anda mengetahui tentang program pelatihan ini?
  • Mengapa Anda tertarik untuk mengikuti program pelatihan ini?
  • Apa saja hal-hal yang Anda sukai atau tidak sukai dari program pelatihan ini?

Contoh pertanyaan yang tidak terbuka dan tidak fleksibel:

  • Apakah Anda mendapatkan informasi tentang program pelatihan ini dari media sosial? (pertanyaan ini bersifat tertutup, hanya memberikan pilihan ya atau tidak)
  • Berapa lama Anda mengikuti program pelatihan ini? (pertanyaan ini bersifat tertutup, hanya meminta data kuantitatif)
  • Mana yang lebih menarik bagi Anda, materi teori atau praktik dalam program pelatihan ini? (pertanyaan ini bersifat tertutup, hanya memberikan dua kategori)
Baca Juga:  Kawasan Asia Timur Raya: Konsep dan Realitas

4. Relevan dan Sesuai

Pertanyaan wawancara yang baik harus relevan dan sesuai, artinya berkaitan dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan kondisi narasumber. Pertanyaan yang relevan dan sesuai akan membantu peneliti mendapatkan data yang penting dan bermakna untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pertanyaan yang relevan dan sesuai juga akan menghormati narasumber dan menghindari hal-hal yang sensitif atau tabu.

Untuk membuat pertanyaan yang relevan dan sesuai, peneliti harus menyesuaikan pertanyaannya dengan latar belakang, karakteristik, dan situasi narasumber. Peneliti juga harus memperhatikan aspek etika dalam wawancara, seperti mendapatkan persetujuan narasumber, menjaga kerahasiaan data, menghargai hak dan kewajiban narasumber, dll.

Contoh pertanyaan yang relevan dan sesuai:

  • Bagaimana latar belakang pendidikan atau pekerjaan Anda sebelum mengikuti program pelatihan ini?
  • Apa saja harapan atau tujuan Anda dalam mengikuti program pelatihan ini?
  • Bagaimana tanggapan atau dukungan dari atasan atau rekan kerja Anda terkait dengan program pelatihan ini?

Contoh pertanyaan yang tidak relevan dan tidak sesuai:

  • Bagaimana pendapat Anda tentang politik atau agama dalam konteks program pelatihan ini? (pertanyaan ini tidak relevan dengan tujuan penelitian dan dapat menimbulkan konflik atau ketidaknyamanan bagi narasumber)
  • Berapa gaji atau penghasilan Anda setelah mengikuti program pelatihan ini? (pertanyaan ini tidak sesuai dengan kondisi narasumber dan dapat melanggar privasi atau etika narasumber)
  • Apakah Anda pernah melakukan kesalahan atau kecurangan dalam program pelatihan ini? (pertanyaan ini tidak sesuai dengan situasi narasumber dan dapat menyinggung atau menyerang atau mengancam narasumber.
Posted in Ragam

Artikel Terkait: