Sejarah sebagai kisah merupakan salah satu ruang lingkup dalam studi sejarah yang menekankan pada penyajian peristiwa masa lalu dalam bentuk narasi atau cerita. Pendekatan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali peristiwa sejarah melalui sudut pandang yang lebih personal dan menarik. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai ciri-ciri sejarah sebagai kisah, serta contoh penerapannya.
Pengertian Sejarah sebagai Kisah
Sejarah sebagai kisah adalah rekonstruksi sejarawan terhadap peristiwa sejarah yang disusun dalam bentuk narasi. Narasi ini tidak hanya menyajikan fakta-fakta sejarah secara kronologis, tetapi juga memberikan interpretasi dan makna dari peristiwa tersebut. Dengan demikian, sejarah sebagai kisah berfungsi sebagai jembatan antara masa lalu dan masa kini, memungkinkan pembaca atau pendengar merasakan dan memahami peristiwa sejarah secara lebih mendalam.
Ciri-Ciri Sejarah sebagai Kisah
Berikut adalah beberapa ciri utama yang membedakan sejarah sebagai kisah dari ruang lingkup sejarah lainnya:
1. Bersifat Subjektif
Sejarah sebagai kisah bersifat subjektif karena dipengaruhi oleh kepentingan, kepribadian, nilai, dan latar belakang penulis atau sejarawan yang menceritakan peristiwa tersebut. Hal ini berarti bahwa interpretasi terhadap peristiwa sejarah dapat berbeda-beda tergantung pada sudut pandang dan pengalaman pribadi sejarawan.
2. Bersifat Interpretatif
Selain menyajikan fakta, sejarah sebagai kisah juga memberikan penjelasan atau makna dari peristiwa sejarah yang disampaikan. Penafsiran ini dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang, tujuan, latar belakang, dan metode sejarawan. Dalam menulis sejarah sebagai kisah, sejarawan harus menggunakan argumentasi, logika, dan analisis kritis untuk membangun penafsiran sejarah yang konsisten, koheren, dan meyakinkan.
3. Bersifat Naratif
Sejarah sebagai kisah disajikan dalam bentuk narasi yang menarik dan mengalir, menggunakan gaya bahasa yang komunikatif agar pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar dapat diterima dengan baik. Narasi sejarah harus memiliki struktur yang jelas, yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.
4. Bersifat Selektif
Tidak semua peristiwa sejarah dapat dimasukkan dalam sebuah kisah. Penulis sejarah sebagai kisah harus memilih peristiwa yang relevan dan penting untuk disampaikan. Pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan nilai, dampak, dan relevansi peristiwa terhadap konteks sejarah yang lebih luas.
5. Berdasarkan Fakta
Meskipun bersifat subjektif dan interpretatif, sejarah sebagai kisah harus tetap berdasarkan fakta atau bukti sejarah yang dapat diverifikasi kebenarannya. Fakta atau bukti sejarah dapat berupa sumber primer, seperti dokumen, monumen, saksi mata, artefak, dan lainnya. Selain itu, juga bisa menggunakan sumber sekunder, seperti buku, film, artikel, dan lainnya.
Contoh Sejarah sebagai Kisah
Berikut ini beberapa contoh sejarah sebagai kisah yang menggambarkan penerapan ciri-ciri di atas:
1. Kisah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada 1966, Bung Karno menceritakan kisah tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di depan para pemuda, tentang latar belakang, proses, suasana, dan saat proklamasi dibacakan. Kisah sejarah kemerdekaan yang disampaikan Bung Karno ini bersifat subjektif, karena menggambarkan pengalaman pribadi Bung Karno sebagai salah satu proklamator. Kisah ini juga bersifat interpretatif, karena memberikan makna tentang pentingnya proklamasi bagi bangsa Indonesia.
2. Kisah Perang Dunia II
Winston Churchill menulis kisah Perang Dunia II dalam buku “The Second World War”. Buku tersebut menceritakan bagaimana peran dan strategi Inggris dalam menghadapi Nazi Jerman dan sekutunya. Kisah sejarah yang disampaikan Winston Churchill bersifat subyektif karena lebih condong dari sudut pandang Churchill sebagai perdana menteri Inggris saat itu. Kemudian, kisah Perang Dunia II di buku Churchill ini bersifat naratif karena menggunakan gaya bahasa dramatis dan persuasif untuk menyampaikan pesan-pesannya.
3. Kisah Revolusi Prancis
Charles Dickens menuliskan kisah tentang Revolusi Prancis dalam novel “A Tale of Two Cities”. Dalam novel ini, Dickens mengisahkan tentang kehidupan dua orang sahabat yang terlibat dalam revolusi Prancis di akhir abad ke-18. Kisah yang ditulis Charles Dickens bersifat subjektif karena hasil dari imajinasi Dickens berdasarkan sumber-sumber yang dibacanya. Kemudian, bersifat selektif karena hanya fokus pada aspek-aspek tertentu saat terjadi Revolusi Prancis.
Kesimpulan
Sejarah sebagai kisah menawarkan perspektif yang lebih personal dan mendalam dalam memahami peristiwa masa lalu. Dengan ciri-ciri seperti bersifat subjektif, interpretatif, naratif, selektif, dan berdasarkan fakta, sejarah sebagai kisah mampu menghidupkan kembali peristiwa sejarah dan memberikan makna yang relevan bagi pembaca atau pendengar. Melalui pendekatan ini, kita dapat lebih menghargai dan memahami perjalanan sejarah yang telah membentuk dunia kita saat ini.