Menu Tutup

Daerah yang Sering Terkena Banjir?

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bencana ini tidak hanya menimbulkan kerugian materi yang besar, tetapi juga dapat merenggut jiwa dan mengganggu aktivitas manusia.

Lantas, di daerah seperti apa banjir sering terjadi? Pertanyaan ini memiliki jawaban yang kompleks, karena terdapat berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Berikut beberapa faktor utama yang umumnya menyebabkan suatu daerah rawan banjir:

1. Topografi:

  • Daerah dataran rendah: Daerah dataran rendah lebih mudah tergenang air dibandingkan dengan daerah dataran tinggi, karena air cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah.
  • Cekungan: Cekungan merupakan daerah yang dikelilingi oleh perbukitan atau pegunungan. Saat hujan deras, air hujan akan mengalir ke cekungan dan menyebabkan genangan air.
  • Daerah pesisir: Daerah pesisir rentan terhadap banjir rob, yaitu genangan air laut yang disebabkan oleh kombinasi antara pasang surut air laut dan gelombang tinggi.

2. Curah hujan:

  • Daerah dengan curah hujan tinggi: Semakin tinggi curah hujan di suatu daerah, semakin besar pula risikonya untuk mengalami banjir. Hal ini karena sistem drainase di daerah tersebut mungkin tidak mampu menampung air hujan yang turun dalam jumlah besar dalam waktu singkat.
  • Daerah dengan pola hujan ekstrem: Hujan ekstrem yang turun dalam waktu singkat dapat menyebabkan sistem drainase kewalahan dan memicu terjadinya banjir.
Baca Juga:  Dampak Penebangan Hutan Liar Terhadap Lingkungan: Ancaman bagi Kehidupan Bumi

3. Kondisi drainase:

  • Sistem drainase yang buruk: Sistem drainase yang tidak memadai, seperti saluran air yang tersumbat atau tidak terawat, dapat menyebabkan air hujan tidak dapat mengalir dengan lancar dan berakibat pada banjir.
  • Penurunan muka tanah: Penurunan muka tanah dapat menyebabkan permukaan tanah menjadi lebih rendah dari permukaan air laut, sehingga daerah tersebut lebih mudah terendam air.

4. Aktivitas manusia:

  • Alih fungsi lahan: Alih fungsi lahan hutan menjadi pemukiman atau kawasan industri dapat mempercepat laju aliran air hujan dan meningkatkan risiko banjir.
  • Pembuangan sampah sembarangan: Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran air dan menyebabkan genangan air.
  • Pendirian bangunan di bantaran sungai: Pendirian bangunan di bantaran sungai dapat mempersempit aliran air dan meningkatkan risiko banjir.

5. Fenomena alam:

  • Badai: Badai dapat membawa hujan deras dan angin kencang yang dapat menyebabkan banjir dan gelombang tinggi di daerah pesisir.
  • Pasang surut air laut: Pasang surut air laut yang tinggi dapat menyebabkan air laut meluap ke daratan dan menyebabkan banjir rob.

Perlu diingat bahwa faktor-faktor di atas saling terkait dan dapat memperparah risiko banjir di suatu daerah. Oleh karena itu, penting untuk melakukan upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi risiko banjir, seperti:

  • Membangun dan memelihara sistem drainase yang baik.
  • Menjaga kelestarian hutan.
  • Tidak membuang sampah sembarangan.
  • Tidak mendirikan bangunan di bantaran sungai.
  • Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya banjir.
  • Mengembangkan sistem peringatan dini banjir.
Baca Juga:  Akibat Jika Sampah Tidak Tertangani

Dengan upaya mitigasi dan adaptasi yang tepat, kita dapat mengurangi risiko banjir dan membangun komunitas yang lebih tangguh terhadap bencana alam.

Daftar Pustaka:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Banjir
  • https://bnpb.go.id/berita/banjir
  • https://pusatkrisis.kemkes.go.id/mengetahui-jenis-jenis-banjir-dan-cara-menanggulanginya
Posted in Saintek

Artikel Terkait: