Menu Tutup

Emile Durkheim: Sosiolog Modern yang Mengkaji Fakta Sosial, Kesadaran Kolektif, Anomie, dan Agama

Emile Durkheim adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah sosiologi. Ia dikenal sebagai bapak sosiologi modern yang mengembangkan metode ilmiah untuk mempelajari fenomena sosial. Ia juga menciptakan beberapa konsep dan teori sosiologis yang berpengaruh, seperti fakta sosial, kesadaran kolektif, anomie, dan agama. Artikel ini bertujuan untuk mengulas biografi dan pemikiran Durkheim dalam bidang sosiologi.

Biografi

Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis timur, tahun 1858. Ia adalah seorang pemeluk Katholik meskipun ayahnya adalah seorang petinggi Yahudi, namun kemudian ia memilih untuk tidak tahu menahu tentang Katholik. Ia lebih menaruh perhatian pada masalah moralitas, terutama moralitas kolektif1.

Durkheim menempuh pendidikan di Ecole Normale Superieure, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang prestisius di Perancis. Di sana ia bertemu dengan beberapa teman sekelas yang kemudian menjadi tokoh-tokoh intelektual terkenal, seperti Henri Bergson, Jean Jaures, dan Pierre Janet. Ia juga terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran dari Auguste Comte, Herbert Spencer, Charles Darwin, Immanuel Kant, dan David Hume1.

Durkheim memulai karier akademisnya sebagai profesor filsafat di sekolah-sekolah menengah di Perancis. Pada tahun 1887, ia mendapatkan jabatan sebagai profesor sosiologi di Universitas Bordeaux, yang merupakan jabatan pertama dalam bidang sosiologi di Perancis. Di sana ia mengajar mata kuliah tentang pendidikan, hukum, moralitas, agama, dan ekonomi1.

Durkheim juga aktif dalam kegiatan penelitian dan publikasi ilmiah. Ia mendirikan jurnal L’Annee Sociologique pada tahun 1896, yang menjadi media untuk menyebarkan hasil-hasil penelitian sosiologis dari dirinya sendiri dan murid-muridnya. Beberapa karya utama Durkheim antara lain adalah The Division of Labour in Society (1893), The Rules of Sociological Method (1895), Suicide: A Study in Sociology (1897), dan The Elementary Forms of the Religious Life (1912)1.

Durkheim mengalami beberapa peristiwa sejarah dan politik yang mempengaruhi minatnya dalam fenomena sosial. Ia menyaksikan perkembangan industrialisasi dan modernisasi di Perancis yang membawa perubahan-perubahan sosial yang besar. Ia juga terlibat dalam gerakan Dreyfus Affair, sebuah skandal politik yang menimbulkan konflik antara nasionalisme dan humanisme di Perancis. Selain itu, ia menghadapi dampak dari Perang Dunia Pertama, yang menyebabkan kematian salah satu anaknya dan beberapa muridnya1. Durkheim meninggal pada tahun 1917 karena serangan jantung1.

Baca Juga:  Pengertian Seni Menurut Para Ahli

Fakta Sosial

Fakta sosial adalah konsep sentral dalam pemikiran Durkheim. Ia mendefinisikan fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan merasakan yang bersifat eksternal, umum, dan memaksa bagi anggota masyarakat2. Fakta sosial merupakan produk dari interaksi sosial yang membentuk struktur sosial. Fakta sosial juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perilaku individu melalui sanksi-sanksi sosial2.

Durkheim mengembangkan metode ilmiah untuk mempelajari fakta sosial. Ia berpendapat bahwa sosiologi harus bersifat objektif dan empiris, serta menggunakan teknik-teknik yang sama dengan ilmu-ilmu alam. Ia menekankan pentingnya observasi, klasifikasi, perbandingan, dan statistik dalam analisis sosiologis2. Ia juga membedakan antara fakta sosial material dan non-material, serta fakta sosial normal dan patologis2.

Beberapa contoh fakta sosial dalam masyarakat modern adalah hukum, norma, nilai, bahasa, dan moralitas. Durkheim menganggap fakta sosial sebagai objek studi utama sosiologi, yang harus dibedakan dari objek studi psikologi dan biologi. Ia berusaha menunjukkan bahwa fakta sosial memiliki kausalitas dan fungsi tersendiri yang tidak dapat direduksi ke faktor-faktor individual atau biologis2.

Kesadaran Kolektif

Kesadaran kolektif adalah konsep yang berkaitan dengan fakta sosial. Durkheim mendefinisikan kesadaran kolektif sebagai totalitas keyakinan dan perasaan bersama yang rata-rata dimiliki oleh anggota masyarakat3. Kesadaran kolektif merupakan ekspresi dari solidaritas sosial, yaitu ikatan yang menyatukan anggota masyarakat. Kesadaran kolektif juga mencerminkan karakteristik dan nilai-nilai masyarakat tertentu3.

Durkheim menggolongkan dua jenis solidaritas sosial berdasarkan tingkat kesadaran kolektif, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang didasarkan pada persamaan antara anggota masyarakat, yang biasanya terdapat pada masyarakat primitif atau tradisional. Dalam solidaritas mekanik, kesadaran kolektif sangat kuat dan homogen, sehingga individu tidak memiliki ruang untuk berekspresi secara bebas3.

Solidaritas organik adalah solidaritas yang didasarkan pada pembagian kerja antara anggota masyarakat, yang biasanya terdapat pada masyarakat modern atau industri. Dalam solidaritas organik, kesadaran kolektif lebih lemah dan heterogen, sehingga individu memiliki kebebasan dan diferensiasi yang lebih besar. Namun, individu tetap saling tergantung satu sama lain melalui fungsi-fungsi yang mereka lakukan dalam sistem sosial3.

Baca Juga:  Mengapa Jepang Membagi Indonesia Menjadi Tiga Wilayah?

Anomie

Anomie adalah konsep yang digunakan Durkheim untuk menjelaskan keadaan ketiadaan atau kelemahan aturan-aturan sosial yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat4. Anomie merupakan akibat dari perubahan sosial yang cepat dan radikal, yang menyebabkan ketidaksesuaian antara struktur sosial dan kebutuhan individu. Anomie juga menimbulkan krisis moral dan konflik antar kelompok dalam masyarakat4.

Durkheim menggunakan konsep anomie untuk menganalisis fenomena bunuh diri dalam masyarakat modern. Ia mengklasifikasikan empat jenis bunuh diri berdasarkan hubungan antara individu dan masyarakat, yaitu bunuh diri egois, bunuh diri altruistik, bunuh diri anomi, dan bunuh diri fatalistik. Bunuh diri egois terjadi ketika individu merasa terasing dari masyarakat karena kurangnya integrasi sosial. Bunuh diri altruistik terjadi ketika individu merasa terlalu terikat dengan masyarakat karena kelebihan integrasi sosial. Bunuh diri anomi terjadi ketika individu merasa kehilangan arah hidup karena kurangnya regulasi sosial. Bunuh diri fatalistik terjadi ketika individu merasa tertekan oleh masyarakat karena kelebihan regulasi sosial4.

Durkheim memberikan solusi-solusi untuk mengatasi anomie dalam masyarakat modern. Ia menyarankan agar masyarakat dapat menegakkan hukum secara adil dan efektif, agar dapat menciptakan ketertiban dan keadilan sosial. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan moral, agar dapat membentuk karakter dan nilai-nilai individu yang sesuai dengan norma-norma masyarakat. Selain itu, ia mengusulkan agar masyarakat dapat meningkatkan integrasi sosial, agar dapat memperkuat ikatan dan solidaritas antara anggota masyarakat. Terakhir, ia mengkritik sistem ekonomi kapitalis, yang menurutnya menyebabkan ketimpangan dan eksploitasi sosial. Ia mengadvokasi agar masyarakat dapat meregulasi ekonomi secara rasional dan demokratis, agar dapat mencapai kesejahteraan dan keharmonisan sosial.

Agama

Agama adalah konsep yang digunakan Durkheim untuk menjelaskan sistem simbol-simbol yang menghubungkan manusia dengan sesuatu yang suci atau transenden. Agama merupakan salah satu bentuk fakta sosial yang memiliki fungsi-fungsi penting dalam masyarakat. Durkheim mengidentifikasi beberapa fungsi agama, antara lain:

  • Menciptakan kesadaran kolektif, yaitu keyakinan dan perasaan bersama yang menyatukan anggota masyarakat dalam suatu komunitas iman.
  • Memperkuat solidaritas sosial, yaitu ikatan yang memungkinkan anggota masyarakat untuk saling mendukung dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
  • Memberikan makna hidup, yaitu pemahaman tentang asal-usul, tujuan, dan nasib manusia dalam alam semesta.
  • Mengatur perilaku moral, yaitu aturan-aturan yang mengarahkan dan mengendalikan tindakan individu sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
Baca Juga:  Tokoh-tokoh Penyebar Agama Islam di Jawa Timur

Durkheim menguraikan teori tentang asal-usul agama dari fenomena totemisme pada masyarakat primitif. Totemisme adalah sistem kepercayaan yang menganggap bahwa ada hubungan mistis antara suatu kelompok sosial dengan suatu objek alam, seperti binatang, tumbuhan, atau benda-benda lainnya. Objek alam tersebut disebut sebagai totem, yang menjadi simbol dari identitas dan solidaritas kelompok sosial tersebut.

Durkheim berpendapat bahwa totemisme merupakan bentuk paling sederhana dan murni dari agama. Ia mengklaim bahwa totem sebenarnya adalah representasi dari kesadaran kolektif kelompok sosial tersebut. Dengan demikian, agama pada dasarnya adalah pemujaan terhadap masyarakat itu sendiri. Agama merupakan cara bagi manusia untuk mengungkapkan rasa hormat dan kagum terhadap kekuatan sosial yang melampaui diri mereka sendiri.

Penutup

Artikel ini telah mengulas biografi dan pemikiran Emile Durkheim dalam bidang sosiologi. Durkheim adalah sosiolog modern yang mengkaji fakta sosial, kesadaran kolektif, anomie, dan agama dengan menggunakan metode ilmiah. Pemikiran Durkheim memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menjelaskan fenomena sosial. Kelebihannya adalah ia dapat memberikan kerangka teoritis yang sistematis dan komprehensif untuk memahami masyarakat modern. Kekurangannya adalah ia cenderung mengabaikan faktor-faktor individual, biologis, psikologis, dan sejarah dalam analisisnya.

Sumber:

  • (1) Emile Durkheim [DOC] | Iduar Aziz Raf Sanjani – Academia.edu Link
  • (2) Emile Durkheim [PPT] | Dimas Aditya Ihza Mahendra – Academia.edu Link
  • (3) Émile Durkheim: Biografía, Teorías, Aportes, Obras – edu.lat Link
  • (4) Sciences Po Bordeaux | Centre Emile Durkheim – Academia.edu Link
  • (5) Sciences Po Bordeaux | Centre Emile-Durkheim – Academia.edu Link
Posted in Ragam

Artikel Terkait: