John Dewey adalah seorang filsuf dan pendidik Amerika Serikat yang menjadi salah satu perintis pemikiran pragmatisme1. Ia dikenal sebagai kritikus sosial tentang pendidikan yang kemudian merintis dasar keilmuan di bidang psikologi pendidikan1. Ia lahir di Burlington pada tahun 1859 dan menempuh pendidikan di Baltimore. Semasa hidupnya, ia bekerja sebagai profesor di bidang filsafat dan pendidikan di beberapa universitas.
Dewey menghasilkan karya tulis sebanyak 40 buku dan artikel yang sedikitnya berjumlah 700 artikel. Pengaruhnya yang terpenting adalah pemikiran untuk menggunakan psikologi dalam kehidupan praktis. Di Amerika Serikat, ia menjadi pendiri dari laboratorium psikologi pendidikan pertama di Universitas Chicago dan juga yang kedua di Universitas Columbia1.
Dewey berpandangan bahwa filsafat yang berdasarkan kepada pengalaman nyata yang diselidiki secara kritis dan aktif dapat menyusun nilai -nilai maupun norma -norma1. Dewey memberikan pengaruh bagi pengembangan filsafat pendidikan khususnya pada pendidikan progresif yang dilandasi oleh pragmatisme dan progresivisme1. Ia merupakan pengusul diadakannya pembelajaran kontekstual di kelas khususnya di Amerika1. Selain itu, ia menjadi pemikir yang mengubah sistem pendidikan multikultural di Amerika Serikat yang awalnya mengutamakan asimilasi menjadi mengutamakan perilaku sosial dengan sistem demokrasi dan toleransi1.
Menurut Dewey, pendidikan karakter adalah proses pembentukan kepribadian individu melalui pengalaman belajar yang bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata. Pendidikan karakter tidak hanya menyangkut aspek moral atau etika, tetapi juga aspek intelektual, emosional, sosial, estetis, dan fisik. Pendidikan karakter harus memperhatikan kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuan individu serta situasi dan kondisi lingkungan tempat mereka belajar. Pendidikan karakter harus memberdayakan individu untuk menjadi aktif, kreatif, mandiri, kritis, kolaboratif, dan bertanggung jawab dalam belajar234.
Dewey mengemukakan beberapa prinsip dasar dalam pendidikan karakter, yaitu:
- Pendidikan karakter harus berdasarkan pada pengalaman belajar yang kontinu dan interaktif. Pengalaman belajar adalah proses interaksi antara individu dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Pengalaman belajar harus memberikan kesempatan kepada individu untuk mengeksplorasi, menemukan, mencoba, bereksperimen, memecahkan masalah, dan merefleksikan hasil dari tindakan mereka. Pengalaman belajar harus memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan individu agar dapat merangsang motivasi dan keingintahuan mereka.
- Pendidikan karakter harus berorientasi pada tujuan yang jelas dan bermakna. Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk individu yang memiliki nilai-nilai moral, etika, dan kewarganegaraan yang baik serta mampu mengembangkan potensi dan bakat mereka sesuai dengan minat dan kemampuan mereka. Tujuan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan individu dan masyarakat serta relevan dengan kehidupan nyata. Tujuan ini harus dikomunikasikan secara jelas dan transparan kepada individu agar mereka dapat memahami apa yang diharapkan dari mereka.
- Pendidikan karakter harus menggunakan metode yang demokratis dan partisipatif. Metode pendidikan karakter adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Metode ini harus memberikan kesempatan kepada individu untuk berpartisipasi secara aktif dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan merevisi proses belajar mereka. Metode ini harus menghargai kebebasan, keberagaman, dan kreativitas individu serta menghindari paksaan, otoritarianisme, dan dogmatisme. Metode ini harus mendorong individu untuk berkolaborasi, berdiskusi, berbagi, dan saling membantu dengan sesama individu maupun dengan guru atau fasilitator.
- Pendidikan karakter harus menggunakan sumber belajar yang bervariasi dan kaya. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung proses belajar, seperti buku, media, alat, bahan, lingkungan, orang, dan lain-lain. Sumber belajar harus dipilih dan disajikan dengan cara yang menarik, menantang, dan relevan dengan tujuan dan pengalaman belajar. Sumber belajar harus memberikan informasi yang akurat, lengkap, dan terbaru serta memperhatikan aspek keberlanjutan dan keadilan. Sumber belajar harus dapat diakses dengan mudah dan murah oleh individu.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, Dewey berharap bahwa pendidikan karakter dapat membentuk individu yang memiliki karakter yang positif dan mandiri. Individu yang memiliki karakter yang positif adalah individu yang memiliki nilai-nilai moral, etika, dan kewarganegaraan yang baik, seperti jujur, adil, toleran, peduli, bertanggung jawab, disiplin, kerjasama, dan sebagainya. Individu yang memiliki karakter yang mandiri adalah individu yang mampu mengembangkan potensi dan bakat mereka sesuai dengan minat dan kemampuan mereka serta mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Individu yang memiliki karakter yang positif dan mandiri dapat menjadi warga negara yang baik dan kontributif bagi pembangunan bangsa dan dunia.
Sumber:
(1) John Dewey – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/John_Dewey.
(2) Pendidikan Karakter Melalui Pendekatan “Experiential Learning” (John …. https://www.kompasiana.com/sitiapia8446/6140b2d9010190649e183ae2/pendidikan-karakter-melalui-pendekatan-experiental-learning-john-dewey-pada-pembelajaran-jarak-jauh.
(3) Teori Belajar John Dewey: Bagaimana Sistem Pendidikan Dapat Membentuk …. https://www.guruprajab.com/2023/08/teori-belajar-john-dewey-bagaimana.html.
(4) KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN DEMOKRATIS JOHN DEWEY DALAM PERSPEKTIF …. https://digilib.uin-suka.ac.id/42593/1/13490010_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf.
(5) Getty Images. https://www.gettyimages.com/detail/news-photo/candid-portrait-of-american-philosopher-psychologist-and-news-photo/590236214.
 
							