Menu Tutup

Pertumbuhan Ekonomi Klasik: Konsep, Tokoh, dan Kritik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik adalah salah satu teori tertua yang muncul sejak abad ke-18. Teori ini dikembangkan oleh para ahli ekonomi seperti Adam Smith, David Ricardo, dan Thomas Robert Malthus. Teori ini berfokus pada peran jumlah penduduk, sumber daya alam, dan barang modal dalam menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Adam Smith: Bapak Ekonomi Liberal

Adam Smith adalah seorang filsuf dan ekonom asal Skotlandia yang dikenal sebagai bapak ekonomi liberal. Ia menulis buku terkenalnya yang berjudul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations pada tahun 1776. Dalam buku ini, ia mengemukakan bahwa sistem ekonomi liberal atau pasar bebas adalah sistem yang paling efisien dan menguntungkan bagi kemakmuran suatu negara.

Menurut Smith, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui dua faktor utama, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan output total. Output total adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara. Output total dipengaruhi oleh tiga komponen, yaitu sumber daya alam, tenaga kerja, dan barang modal.

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam yang dapat dimanfaatkan untuk produksi, seperti tanah, air, mineral, dan sebagainya. Sumber daya alam memiliki peran penting dalam menentukan batas maksimal output yang dapat dicapai oleh suatu negara. Jika sumber daya alam sudah dimanfaatkan secara maksimal oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup, maka output tidak akan dapat bertambah lagi.

Tenaga kerja adalah jumlah orang yang bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan tingkat pendidikan. Jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang tersedia, tetapi juga akan meningkatkan kebutuhan konsumsi. Tingkat pendidikan yang tinggi akan meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja.

Barang modal adalah alat-alat produksi yang digunakan oleh tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam menjadi barang dan jasa, seperti mesin, peralatan, gedung, dan sebagainya. Barang modal dapat meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi. Barang modal memerlukan investasi atau pengorbanan konsumsi saat ini untuk mendapatkan manfaat di masa depan.

Smith berpendapat bahwa sistem ekonomi liberal akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui mekanisme pasar yang bebas dari campur tangan pemerintah. Dalam sistem ini, setiap individu akan berusaha memaksimalkan kepentingan pribadinya dengan cara berproduksi dan berdagang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Hal ini akan menciptakan persaingan yang sehat dan efisien di antara produsen dan konsumen.

Baca Juga:  Objek Studi Ekonomi

Smith juga mengenalkan konsep tangan tak terlihat (invisible hand) yang menggambarkan bagaimana pasar dapat mengatur dirinya sendiri tanpa perlu adanya aturan atau regulasi dari pihak luar. Dengan adanya tangan tak terlihat ini, kegiatan ekonomi akan mencapai kondisi keseimbangan (equilibrium) di mana permintaan sama dengan penawaran. Dalam kondisi ini, sumber daya akan dialokasikan secara optimal dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat.

David Ricardo: Kritikus Pertumbuhan Penduduk

David Ricardo adalah seorang ekonom asal Inggris yang hidup pada abad ke-19. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam teori nilai kerja (labour theory of value) dan teori komparatif keunggulan (comparative advantage). Ia juga merupakan salah satu kritikus terhadap teori pertumbuhan ekonomi klasik yang dikemukakan oleh Adam Smith.

Ricardo tidak sepenuhnya setuju dengan pandangan Smith bahwa pertumbuhan penduduk akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan menyebabkan penurunan upah dan kesejahteraan tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh hukum hasil menurun (law of diminishing returns) yang berlaku pada sumber daya alam, khususnya tanah.

Menurut Ricardo, tanah memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Tanah yang subur akan menghasilkan output yang lebih banyak dengan input yang sama dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tanah yang subur akan semakin langka dan mahal. Hal ini akan mendorong penggunaan tanah yang kurang subur untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Akibatnya, output per satuan input akan menurun dan biaya produksi akan meningkat. Kenaikan biaya produksi ini akan menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan harga ini akan mengurangi daya beli masyarakat, terutama tenaga kerja. Upah tenaga kerja akan menurun hingga mencapai tingkat minimum yang hanya cukup untuk membiayai kebutuhan hidup dasar (subsistence level).

Baca Juga:  Implementasi Otonomi Daerah di Indonesia

Ricardo menyebut kondisi ini sebagai stationary state atau keadaan stagnan, di mana pertumbuhan ekonomi tidak dapat lagi dicapai karena terbatasnya sumber daya alam. Dalam kondisi ini, keuntungan produsen akan diserap oleh pemilik tanah melalui pajak tanah (land rent). Pajak tanah ini merupakan selisih antara hasil produksi dengan biaya produksi pada tanah yang paling tidak subur.

Ricardo mengusulkan beberapa solusi untuk mengatasi masalah pertumbuhan penduduk dan sumber daya alam ini, di antaranya adalah:

  • Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk melalui kebijakan keluarga berencana atau peningkatan tingkat pendidikan.
  • Meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan teknologi dan inovasi.
  • Meningkatkan perdagangan internasional dengan memanfaatkan keunggulan komparatif masing-masing negara dalam memproduksi barang tertentu.

Thomas Robert Malthus: Pendukung Kontrol Penduduk

Thomas Robert Malthus adalah seorang ekonom dan pendeta asal Inggris yang hidup pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh utama dalam teori populasi (population theory) dan teori permintaan efektif (effective demand theory). Ia juga merupakan salah satu pendukung utama dari kontrol penduduk sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Malthus memiliki pandangan yang pesimis tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Ia berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk akan selalu lebih cepat daripada pertumbuhan produksi pangan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan antara deret ukur (geometric progression) dan deret hitung (arithmetic progression).

Deret ukur adalah pola penambahan angka yang setiap angkanya dikalikan dengan angka tetap, misalnya 1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya. Deret hitung adalah pola penambahan angka yang setiap angkanya ditambah dengan angka tetap, misalnya 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Malthus menganggap bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti pola deret ukur, sedangkan pertumbuhan produksi pangan mengikuti pola deret hitung.

Akibatnya, jumlah penduduk akan selalu melebihi jumlah pangan yang tersedia. Hal ini akan menyebabkan kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan kematian massal di kalangan masyarakat. Malthus menyebut hal-hal ini sebagai checks atau pengendali alami yang berfungsi untuk menyeimbangkan jumlah penduduk dengan jumlah pangan.

Baca Juga:  Kebijakan Stabilisasi: Jenis, Instrumen, Tantangan, Studi Kasus Indonesia, dan Peran dalam Menjaga Keseimbangan Ekonomi

Malthus membedakan checks menjadi dua jenis, yaitu positive checks dan preventive checks. Positive checks adalah faktor-faktor yang menyebabkan kematian atau penurunan kualitas hidup penduduk, seperti kelaparan, penyakit, perang, dan sebagainya. Preventive checks adalah faktor-faktor yang mencegah pertumbuhan penduduk yang berlebihan, seperti penundaan pernikahan, abstinensi seksual, kontrasepsi, dan sebagainya.

Malthus menyarankan agar masyarakat melakukan preventive checks secara sukarela untuk menghindari dampak negatif dari positive checks. Ia juga menentang adanya bantuan sosial atau subsidi pangan dari pemerintah karena dianggap akan merusak moral dan motivasi kerja masyarakat. Ia berpendapat bahwa setiap individu harus bertanggung jawab atas nasibnya sendiri.

Kritik dan Relevansi Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Teori pertumbuhan ekonomi klasik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah teori ini memberikan gambaran yang jelas dan logis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Teori ini juga memberikan dorongan bagi perkembangan ilmu ekonomi modern dan mendorong terciptanya sistem ekonomi liberal yang lebih dinamis dan kompetitif.

Kekurangannya adalah teori ini terlalu pesimis dan statis dalam melihat hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Teori ini tidak memperhitungkan adanya kemajuan teknologi dan inovasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Teori ini juga tidak mempertimbangkan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, seperti modal manusia, modal sosial, modal lingkungan, modal institusional, dan sebagainya.

Teori pertumbuhan ekonomi klasik masih relevan untuk dipelajari hingga saat ini karena teori ini memberikan dasar bagi pemahaman tentang konsep-konsep penting dalam ilmu ekonomi, seperti nilai kerja, keunggulan komparatif, hasil menurun, pajak tanah, permintaan efektif, dan sebagainya. Teori ini juga dapat menjadi bahan refleksi dan kritik bagi teori-teori pertumbuhan ekonomi yang lebih modern dan komprehensif.

Sumber:
(1) Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ahli, Klasik sampai Modern – OCBC NISP. https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/02/08/teori-pertumbuhan-ekonomi.
(2) Teori Pertumbuhan Ekonomi Aliran Klasik (Lengkap). https://www.ekonomikontekstual.com/teori-pertumbuhan-ekonomi-aliran-klasik/.
(3) Apa Itu Teori Pertumbuhan Ekonomi – Gramedia Literasi. https://www.gramedia.com/literasi/teori-pertumbuhan-ekonomi/.
(4) Mengenal Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi & Daftar Tokoh Pemikirnya. https://tirto.id/mengenal-teori-teori-pertumbuhan-ekonomi-daftar-tokoh-pemikirnya-f8Un.
(5) Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi Beserta Penjelasannya. https://haloedukasi.com/teori-teori-pertumbuhan-ekonomi.

Posted in Ragam

Artikel Terkait: