Beribadah kepada Allah SWT merupakan indikasi iman kepada yang ghaib, walaupun orang yang beribadah tidak melihatnya dan juga merupakan indikasi ketaatan kepada perintah walaupun tidak diketahui rahasianya. Allah SWT Maha Kaya dari seluruh manusia dan makhluknya.
Bila manusia beribadat kepada sesuatu berarti mereka menyembah yang lebih pantas dari diri mereka dan mencari kebaikan yang bersifat rohani atau jasmani, individu atau masyarakat, dunia dan akhirat. Namun manusia kadang-kadang tidak mengetahui hikmah yang didatangkan Allah SWT kepadanya.
Kualitas iman yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi terhadap sikapnya dalam beribadah. Semakin tinggi kualitas keimanan seseorang semakin tinggi pula ketaatanya, sebaliknya keimanan yang rendah berimplikasi kepada sikap atau ketaatan beribadah yang tidak maksimal. Itu semua juga berpengaruh terhadap akhlak mereka.
Hubungan antara ibadah, iman dan akhlak sangat erat dan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Ibadah merupakan amal saleh, sedangkan amal saleh merupakan implementasi dari iman kepada Allah SWT. Sementara itu akhlak merupakan hasil dari semua itu. Al-Qur’an banyak menyebutkan orang-orang yang beriman berbarengan dengan orang-orang beramal saleh, misalnya antara lain dalam QS. Al-Ashr 1-3:
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tetapi tidak mengerjakan amal saleh belum dapat disebut sebagai seorang mukmin yang sempurna. Demikian juga sebaliknya, karena amal saleh termasuk di dalamnya ibadah khusus, merupakan implementasi dari iman itu sendiri.