Menu Tutup

Makna Maha Pemberi Petunjuk (Al-Hādi)

Pengertian Al-Hādi

Nama al-Hādi merupakan nama ke-94 dari 99 al-Asmā` al-Ḥusnā. Kata al- Hādi berakar kata dari huruf ha`, dal, dan ya` berarti tampil ke depan untuk memberi petunjuk dan menyampaikan dengan lemah lembut. Imam al-Ghazali menjelaskan makna al-Hādi berarti Dia yang Maha memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya untuk mengenal diri-Nya.

Kata al-Hādi tidak pernah disebutkan sama sekali dalam al-Qur`an. Akan tetapi dengan padanan kata hādi dan hād (tanpa alif dan lam), kata tersebut dapat ditemukan dalam al-Qur`an. Kata tersebut ditemukan sebanyak sepuluh kali dalam al-Qur`an. Seperti firman Allah Swt:

“Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. al-Furqān [25]: 31)

Teladan dari nama baik Al-Hādi

a. Meyakini bahwa petunjuk Allah adalah petunjuk paling sempurna

Sebagai umat Islam, kita harus mempercayai bahwa Allah merupakan Dzat Yang Maha Memberi Petunjuk. Dan petunjuk Allah merupakan Petunjuk yang paling sempurna. Allah Swt. berfirman:

“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)’. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada begimu pelindung dan penolong dari Allah” (QS. al-Baqarah [2]: 120)

Makna petunjuk Allah sempurna berarti Allah memberikan petunjuk secara dinamis dan bertingkat-tingkat sesuai dengan manusia sendiri. Ada empat tingkatan yang diberikan Allah kepada manusia yaitu, 1) Potensi naluriah, contohnya tangisan bayi menunjukkan kebutuhan bayi akan ASI, 2) Panca Indera, contohnya melihat indahnya handphone terbaru di media sosial meskipun pada realitanya handphone tersebut ada banyak cacatnya, 3) Akal, contohnya setelah melihat wujud nyata handphone terbaru, seorang pembeli melakukan pengecekan baik spesifikasi maupun kualitas dari handphone tersebut, 4) Agama, contohnya setelah memberikan penganalisaan handphone dengan akal, seorang pembeli memberikan analisis secara keagamaan seperti apakah membeli handphone ini baik untuk dirinya padahal ia masih memiliki handphone lama?

b. Membagikan petunjuk kepada orang lain dengan sungguh-sungguh dan tanpa pamrih

Keempat tingkatan petunjuk Allah menunjukkan betapa luas petunjuk Allah atas makhluk-Nya. Sedangkan manusia merupakan makhluk yang penuh keterbatasan. Banyak manusia yang masih mendapati dan memahami petunjuk naluri atau pun panca indera namun belum mendapati petunjuk akal dan agama. Apapun alasannya, manusia memiliki tingkatan pemahaman dan kepekaan yang berbeda. Oleh karenanya, seseorang yang masih dalam tingkatan naluri dan panca indera dianjurkan memiliki sikap berani bertanya kepada seseorang yang lebih mengetahuinya. Dan sebaliknya seseorang yang lebih mengetahui dianjurkan untuk peka terhadap kebutuhan masyarakat sekitarnya.

Rasulullah bersabda:

“Sampaikanlah (kalian) dariku walau pun satu ayat” (HR. Bukhari)

Baca Juga: