Menu Tutup

Maulid Nabi Menurut Ulama

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan tradisi yang dirayakan umat Islam di berbagai belahan dunia untuk memperingati kelahiran Nabi yang mulia. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual, tetapi juga menjadi sarana untuk menunjukkan kecintaan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam lintasan sejarah, perayaan ini telah menjadi pembahasan yang mendalam di kalangan para ulama. Berikut adalah pendapat dari beberapa ulama besar terkait Maulid Nabi, beserta dalil-dalil yang melatarbelakanginya.

Syeikh Taqiyudin Ibnu Taymiah

Syeikh Taqiyudin Ibnu Taymiah, seorang ulama besar yang dikenal dengan keahliannya dalam bidang fikih dan akidah, menyatakan bahwa:

“Mengagungkan Maulid Nabi adalah mengandung pahala yang sangat agung, karena hal itu adalah wujud ta’dzim (penghormatan) kepada Rasulullah.”

Pendapat ini menunjukkan bahwa meskipun perayaan Maulid Nabi mungkin tidak dikenal pada masa awal Islam, substansi di balik perayaan tersebut—yaitu rasa hormat, cinta, dan pengagungan kepada Nabi—merupakan amalan yang dianjurkan dan berpahala besar. Pemahaman ini menegaskan pentingnya niat dan tujuan dari perayaan Maulid Nabi sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan memuliakan kekasih-Nya.

Imam Jalaluddin As-Suyuthi

Imam Jalaluddin As-Suyuthi, seorang ulama produktif dan otoritatif dalam berbagai disiplin ilmu Islam, memiliki pandangan yang sangat positif terhadap Maulid Nabi. Beliau menyatakan:

“Perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik). Orang yang merayakannya diberi pahala olehnya.”

Istilah bid’ah hasanah yang digunakan oleh Imam As-Suyuthi merujuk pada inovasi atau praktik baru dalam ibadah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariat. Perayaan Maulid Nabi, menurutnya, termasuk dalam kategori ini karena membawa manfaat besar bagi umat Islam, seperti menghidupkan semangat keagamaan, mempererat persaudaraan, dan menanamkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Lebih lanjut, beliau juga menegaskan:

“Disunnahkan bagi kita untuk menampakkan rasa syukur atas lahirnya Rasulullah. Tidak ada rumah, masjid, atau apa saja yang dibacakan Maulid di dalamnya kecuali mendapatkan rahmat dari Allah.”

Pernyataan ini memberikan landasan teologis bahwa Maulid Nabi adalah bentuk ekspresi rasa syukur kepada Allah atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang merupakan rahmat terbesar bagi seluruh alam. Dengan membaca Maulid, umat Islam diharapkan mendapatkan limpahan rahmat dari Allah.

Dalil dan Pendekatan dari Para Ulama

Para ulama yang mendukung perayaan Maulid Nabi umumnya menggunakan pendekatan yang menyeluruh, baik dari Al-Qur’an maupun Hadis, untuk menjustifikasi amalan ini. Beberapa dalil yang sering dikaitkan dengan Maulid Nabi antara lain:

  1. Al-Qur’an Surat Yunus Ayat 58

    “Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

    Para ulama memahami kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai manifestasi dari rahmat Allah yang paling agung bagi umat manusia, sehingga bergembira atas kelahiran beliau adalah bagian dari ketaatan kepada Allah.

  2. Hadis Nabi
    Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menunjukkan rasa syukur atas kelahirannya dengan berpuasa pada hari Senin. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah bersabda:

    “Itu adalah hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku.”

    Hadis ini menjadi dasar bahwa memperingati hari kelahiran Nabi adalah sunnah secara esensial, meskipun bentuk perayaannya dapat berbeda sesuai dengan budaya dan tradisi setempat.

  3. Amalan Para Salafus Shalih
    Perayaan Maulid Nabi mulai dikenal secara luas pada masa-masa setelah generasi salaf, tetapi substansi amalan ini tetap sesuai dengan prinsip Islam, yaitu menampakkan rasa syukur kepada Allah. Para ulama seperti Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dan Imam Al-Nawawi juga mendukung perayaan ini, dengan syarat dilaksanakan secara syar’i, tanpa melibatkan unsur-unsur yang bertentangan dengan akidah atau syariat.

Kesimpulan

Pendapat para ulama tentang Maulid Nabi menunjukkan bahwa perayaan ini memiliki dasar yang kuat dalam syariat Islam, selama dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan kaidah agama. Sebagai bentuk ekspresi kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, Maulid Nabi tidak hanya menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga menghidupkan kembali ajaran dan keteladanan beliau di tengah umat Islam.

Dengan demikian, tradisi Maulid Nabi, jika dilaksanakan dengan cara yang benar, dapat menjadi ibadah yang berpahala besar, membawa keberkahan, dan memperkuat persatuan umat Islam. Sebagaimana disampaikan oleh para ulama besar seperti Syeikh Taqiyudin Ibnu Taymiah dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, inti dari Maulid Nabi adalah mengagungkan Rasulullah SAW dan menanamkan rasa syukur atas rahmat besar yang Allah berikan kepada umat manusia.

Sumber: “Amaliah NU dan Dalilnya”. https://archive.org/details/ltm-pbnu-amaliah-nu-dan-dalilnya

Lainnya