Menu Tutup

Peran dan Tujuan Pendidikan Menurut Imam Al Ghazali

Peranan Pendidikan

Al-Gahzali termasuk ke dalam kelompok sufistik yang banyak menaruh perhatian yang besar terhadap pendidikan, karena pendidikan yang banyakmenentukan corak kehidupan suatu bangsa. Demikian hasil pengamatan Ahmad Fu’ad al-Ahwani terhadap pemikiran pendidikan al-Ghazali.[20]

Sementara itu H.M. Arifin mengatakan, bila dipandang dari segi filosofis, al-Ghazali adalah penganut paham idealism yang konsekuen terhadap agama sebagai dasar pandangannya.[21]

Dalam masalah pendidikan al-Ghazali lebih cenderung berpaham empirisme. Hal ini antara lain disebabkan karena ia sangat menekankan pengaruh pendidikan terhadap anak didik. Menurutnya seorang anak tergantung kepada orang tua dan orang yang mendidiknya. Hati seorang anak itu bersih, murni, laksana permata yang sangat berharga sederhana dan bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menegaskan :

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه مسلم)

Artinya : ”Setiap anak dilahirkan dalam keadaan bersih, orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim)

Sejalan dengan hadis tersebut, al-Ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan kepada hal-hal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan kepada pengalaman hidup al-Ghazali sendiri, yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, disebabkan oleh pendidikan.

Tujuan Pendidikan

Setelah menjelaskan peranan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, al-Ghazali lebih lanjut menjelaskan tujuan pendidikan. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri pada Allah SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian dan permusuhan.[22]

Pendapat al-Ghazali tersebut cenderung kepada sisi keruhanian, dan sejalan dengan filsafat al-Ghazali yang bercorak tasawuf. Maka sasaranpendidikan menurut al-Ghazali adalah kesempurnaan insani di dunia dan akhirat. Dan manusia akan sampai kepada tingkat kesempurnaan itu hanya dengan menguasai sifat keutamaan melalui jalur ilmu. Keutamaan itulah yang akan membuat dia bahagia di dunia dan mendekatkan dia kepada Allah SWT. sehingga ia menjadi bahagia di akhirat.

Tanpa mengkaji ilmu tasawuf dan akhlak maka kebaikan tidak dapat dicari dan keburukan tidak dapat dihindari dengan sempurna. Prinsip-prinsip akhlak dan tasawuf dipelajari dengan maksud menerapkan semuanya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Ghazali menegaskan bahwa pengetahuan yang tidak diamalkan tidak lebih daripada kebodohan.[23]

Rumusan tujuan pendidikan yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT tentang tujuan penciptaan manusia, yaitu :Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia melainkan agar beribadah kepad-Ku (Q.S. al-Dzariyat :56)[24]

Selain itu rumusan tersebut mencerminkan sikap zuhud al-Ghazali terhadap dunia, merasa qana‟ah (merasa cukup dengan yang ada), dan banyak memikirkan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. Sikap yang demikian itu diperlihatkannya pula ketika rekan ayahnya mengirim al-Ghazali beserta saudaranya, Ahmad ke Madrasah Islamiyah yang menyediakan berbagai sarana, makanan, dan minuman serta fasilitas belajar lainnya. Berkenaan dengan hal ini al-Ghazali berkata,”Aku datang ke tempat ini untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk mencari harta dan kenikmatan.[25]

Rumusan tujuan pendidikan al-Ghazali yang demikian itu juga karena ia memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan akan rusak, sedangkan maut dapat memutuskan kenikmatan setiap saat.Dunia hanya tempat lewat sementara, tidak kekal. Sedangkan akhirat adalah kampung yang kekal abadi, dan maut senantiasa mengintai setiap saat.

Lebih lanjut al-Ghazali mengatakan bahwa orang yang berakal sehat adalah orang yang dapat menggunakan dunia untuk tujuan akhirat, sehinggaorang tersebut derajatnya lebih tinggi di sisi Allah dan lebih luas kebahagiannya di akhirat. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan menurut al-Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melainkan dunia itu hanya sebagai alat.

Melihat pandangan al-Ghazali terhadap tujuan pendidikan, bahwa tujuan akhir yang ingin dicapai melalui pendidikan itu paling tidak ada dua. Pertama, Tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT. Kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagian dunia dan akhirat.[26]

Lebih lanjut al-Ghazali menjelaskan bahwa tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan itu sendiri seperti yang dia katakannya :“Apabila engkau melakukan penyelidikan atau penalaran terhadap ilmu pengetahuan, maka engkau akan melihat kelezatan ilmu itu, oleh karena itu tujuan mempelajari ilmu pengetahuan adalah untuk ilmu pengetahuan itu sendiri”[27]

Dari pernyataan al-Ghazali di atas menunjukkan bahwa penelitian, penalaran dan pengkajian yang mendalam dengan mencurahkan tenaga dan pikiran adalah mengandung kelezatan intelektual dan spiritual yang akan menumbuhkan roh ilmiah dalam mencari ilmu pengetahuan. Al-Ghazali sangat menganjurkan kepada pelajar agar menjadi orang yang cerdas, pandai berfikir, mengadakan penelitian yang mendalam dan dapat menggunakan akal pikiran dengan baik dan optimal, untuk menguasai ilmu pengetahuan.

Al-Ghazali juga pernah mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan itu adalah untuk pembentukan akhlak, seperti pernyataannya :“Tujuan murid dalam mempelajari segala ilmu pengetahuan pada masa sekarang, adalah kesempurnaan dan keutamaan jiwanya”.
Pernyataan al-Ghazali di atas kemudian didukung oleh Athiyah al-Abrasy “Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwapendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan Islam.[28]

Seterusnya al-Ghazali mengatakan bahwa di samping tujuan pendidikan sebagaimana telah dijelaskan di atas, tujuan dari pendidikan itu yaitu mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Al-Ghazali sangat memperhatikan kehidupan dunia dan akhirat sekaligus, sehingga tercipta kebahagiaan bersama di dunia dan akhirat. Ia tidak memperhatikan kehidupan dunia semata-mata atau sebaliknya kehidupan akhirat saja, tetapi beliau menganjurkan untuk berusaha dan bekerja bagi keduanya, tanpa meremehkan salah satu keduanya, jadi pandangan al-Ghazali terhadap tujuan pendidikan tidaklah sempit sebagaimana banyak dituduhkan oleh sebagian pemikir.

REFERENSI

[20]Ahmad Fu’ad al-Ahwani, Al-Tarbiyyah fi al-Islam, Dar al-Misriyyah, Mesir,t.t. h.238
[21]H.M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, cet.1, 1991, h.87
[22]Al-Abrasy,Op.cit,h.273
[23]Al-Ghazali, Ihya‟„Ulum al-Din, Op.cit. 272-273
[24]وَمَا خَلَقْتُ اْلجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
[25]Al-Abrasy,Op.cit, h.237
[26]Fatiyah Hasan Sulaiman, Aliran-Aliran dalam Pendidikan (Studi Tentang Aliran Pendidikan Menurut Al-Ghazali, terj. Agil Husain Al-Munawwar dan Hadri Hasan, dari Judul Asli, Kitab Mazahib fi al-Tarbiyyah Bahtsun fi al-Mazahib al-Tarbawi „Ind al-Ghazali,(Semarang : Toha Putra,1993, cet.1.h.18
[27]Zainuddin,Seluk-Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali,Jakarta, Bumi Aksra,1991,h.42-43
[28]Zainuddin, Op.cit,h.44

Baca Juga: