Menu Tutup

Etika Berorganisasi dalam Islam

Memiliki niat dan tujuan yang mulia

Sebuah organisasi pasti didirikan karena ada niat dan tujuan. Niat dan tujuan didirikan organisasi ini sangat menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam organisasi meskipun nantinya keberlangsungan organisasi akan bergantung pada etos individu dan kelompok dalam organisasi. Jikalau niat dan tujuannya mulia, maka dibentuknya organisasi akan lebih bermanfaat sesuai dengan niat dan tujuannya.

Rasulullah Saw. bersabda:

“Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khatthab r.a. berkata, aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Semua amal perbuatan tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya untuk apa yang ia tuju.” (HR. Al- Bukhari & Muslim)

Sebagai contoh organisasi yang dibentuk dengan niat melayani kesehatan masyarakat umum dengan tujuan mengurangi jumlah korban yang terjangkit penyakit. Organisasi ini akan bertumpu pada konsentrasi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelaksanaannya akan teratur.

Amanah

Seseorang dalam organisasi haruslah memiliki sikap amanah dalam mengemban tugas. Dengan adanya sikap amanah, pembagian tugas yang dilakukan oleh pembina organisasi menjadi lebih optimal. Sikap ini menimbulkan kepercayaan organisasi menjadi lebih tumbuh sehingga pemberi dan pelaksana tugas akan lebih ulet dalam tindakan.

Jika sikap amanah tidak dilakukan di dalam organisasi, maka berbagai penyelewengan akan terjadi sehingga timbul keraguan untuk mempercayakan sebuah tugas dalam organisasi. Kemudian organisasi akan mengalami penurunan dan menghilang dari permukaan. Oleh karenanya sikap amanah adalah sikap yang harus ada dalam organisasi. Rasulullas Saw. bersabda:

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi yang tidak memegang janji” (HR. Ahmad)

Sebagai contoh sikap amanah adalah sikap kelompok organisasi yang menjalankan perintah, tidak berusaha melalaikan perintah dari pembina organisasi dan menjaga hubungan koordinasi yang baik antara pembina dan kelompok organisasi.

Saling tolong-menolong

Dalam organisasi, pembagian tugas merupakan suatu unsur signifikan untuk mencapai tujuan dalam organisasi. Oleh karena itu sikap saling-tolong menolong merupakan sikap yang wajib dilakukan dalam organisasi. Allah Swt. berfirman:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-nya”. (QS. al-Ma`idah [5]: 2)

Satu hal yang perlu digaris bawahi dalam sikap tolong-menolong adalah kesesuaian dengan pembagian tugas yang diberikan. Apabila tugas individu belum terselesaikan, tidak sepatutnya untuk mencampuradukkan tugas individu dengan tugas lainnya. Misalnya dalam pembuatan acara sekolah terdapat divisi dekorasi. Divisi dekorasi tidak patut untuk mencampuri tugas divisi lainnya sebelum divisinya terselesaikan. Divisi dekorasi hanya dapat memberikan masukan ketika rapat dilakukan atau sekedar mengingatkan divisi humas ketika ada ketidaksesuaian antara pelaksanaan di lapangan dengan putusan rapat yang telah disepakati. Apabila divisi dekorasi mencampuradukkan tugasnya, maka proses dan hasil terhadap jalannya acara tidak akan maksimal.

Berkomunikasi dengan baik

Untuk menjalankan organisasi yang baik, hubungan antar individu dan kelompok dalam organisasi pun juga harus baik. Hubungan baik dapat ditumbuhkan dan dijaga dengan komunikasi yang baik.

Dalam Islam, ada lima prinsip dalam berkomunikasi yaitu 1) Menggunakan kata-kata yang mulia dan penuh penghormatan terhadap sesama atau diam jika tidak mampu (Qaulan Karīman), 2) Perkataan dikakukan dengan lemah lembut meskipun dengan lawan atau rival (Qaulan Layyinan), 3) Isi perkataan berupa sesuatu yang benar dan jujur (Qaulan Sadīdan), 4) Pantas diucapkan sesuai dengan situasi dan kondisi (Qaulan Balīghan), 5) Perkataan yang keluar mudah dimengerti oleh pendengar (Qaulan Ma’rūfan/Masyuran).

Baca Juga: