Menu Tutup

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curah Hujan di Berbagai Daerah

Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh ke permukaan tanah selama periode atau waktu tertentu. Curah hujan di setiap daerah bisa berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Garis lintang. Garis lintang adalah garis imajiner yang membagi bumi menjadi dua belahan, yaitu belahan utara dan belahan selatan. Garis lintang mempengaruhi curah hujan karena menentukan suhu udara di suatu daerah. Semakin dekat dengan garis khatulistiwa (garis lintang 0°), suhu udara semakin tinggi, sehingga penguapan air juga semakin tinggi. Uap air yang terbentuk kemudian mengalami kondensasi dan menjadi hujan. Sebaliknya, semakin jauh dari garis khatulistiwa, suhu udara semakin rendah, sehingga penguapan air juga semakin rendah. Uap air yang terbentuk menjadi lebih sedikit dan hujan pun jarang terjadi. Contohnya, Indonesia yang berada di dekat garis khatulistiwa memiliki curah hujan yang tinggi, sedangkan kutub utara dan kutub selatan yang berada di ujung garis lintang memiliki curah hujan yang rendah12.
  • Ketinggian tempat. Ketinggian tempat adalah jarak antara permukaan tanah dengan permukaan laut. Ketinggian tempat mempengaruhi curah hujan karena menentukan suhu udara di suatu daerah. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udara semakin rendah, sehingga penguapan air juga semakin rendah. Uap air yang terbentuk menjadi lebih sedikit dan hujan pun jarang terjadi. Sebaliknya, semakin rendah suatu tempat, suhu udara semakin tinggi, sehingga penguapan air juga semakin tinggi. Uap air yang terbentuk menjadi lebih banyak dan hujan pun sering terjadi. Contohnya, dataran tinggi seperti pegunungan memiliki curah hujan yang rendah, sedangkan dataran rendah seperti pantai memiliki curah hujan yang tinggi12.
  • Jarak dari sumber air. Sumber air adalah tempat asal air yang menguap dan menjadi uap air, seperti laut, danau, sungai, dan lain-lain. Jarak dari sumber air mempengaruhi curah hujan karena menentukan jumlah uap air yang tersedia di suatu daerah. Semakin dekat dengan sumber air, jumlah uap air semakin banyak, sehingga hujan pun semakin sering terjadi. Sebaliknya, semakin jauh dari sumber air, jumlah uap air semakin sedikit, sehingga hujan pun jarang terjadi. Contohnya, daerah pesisir yang berdekatan dengan laut memiliki curah hujan yang tinggi, sedangkan daerah pedalaman yang jauh dari laut memiliki curah hujan yang rendah12.
  • Arah angin. Arah angin adalah arah dari mana angin bertiup. Arah angin mempengaruhi curah hujan karena menentukan pergerakan uap air di atmosfer. Angin yang bertiup dari arah laut ke darat membawa uap air yang banyak, sehingga hujan pun sering terjadi. Sebaliknya, angin yang bertiup dari arah darat ke laut membawa uap air yang sedikit, sehingga hujan pun jarang terjadi. Contohnya, angin monsun yang bertiup dari Asia ke Australia pada bulan Oktober-Maret membawa uap air yang banyak, sehingga Indonesia mengalami musim hujan. Sedangkan angin monsun yang bertiup dari Australia ke Asia pada bulan April-September membawa uap air yang sedikit, sehingga Indonesia mengalami musim kemarau12.
  • Suhu tanah dan suhu laut. Suhu tanah dan suhu laut adalah suhu permukaan tanah dan permukaan laut di suatu daerah. Suhu tanah dan suhu laut mempengaruhi curah hujan karena menentukan penguapan air di suatu daerah. Tanah dan laut yang memiliki suhu tinggi akan menguapkan air lebih banyak, sehingga uap air yang terbentuk juga lebih banyak. Uap air yang banyak kemudian menjadi hujan. Sebaliknya, tanah dan laut yang memiliki suhu rendah akan menguapkan air lebih sedikit, sehingga uap air yang terbentuk juga lebih sedikit. Uap air yang sedikit kemudian menjadi hujan yang jarang. Contohnya, tanah dan laut yang terkena sinar matahari langsung memiliki suhu yang tinggi, sehingga curah hujan di daerah tersebut juga tinggi. Sedangkan tanah dan laut yang terhalang oleh awan atau pegunungan memiliki suhu yang rendah, sehingga curah hujan di daerah tersebut juga rendah12.
  • Luas daratan. Luas daratan adalah ukuran permukaan tanah di suatu daerah. Luas daratan mempengaruhi curah hujan karena menentukan penguapan air di suatu daerah. Daratan yang luas akan menguapkan air lebih sedikit, sehingga uap air yang terbentuk juga lebih sedikit. Uap air yang sedikit kemudian menjadi hujan yang jarang. Sebaliknya, daratan yang sempit akan menguapkan air lebih banyak, sehingga uap air yang terbentuk juga lebih banyak. Uap air yang banyak kemudian menjadi hujan yang sering. Contohnya, benua yang memiliki daratan yang luas memiliki curah hujan yang rendah, sedangkan pulau yang memiliki daratan yang sempit memiliki curah hujan yang tinggi12.
  • Topografi. Topografi adalah bentuk permukaan tanah di suatu daerah, seperti dataran, bukit, lembah, dan lain-lain. Topografi mempengaruhi curah hujan karena menentukan arah dan kecepatan angin di suatu daerah. Tanah yang memiliki topografi yang beragam akan menghambat dan mengubah arah angin, sehingga uap air yang dibawa angin akan terkumpul dan menjadi hujan. Sebaliknya, tanah yang memiliki topografi yang datar akan membiarkan angin bergerak bebas, sehingga uap air yang dibawa angin akan tersebar dan menjadi hujan yang jarang. Contohnya, daerah pegunungan yang memiliki topografi yang beragam memiliki curah hujan yang tinggi, sedangkan daerah padang pasir yang memiliki topografi yang datar memiliki curah hujan yang rendah12.
Baca Juga:  Sungai Kapuas: Sungai Terpanjang di Indonesia
Posted in Ragam

Artikel Terkait: